This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday 25 April 2013

Tinjauan Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit Di Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Di Indonesia, Manajemen Terpadu Balita Sakit sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Departemen Kesehatan yang bekerjasama dengan WHO (World Health Organization). Layanan ini tidak hanya kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventif dan promotifnya. Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampil menangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Sasaran utama pelatihan MTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapat melakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas (Depkes, RI 2006).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat. (Mahyuliansyah, 2009).
WHO dan UNICEF memperkenalkan satu set pedoman terpadu yang menjelaskan secara dini penanganan penyakit-penyakit tersebut. Selanjutnya dikembangkan paket pelatihan untuk melatih proses manajemen terpadu balita sakit kepada tenaga kesehatan yang bertugas menangani anak sakit.metode ini dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit. (Depkes RI,2004).
Derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik pisik, sosial dan mental (Yuni, 2009)
Susesnas 2001 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di Indonesia sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal per tahun sebelum usia 5 tahun dan diantaranya 115 adalah bayi sebelum berusia 1 tahun. Dari seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi pernafasan akut, diare, dan gangguan perinatal/neonatal (Depkes RI 2006).
Angka kematian balita (0-<5 tahun) menggambarkan tingkat permasalahan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti Gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan (Profil Prov.Aceh, 2010).
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 LH. Target Indonesia sehat 2010 adalah 58 balita per 1.000 LH. Gambaran perkembangan AKABA di Aceh tahun 2010 kematian balita masih tinggi sebesar 88 balita per 1.000 LH. Jumlah Balita di provinsi Aceh 460.871 orang dimana jumlah kematian balita berjumlah 159, jadi total seluruhnya kematian anak umur 0-<5 tahun berjumlah 1.199 orang

Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Plasenta Rest (Sisa Plasenta) Di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah  meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya Kesehatan Masyarakat yang optimal, melalui terciptanya masyarakat  bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan  dengan berperilaku hidup yang sehat. memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan, yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia  ( Dep Kes RI, 2003 )
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 KH dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH (Depkes RI, 2011 ).
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (Depkes RI, 2011 ).
Menurut WHO, Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 persen), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan. (Depkes RI, 2010)
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir.

Perkiraan Haemoglobin pada Kehamilan



Pemekirsaan hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia . Namum ada kecendrungan kegiatan itu tidak dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan . perubahan fisiologis yang terjadi dalam masa kehamilan mengakibatkan penurunan Hb secara progesif sampai sekitar minggu ke 30 , yang secara fisiologis masih normal. Perubahan normal ini dikenal sebagai hemodilusi (Mahomed dan Hylten,1989 ) dan biasanya mencapai titik terendah pada kehamilan minggu ke 30 . oleh karena itu pemeriksaan Hb dianjurkan untuk dilaksanakan pada awal kehamilan dan diulang kembali pada minggu ke 30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status Hb (Villiar dan Berg,1997 . Mahomed dan Hylten 1989 ).
Hemodifusi fisiologis dianggap sebagai suatu tanda kehamilan normal , dalam kaitannya dengan hasil kehamilan yang baik bagi janin ( yaitu berat lahir sesuai dengan umur kehamilan ). Apabila tidak terjadi proses hemodilusi , yang ditandai oleh kadar Hb yang tinggi , dapat diindikasikan adanya gangguan pada perubahan fisiologis akibat ternganggunya sirkulasi darah plasenta yang dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin ( Villar dan Bergsjo 1997, dan Merilainen 1995 , Koller sandvey dan sagen 1980 ).
Kader Hb 11 gr% dianggap sebagai batas normal terendah dalam masa kehamilan namun demikian batasan – batasab lain sering digunakan dalam mendefinisikan anemia dalam kehamilan. Banyak batasan – batasan tersebut tidak mempunyai bukti yang jelas secara ilmiah untuk mendukung penggunaannya. Batasan tersebut belum jelas kaitannya dengan umur kehamilan. Walaupun Hb pada masa kehamilan dibawah 10 g % ( 11 g% pada ibu dengan gizi baik ), dikatakan rendah , namun masih sedikit bukti ilmiah yang konsisten dalam penanggulangannya sesuai dengan tingkat kader Hb yang ada.
Untuk saat ini anemia dalam kehamilan di indonesia ditetapkan  dengan kadar Hb  < 11 g% pada trisemister I dan III atau Hb  < 10.5 g % pada tri semister II , sehingga prevalensi anemi pada kehamilan di indonesia relatif tinggi (63,5 %).
Pemeriksaan kadar Hb terbaik adalah dengan menggunakan spektrofotometer sehingga pemeriksaan secara Sahli dan Talguist hanya merupakan alternatif pemeriksaan dilapangan.
Namun pada kenyataan dilapangan pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode Sahli karena memang itu alat yang tersedia di institusi kesehatan terdepan yakni Puskesmas.

2.9.  Penyebab Hemoglobin (Hb) Rendah dalam Kehamilan.    
Penyebab utama rendahnya hemoglobon (Hb) dalam kehamilan adalah defisiensi besi terutama bila hanya terjadi anemia ringan. Pada Hb di bawah 9 g % dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih teliti, karena masih adanya kem ungkinan penyebab lain diluar kekurangan besi (Mahomed dan Hytten 1989 ). Pada umumnya seorang ibu hamil dengan Hb rendah harus diberikan seplementasi besi, meskipun ada sebab lain seperti cacing dan malaria yang harus dipertmbangkan untuk menentukan langkah tindak lanjut yang sesuai.
Telah dikemukakan bahwa pemberian suplementasi besi rutin pada ibu hamil dengan gizi baik hanya memberi efek yang terbatas pada peningkatan Hb (Mahomed dan Hylten 1989 ). Hasil penelitian mutakir menganjurkan pemberian besi secara rutin hanya dilakukan pada ibu hamil yang telah terbukti menderita anemia (Mahommed 1993). Namun di negara – negara yang mengalami kekurangan gizi , suplemen gizi masih dinajurkan , karena sering kali sulit untuk memperkirakan secara tepat kadar Hb Ibu hamil.
Anjuran program nasional indonesia adalah pemberian 60 mg/hari elemenlat besi dan 50 g asam folat untuk profilasis anemia . Program Depertemen Kesehatan R I memberikan 90 tablet besi selama 3 bulan.
Beberapa jenis makanan tertentu dapat mempengaruhi daya serap tubuh terhadap zat besi. Khususnya tembakau, teh dan kopi diketahui mengurangi penyerapan besi. Oleh karena itu ibu hamil yang mendapat suplementasi besi dianjurkan untuk menggindari  tembakau , teh dan kopi terutama sekitar waktu makan . Makanan lain seperti protein dan vitamin C dapat membantu penyerapan. Oleh karena itu harus disarankan untuk mengkonsumsi pangan yang kaya akan protein dan vitamin C.

HAEMOGLOBIN



Fungsi utama dari sel darah merah adalah mengangkut oksigen ( 02 ) ke jaringan dan mengembalikan karbon dioksida ( CO2 ) dari jaringan ke paru – paru  . untuk mencapai pertukaran gas ini , sel darah merah mengandung protein khusus, yang bernama haemogobin .setiap sel darah merah mengandung sekitar  640 juta molukul heamoglobin dan setiap melekul dewasa normal (Hb A) terdiri atas empat rantai polipepdida 2 2  , masing – masimg dengan gugus haennya sendiri . berat melekol Hb A 68.000.
Fungsi dari melekul haemoglobin adalah memuat dan melepas 02 .
Agar berhasil mengangkut heamoglobin untuk jaringan dan untuk pertukaran gas yang baik, sel darah merah dengan  diameter  8m , harus sanggup melewati secara berulang ulang mikrosirkulasi yang berdiameter minimum 3,5 m, untuk menjaga haemoglobin dalam keadaan tereduksi dan untuk menpertahankan keseimbangan osmosik walaupun terdapat konsentrasi protein (haemoglobin ) tinggi dalam sel . perjalanan totalnya  sepanjang 120 hari kehidupan sel diperkirakan 300mil.   

2.3. ANEMIA
Biasanya ini definisikan sebagai konsentrasi haemoglobin dalam darah rurang dari pada 13,5 g/dL pada laki – laki dewasa dan kurang dari 11,5 g/dL pada wanita dewasa. Wealaupun ada yang memakai 14 g/dl dan 12 g/dl sebagai batas terendah normal pada orang dewasa. Dari umur 3 bulan sampai akil balik , kurang dari pada 11 ,0 g/dl menunjukan anemia . Karena bayi baru lahir mempunyai kadar haemoglobin tinggi ,15 g/dl dianggap sebagai batas terrendah ketika lahir. Penurunan haemoglobin biasanya disertai olah penurunan jumlah sel darah merah dan packet cell volume (PCV) tetapi ini dapat normal pada beberapa pasien dengan kadar haemoglobin subnormal . Perubahan dalam volume plasma total yang beredar sebagai mana haemoglobin total yang beredar menentukan apakah anemia terdapat atau tidak . Penurunan volume plasma dapat menyelubungi anaemia, sebaliknya peningkatan volume plasma dapat menyebabkan anaemia bahkan dengan sel darah merah total dalam sirkulasi normal dan masa haemoglobin normal.
Setelah kehilangan darah banyak akut , anemia tidak segera tampak nyata , karena volume darah total berkurang. Volume plasma memerlukan waktu satu hari untuk diganti dan dengan demikian sampai nampai anaemia . Regenerasi massa haemoglobin memakan waktu lebih lama . 0leh karena itu , gambaran klinis mula – mula dari kehilangan darah akut dan banyak adalah disebabkan kerena penurunan volume darah bukan karena anaemia.
Tabel  1
Nilai – Nilai Normal Sel Darah Merah Orang Dewasa
                                                                        Pria                                          Wanita
Haemoglobin (Hb)* (g/dl)                               13,5  -  17,5                             11,5 – 15,5
HaemoglobinHaematokrit (PCV) (%)            40     -  52                                36    - 48
Hitung sel  darah merah  ( x 1012 /L)              4,5   -  6,5                                3,9  -  5,6
Haemoglobin sel rata-rata  (pg)                                               27 – 34
Volume sel rata-rata (fl)                                                          80 – 95
Konsentrasi Haemoglobin sel rata rata (g/dl)                          30 – 35
* Anak – anak : Neonatus Hb  15,0 – 21 ,0 g/dl
                          3 bulan Hb   9,3 – 12,5 g/dl
                           1 tahun – pubertas Hb 11,0 – 13,5 g/dl
Sumber Kapita Selekta Haematologi oleh A V Hoffbrand 1996.
Anemia yang dikenal baik terjadi dengan difesiensi ( kekurangan ) zat Besi , vitamin B12  atau folat .  Anemia juga terjadi dengan defisiensi asam amino (protein) , tiroksin atau endrogen tetapi dapat merupakanadaptasi terhadap komsumsi 02 jaringan yang lebih rendah , bukan sebagai  efek langsung dari defisiensi pada eritropoisis (proses terbentuknya sel darah merah di sumsum tulang belakang ) . Anemia juga terjadi pada defisiensi vitan C (scurvy ) , vitamin E dan reboflavin.