This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday 29 August 2013

Kesiapan Mental Ibu dalam Menghadapi Persalinan



Berbicara secara psikologis, tugas utama selama sembilan bulan hamil adalah memasukkan bayi baru pada rencana jangka panjang, masa depan,  perasaan dan gaya hidup Anda. Meskipun merupakan tantangan yang sama bagi pria dan wanita, Anda bisa mempengaruhi dengan cara yang berbeda. Kekacauan emosi yang Anda rasakan merupakan kekuatan positif untuk memandu Anda melewati penyesuaian untuk menjadi seorang ibu atau ayah. Setelah melewatinya, ada peluang yang baru bahwa Anda secara emosional akan dipersiapkan dengan baik untuk kehadiran bayi baru. Faktanya, Anda mungkin memiliki pemikiran alternatif kedua bukan berarti Anda telah membuat kesalahan. Salah apabila berpikir memiliki bayi untuk menyengkan. Hal paling baik yang bisa Anda lakukan untuk diri sendiri adalah bersikap terbuka mengenai perasaan Anda. Jujur, Anda akan menjelaskan pemikiran Anda dan menyiapkan dasar untuk pertukaran pemikiran yang konstan selama kehamilan.
Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tidak dapat dielak, situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis. Dalam aspek psikologis, timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan kedatangan bayi. Semuanya itu ikut mewarnai interaksi antara anggota dalam keluarga.
Kehamilan adalah suatu krisis maturnitas yang dapat menimbulkan rasa stres, tetapi memberikan makna karena dengan keadaan tersebut wanita akan menyiapkan diri untuk memberikan perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Krisis kehamilan umumnya berakhir ketika bayi dilahirkan. Titik akhir ini merupakan pemecahan krisis tersebut, tetapi apakah wanita siap menjalani atau tidak ini bergantung apakah proses psikologis yang normal selama kehamilan dapat dia jalani dengan baik atau tidak.
perubahan psikologis ibu hamil dapat dibagi menjadi 3 bagian:
a.       Trimester Pertama
Pada trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil pada  saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya.
b.      Trimester kedua
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan atau saat ibu merasa sehat, ini disebabkan karena pada trimester ini umumnya ibu sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
c.       Trimester ketiga
Trimester ketiga tersebut sebagai periode penantian. Pada perioden ini ibu menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, ibu menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya.
Fase terakhir pertumbuhan janin berlangsung pada periode tiga bulan terakhir (bulan ke-7 sampai ke-9). Pada fase ini calon ibu mulai merasakan tertekan dan gelisah. Semua gejala itu dapat membuat calon ibu merasakan cemas, mudah tersinggung dan lekas marah seperti pada periode pertama masa kehamilan ibu sering memikirkan kesehatan dan keamanan janin dan lebih cemas lagi menghadapi saat-saat bersalin yang sudah dekat.
Hampir setiap calon orang tua, terutama ibu selalu dikelilingi oleh kecemasan tentang bayinya, khususnya pada trimester terakhir. Cepatnya persalinan melahirkan bayi memberikan kecemasan apakah bayi akan tidak normal, apakah Anda akan menjadi orang tua yang baik, apakah Anda akan melakukan sesuatu yang tolol seperti menjatuhkan bayi dan apakah Anda bisa mengatasi perawatan dari hari ke hari pada minggu-minggu pertama. Semua perasaan tersebut cukup wajar dan sebagian besar wanita mengalaminya. Jika Anda tahu perasaan seperti itu akan muncul dan wajar secara normal, ini akan membantu menghilangkan kecemasan Anda.
Semua wanita hamil pada beberapa tahap merasa khawatir sesuatu menjadi salah satu ada yang salah dengan bayi. Membayangkan menjadi salah dengan bayi. Membayangkan kehilangan bayi atau melahirkan bayi mati tidak berdasar dalam realita. Hal ini lebih berkaitan dengan khayalan kehilangan bayi dalam rahim. Membayangkan bayi meninggal merupakan bagian dari ketidakpahaman Anda mengenai kesehatan bayi Anda. Meskipun saya tahu bahwa khayalan semacam ini sangat wajar, saya masih tetap khawatir memiliki khayalan tersebut. Salah satu cara mengatasinya adalah mencoba membuangnya dari pikiran dengan bangun dan melanjutkan beberapa aspek yang menyenangkan dalam mempersiapkan bayi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.    Deskripsi  Kondisi Awal
Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas guru mengajar secara konvensional. Guru cenderung mentransper ilmu kepada siswa, sehingga siswa hanya mendengar dan siswa kurang aktif bahkan cenderung bosan. Proses pembelajaran tampak kaku karena siswa hanya melihat dan mendengar apa yang dijelaskan gurunya. Itu semua berdampak pada hasil nilai siswa di kelas VII SMP Negeri khususnya materi bilangan pecahan berpangkat.

B.     Deskripsi Siklus I
1.      Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
a.   Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelasaksanaan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional pada materi bilangan pecahan berpangkat  kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b.   Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu sebanyak 2 x 45 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 2 kali tatap muka. Dengan  demikian, selama siklus I terjadi 2 kali tatap muka.
2.      Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a.       Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran 
Pada siklus I dengan materi bilangan pecahan berpangkat, dengan menggunakan type STAD.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 
1)        Guru secara klasikal menjelaskan strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa.
2)        Siswa dibagi menjadi 6 kelompok
3)        Masing-masing kelompok diminta untuk mengerjakan kegiatan sesuai dengan LKS.
4)        Memberikan evaluasi
5)        Memberikan tindak lanjut dari hasil pembelajaran pada siklus I
Proses pembelajaran pada siklus I guru tidak lagi mentransfer  materi pada siswa, tetapi siswa ditugaskan bekerja dalam kelompok untuk mencari dan mengerjakan tugas yang diberikan guru mengenai materibilangan pecahan berpangkat  dengan menggunakan LKS, guru mengawasi siswa bekerja secara kelompok. Dalam kegiatan suasana pembelajaran tampak kurang aktif dalam belajar.

2.      Hasil Pengamatan (Observasi)
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, observasi dilakukan oleh observer yaitu guru kelas (teman sejawat) pada SMP Negeri. Observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa, kerja sama, kecepatan, dan ketepatan siswa dalam memahami materi bilangan pecahan berpangkat. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II. Hasil pengamatan pada siklus I tatap I diperoleh nilai tertinggi 75 dan terendah yaitu 55 dengan hasil rata-rata siswa yaitu 64,29 dan pada siklus I tatap II nilai siswa meningkat dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 60 dengan rata-rata siswa 69,86. Dengan presentasi : siswa yang mencapai nilai A (tinggi sekali) 0 siswa (0%), yang mendapat nilai B (tinggi) adalah 2 siswa (5,72%), sedangkan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 30 siswa (85,71%), dan yang mendapat nilai D (rendah) adalah 3 siswa (8,57%).

3.      Refleksi 
Berdasarkan hasil test kemampuan siswa siklus I tatap I dan siklus I tatap II meskipun terdapat peningkatan, tetapi dapat dilihat adanya siswa yang masih dibawah kreteria ketuntasan minimal sebanyak 33 siswa (94,29%). Jumlah siswa yang telah mencapai  kriteria ketuntasan minimal sebanyak 2 siswa (5,71%) dengan nilai rata-rata 67,07%. Maka dapat dikatakan nilai rata-rata belum cukup dan belum optimal. Hasil ini dapat dilihat dari observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan siswa juga kurang memahami materi yang di sampai guru. Oleh karena itu  perlu upaya  perbaikan pada siklus II.

Prosedur Penelitian penelitian tindakan kelas



Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom action riset) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). 
1.      Siklus 1
a.       Perencanaan (Planning) terdiri atas kegiatan :
1)      Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
2)      Persiapan Skenario Pembelajaran
b.      Pelaksanaan (Acting) terdiri atas kegiatan :
1)      Pelaksanaan Program Pembelajaran sesuai jadwal.
2)      Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional.
3)      Menjelaskan strategi dalam pembelajaran menggunakan metode konvensional pada materi Bilangan Pecahan Berpangkat.
4)      Mengadakan proses pembelajaran.
5)      Mengadakan tes tertulis
6)      Penilaian hasil tes tertulis
c.       Pengamatan (Observing) yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tes tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
d.      Refleksi (Reflecting) yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I.
2.      Siklus II
a.       Perencanaan (Planning) terdiri atas kegiatan :
1)      Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
2)      Penyiapan skenario pembelajaran
b.      Pelaksanaan (Acting) terdiri atas kegiatan :
1)      Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal
2)      Pembelajaran menggunakan metode STAD dengan diskusi pada materi Bilangan Pecahan Berpangkat.
3)      Menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan metode STAD
4)      Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran
5)      Mengadakan tes tertulis
6)      Penilaian hasil tes tertulis
c.       Pengamatan (Observing) yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya.
d.      Refleksi (Reflecting) yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus II

Model Pembelajaran Kooperatif STAD



Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
      Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. Implikasi dari teori Vygotsky ini dapat berbentuk pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contextual teaching and learning), yaitu tentang learning community (Depag RI, 2004).
      Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Student Teams Achievment Division (STAD) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel : 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD

Fase
Tingkah laku Guru
Fase 1
Menyampaikan kompetensi yang diharapkan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang diharapkan, dan memotivasi siswa belajar.

Fase  2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase  3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok bekerja dan belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan diskusi secara efisien.

Fase  4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok –kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase  5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase  6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya hasil belajar individu maupun kelompok.