Wednesday 23 January 2013

KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL (KBI) DAN KOMPRESI BIMANUAL EKTERNAL (KBE)



1.      Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali keadaan ini dapat terjadi bila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri, dan untuk mengatasinya segera dilakukan Kompresi Bimanual Internal (KBI) dan kompresi Bimanual Eksternal (KBE) (Sumarah, 2008).
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka miometrium akan menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot tadi. Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Depkes RI, 2008).
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pascapersalinan dalam waktu kurang dari satu jam. Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pascapersalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi. Sebagian besar kematian akibat perdarahan pascapersalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penatalaksanaan persalinan kala tiga sesuai standar dan penerapan manajemen aktif kala tiga merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian ibu (Depkes RI, 2008)
2.    Faktor Predisposisi Atonia Uteri
Beberapa factor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uterus adalah:
a.    Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya: Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidramnion), Kehamilan gemeli. Janin besar (makrosomia)
b.    Kala satu  dan/atau dua yang memanjang
c.    Persalinan cepat (partus presipatatus)
d.   Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
e.    Infeksi intrapartum
f.     Multiparitas tinggi
g.    Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklampsia/eklampsia
Pemantulan melekat pada semua ibu pascaperdarahan, dua  per tiga dari  semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa factor risiko yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana  yang akan mengalami atonia uteri atau perdarahan pascapersalinan. Karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala tiga merupakan hak yang sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu akibat perdarahan pascapersalinan.
3.    Penatalaksanaan KBI menurut Depkes (2008)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri:
a.         Segera lakukan kompresi bimanual internal.
1)      Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukan secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu.
2)      Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh.
3)      Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus ke  arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah  depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang.
4)      Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
5)      Evaluasi keberhasilan:
a)   Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala empat.
b)   Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang perineum,vagina dan serviks apakah terjadi leserasi . jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan  perdarahan.
c)   Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan. Alasan : Atonia uteri sering kali bisa diatasi dengan KBI, jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
b.         Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 meg per rectal. Jangan berikan ergometrin dapat menaikkan tekanan darah .
c.         Gunakan jarum berdiameter besar ( ukuran 16 atau 18), pasang infuse dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin. Alasan : Jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat dan dapat dipakai untuk transfusi darah (jika perlu). Oksitosin  secara IV cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat diberikan untuk restorasi volume cairan yang hilang selama perdarahan.
d.        Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI. Alasan : KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
e.         Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah.
f.          Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infuse cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan.
1)    Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit.
2)    Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam.
3)    Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infuse dengan tetesan sedang dan tambah dengan pemberian cairan secara oral untuk dehidrasi.
4.    Penatalaksanaan KBE Menurut Depkes RI (2008)
a.    Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan di atas simfisis pubis.
b.    Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korrpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
c.    Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus berkontraksi.

0 komentar:

Post a Comment