Thursday, 29 August 2013
Kesiapan Mental Ibu dalam Menghadapi Persalinan
17:46
No comments
Berbicara
secara psikologis, tugas utama selama sembilan bulan hamil adalah memasukkan
bayi baru pada rencana jangka panjang, masa depan, perasaan dan gaya hidup Anda. Meskipun
merupakan tantangan yang sama bagi pria dan wanita, Anda bisa mempengaruhi
dengan cara yang berbeda. Kekacauan emosi yang Anda rasakan merupakan kekuatan
positif untuk memandu Anda melewati penyesuaian untuk menjadi seorang ibu atau
ayah. Setelah melewatinya, ada peluang yang baru bahwa Anda secara emosional akan
dipersiapkan dengan baik untuk kehadiran bayi baru. Faktanya, Anda mungkin
memiliki pemikiran alternatif kedua bukan berarti Anda telah membuat kesalahan.
Salah apabila berpikir memiliki bayi untuk menyengkan. Hal paling baik yang
bisa Anda lakukan untuk diri sendiri adalah bersikap terbuka mengenai perasaan
Anda. Jujur, Anda akan menjelaskan pemikiran Anda dan menyiapkan dasar untuk
pertukaran pemikiran yang konstan selama kehamilan.
Kehamilan
termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tidak dapat
dielak, situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi
juga psikologis. Dalam aspek psikologis, timbul pengharapan yang disertai
kecemasan menyambut persiapan kedatangan bayi. Semuanya itu ikut mewarnai
interaksi antara anggota dalam keluarga.
Kehamilan
adalah suatu krisis maturnitas yang
dapat menimbulkan rasa stres, tetapi memberikan makna karena dengan keadaan
tersebut wanita akan menyiapkan diri untuk memberikan perawatan dan mengemban
tanggung jawab yang lebih besar. Krisis kehamilan umumnya berakhir ketika bayi dilahirkan. Titik akhir ini
merupakan pemecahan krisis tersebut, tetapi apakah wanita siap menjalani atau
tidak ini bergantung apakah proses psikologis yang normal selama kehamilan
dapat dia jalani dengan baik atau tidak.
perubahan
psikologis ibu hamil dapat dibagi menjadi 3 bagian:
a. Trimester Pertama
Pada
trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan untuk membuktikan bahwa
wanita dalam keadaan hamil pada saat
inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima
kenyataan akan kehamilannya.
b. Trimester kedua
Trimester
kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan atau saat ibu merasa
sehat, ini disebabkan karena pada trimester ini umumnya ibu sudah merasa baik
dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
c. Trimester ketiga
Trimester
ketiga tersebut sebagai periode penantian. Pada perioden ini ibu menanti
kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, ibu menjadi tidak sabar untuk
segera melihat bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak
lahir tepat pada waktunya.
Fase
terakhir pertumbuhan janin berlangsung pada periode tiga bulan terakhir (bulan
ke-7 sampai ke-9). Pada fase ini calon ibu mulai merasakan tertekan dan
gelisah. Semua gejala itu dapat membuat calon ibu merasakan cemas, mudah
tersinggung dan lekas marah seperti pada periode pertama masa kehamilan ibu
sering memikirkan kesehatan dan keamanan janin dan lebih cemas lagi menghadapi
saat-saat bersalin yang sudah dekat.
Hampir
setiap calon orang tua, terutama ibu selalu dikelilingi oleh kecemasan tentang
bayinya, khususnya pada trimester terakhir. Cepatnya persalinan melahirkan bayi
memberikan kecemasan apakah bayi akan tidak normal, apakah Anda akan menjadi
orang tua yang baik, apakah Anda akan melakukan sesuatu yang tolol seperti
menjatuhkan bayi dan apakah Anda bisa mengatasi perawatan dari hari ke hari
pada minggu-minggu pertama. Semua perasaan tersebut cukup wajar dan sebagian
besar wanita mengalaminya. Jika Anda tahu perasaan seperti itu akan muncul dan
wajar secara normal, ini akan membantu menghilangkan kecemasan Anda.
Semua
wanita hamil pada beberapa tahap merasa khawatir sesuatu menjadi salah satu ada
yang salah dengan bayi. Membayangkan menjadi salah dengan bayi. Membayangkan
kehilangan bayi atau melahirkan bayi mati tidak berdasar dalam realita. Hal ini
lebih berkaitan dengan khayalan kehilangan bayi dalam rahim. Membayangkan bayi
meninggal merupakan bagian dari ketidakpahaman Anda mengenai kesehatan bayi
Anda. Meskipun saya tahu bahwa khayalan semacam ini sangat wajar, saya masih
tetap khawatir memiliki khayalan tersebut. Salah satu cara mengatasinya adalah
mencoba membuangnya dari pikiran dengan bangun dan melanjutkan beberapa aspek
yang menyenangkan dalam mempersiapkan bayi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
17:28
No comments
A.
Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran
sebelum pelaksanaan tindakan kelas guru mengajar secara konvensional. Guru
cenderung mentransper ilmu kepada siswa, sehingga siswa hanya mendengar dan
siswa kurang aktif bahkan cenderung bosan. Proses pembelajaran tampak kaku
karena siswa hanya melihat dan mendengar apa yang dijelaskan gurunya. Itu semua
berdampak pada hasil nilai siswa di kelas VII SMP Negeri khususnya materi bilangan pecahan berpangkat.
B. Deskripsi Siklus I
1.
Perencanaan
Tindakan
Perencanaan
tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pemilihan materi dan penyusunan rencana
pelasaksanaan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional pada materi bilangan pecahan berpangkat kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b. Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu
sebanyak 2 x 45 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 2 kali tatap muka.
Dengan demikian, selama siklus I terjadi
2 kali tatap muka.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a.
Pelaksanaan Kegiatan
Pembelajaran
Pada siklus
I dengan materi bilangan
pecahan berpangkat, dengan
menggunakan type STAD.
Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1)
Guru
secara klasikal menjelaskan strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan
siswa.
2)
Siswa
dibagi menjadi 6 kelompok
3)
Masing-masing
kelompok diminta untuk mengerjakan kegiatan sesuai dengan LKS.
4)
Memberikan
evaluasi
5)
Memberikan
tindak lanjut dari hasil pembelajaran pada siklus I
Proses pembelajaran pada siklus I guru tidak lagi
mentransfer materi pada siswa, tetapi
siswa ditugaskan bekerja dalam kelompok untuk mencari dan mengerjakan tugas
yang diberikan guru mengenai materibilangan pecahan berpangkat dengan menggunakan LKS, guru mengawasi siswa
bekerja secara kelompok. Dalam kegiatan suasana pembelajaran tampak kurang aktif
dalam belajar.
2.
Hasil Pengamatan (Observasi)
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, observasi
dilakukan oleh observer yaitu guru kelas (teman sejawat) pada SMP Negeri.
Observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa, kerja sama, kecepatan,
dan ketepatan siswa dalam memahami materi bilangan pecahan berpangkat. Hasil observasi digunakan sebagai bahan
refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II. Hasil
pengamatan pada siklus I tatap I diperoleh nilai tertinggi 75 dan terendah
yaitu 55 dengan hasil rata-rata siswa yaitu 64,29 dan pada siklus I tatap II
nilai siswa meningkat dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 60 dengan
rata-rata siswa 69,86. Dengan presentasi : siswa yang mencapai nilai A (tinggi
sekali) 0 siswa (0%), yang mendapat nilai B (tinggi) adalah 2 siswa (5,72%),
sedangkan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 30 siswa (85,71%), dan yang
mendapat nilai D (rendah) adalah 3 siswa (8,57%).
3. Refleksi
Berdasarkan hasil test kemampuan siswa siklus I tatap I
dan siklus I tatap II meskipun terdapat peningkatan, tetapi dapat dilihat
adanya siswa yang masih dibawah kreteria ketuntasan minimal sebanyak 33 siswa (94,29%). Jumlah siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 2 siswa
(5,71%) dengan nilai
rata-rata 67,07%. Maka dapat dikatakan
nilai rata-rata belum cukup dan belum optimal. Hasil ini dapat dilihat dari
observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat siswa yang kurang
aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan siswa juga kurang memahami
materi yang di sampai guru. Oleh karena itu
perlu upaya perbaikan pada siklus
II.
Prosedur Penelitian penelitian tindakan kelas
17:20
No comments
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom
action riset) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian
ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).
1. Siklus 1
a.
Perencanaan (Planning) terdiri atas kegiatan :
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP )
2) Persiapan Skenario Pembelajaran
b. Pelaksanaan (Acting) terdiri atas kegiatan :
1) Pelaksanaan Program Pembelajaran sesuai
jadwal.
2) Proses pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional.
3) Menjelaskan strategi dalam pembelajaran
menggunakan metode konvensional pada materi Bilangan Pecahan Berpangkat.
4)
Mengadakan proses pembelajaran.
5)
Mengadakan tes tertulis
6)
Penilaian hasil tes tertulis
c.
Pengamatan (Observing) yaitu mengamati proses
pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar
hasil tes tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus
berikutnya.
d.
Refleksi (Reflecting) yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada
siklus I.
2.
Siklus II
a.
Perencanaan (Planning) terdiri atas kegiatan :
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP )
2)
Penyiapan skenario pembelajaran
b. Pelaksanaan (Acting) terdiri atas kegiatan :
1) Pelaksanaan program pembelajaran sesuai
dengan jadwal
2) Pembelajaran menggunakan metode STAD
dengan diskusi pada materi Bilangan Pecahan Berpangkat.
3) Menerapkan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode STAD
4)
Mengadakan observasi tentang
proses pembelajaran
5)
Mengadakan tes tertulis
6)
Penilaian hasil tes tertulis
c.
Pengamatan (Observing) yaitu mengamati proses
pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya.
d.
Refleksi (Reflecting) yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada
siklus II
Model Pembelajaran Kooperatif STAD
17:10
No comments
Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif
ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah satu
teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin
bahwa fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau
kerjasama antar individu. Implikasi dari teori Vygotsky ini dapat berbentuk
pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran
kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contextual teaching and learning), yaitu
tentang learning community (Depag RI, 2004).
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievment Division (STAD) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : 2.1 Langkah-langkah
Model Pembelajaran STAD
Fase
|
Tingkah
laku Guru
|
Fase 1
Menyampaikan kompetensi yang diharapkan dan
memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator yang diharapkan, dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
|
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
bekerja dan belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
diskusi secara efisien.
|
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok –kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
|
Fase 6
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya hasil belajar
individu maupun kelompok.
|
Subscribe to:
Posts (Atom)