Friday, 22 March 2013
Konsep Dasar Hypertonic uterine contraction
17:49
No comments
1.
Pengertian
Hypertonic uterine
contraction adalah His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu sangat singkat.
Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus
His
adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna dengan sifat-sifat : Kontraksi simetris, fundus dominan kemudian
diikuti dengan relaksasi.
Distosia
His adalah kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan ataupun sifatnya menyebabkan
rintangan pada jalan lahir yang lazim pada setiap persalinan, tidak dapat diatas
sehingga persalinan menggalami hambatan atau kemacetan.
2.
Etiologi
Kelainan
His terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua. Pada
multi para lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat hypertonic uterine contraction. factor herediter mungkin memegang
peranan penting dalam kelainan his. sampai seberapa jauh faktor emosi
(ketakutan dan lain-lain) mempengaruhi kelainan
his, belum ada persesuaian faham antara para ahli dalam kelainan His.
khususnya hypertonic uterine contraction,
ialah bahwa apabila bahagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan sekmen
bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada disproporsisefalo pervik. perenganan
rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion juga dapat menjadi
factor penyebab dari hypertonic uterine contraction yang
murni. akhirya gangguan gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional,
misalnya pada masa Uterus bikornis unikollis, dapat pula mengakibatkan kelainan
his. Akan tetapi sebahagian besar kasus
kurang lebih separonya. penyebab hypertonic
uterine contraction ini tidak diketahui. (Wiknjosastro, 2005)
3.
Patofisiolagi
His
dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian manjalar merata
simetris ke seluruh korpus uteri dengan
adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling
dominan kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh, sehingga
tekanan dalam ruang amnion kembali ke asalnya sekitar 10 mmHg.
gambaran
uterus yang besar di sebelah kiri menunjukan 4 tempat dimana dipasang mikro
balon untuk mengukur/ mencatat tekanan pada miometrium terlihat bagaimana
kontraksi mulai menyebar, dan menjadi kuat dan akhirnya mengurang dan hilang. (
Mucktar, 1992)
4.
Klasifikasi
Kelainan His
a. Inersia
Uteri disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi dengan
kuat dan lebih dulu dari pada bagian bagian lain, peranan fundus tetap menonjol.
Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman. Singkat dan
jarang dari pada biasa. Keadaan umum pasien biasanya baik, dan rasa nyeri tidak
seberapa. Selama ketuban masih utuh
umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi bayi, kecuali jika persalinan
berlangsung terlalu lama, dalam hal terakhir ini morbilitas ibu dan mortalitas
bayi naik. Keadaan ini dinamakan inersia
uteri premer (Hypotonic uterine contraction)
b. His
terlampai kuat, (hypertonic uterine
contraction) his yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan
persalinan selesai dalam waktu sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang
dari 3 jam dinamakan partus presipitatus. Sifat his normal, tonos otot diluar
kontraksi juga normal, tonus otot diluar
his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. bahaya partus presipetatus bagi ibu adalah terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir. Khususnya servik uteri, vagina dan perenium sedangkan
bayi biasa mengalami pendarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut
mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
c. Incoordinat uterine
action di sini sifat his berubah tonus otot
uterus meningkat juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronnisasi antara kontraksi bagian bagiannya. tidak adanya
koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak
efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping tonus otot
uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu
dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini disebut uncoordinet hypertonic uterine contraction.
Kadang- kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah,
kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat sehingga terjadinya
penyempitan kavum uteri pada tempat itu. ini dinamakan lingkaran kontraksi atau
lingkaran konstriksi, secara tioritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana.
akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan sekmen bawah uterus. lingkaran kontriksi
tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali bila pembukaan telah
lengkap sehingga tangan dapat dimasukan kedalam kavum uteri. (Wiknjosastro,
2005)
Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
11:29
No comments
Manajemen kebidanan proses pemecahan yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan – penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk mengambil keputusan yang berfokus kepada klain (Verney, 1997)
1. Defenisi
Manajemen Kebidanan
Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis melalui pengkajian analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Defenisi
Kebidanan
Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa
berbagai disiplin ilmu atau multi disiplin yang terkait dengan pelayanan
kebidanan, ilmu kedokteran, ilmu keperwatan untuk dapat member pelayanan kepada
ibu pada masa pra konsepsi, hamil bersalin post partum dan bayi baru lahir.
3. Defenisi
Bidan
International
Confederation of Midwife (ICM),
Federation of International Gynecologists and Obstetrician (FIGO), World Health
Organization (WHO) menyempurnakan pengertian bidan adalah seseorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan yang diakui oleh negara serta memperoleh
kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negara itu.
Dia harus mampu memberikan pelayanan kebidanan pada wanita selama masa hamil,
persalinan dan masa persalinan (Post
Partum Period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta
asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif,
pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi dan mengupayakan bantuan medis
serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya
tenaga medis lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi pendidikan
kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan
komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal dan persiapan untuk
menjadi orang tua dan meluas ke daerah tertentu dari genekologi keluarga
berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit
kesehatan, rumah parawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya.
4. Definisi Asuhan Kebidanan
Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang mempunyai kebutuhan
atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas bayi
setelah lahir serta keluarga berencana. (Sofyan, 2004).
5.
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Menurut Verney Hellen.
a) Langkah
I (Pengumpulan Data Dasar)
Pengumpulan data dasar
dilakukan untuk mengevaluasi keadaan pasien termasuk didalamnya, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, catatan rumah sakit sebelum atau baru, data
laboratorium.
b) Langkah
II (Interprestasi Data Dasar)
Identifikasi yang benar
terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klain berdasarkan interprestasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. sehingga ditemukan masalah
atau diagnosa yang spesifik. Masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi dibutuhkan
penaganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
c) Langkah
III (Antisipasi Masalah atau Diagnosa Potensial)
Setelah didapatkan masalah atau
diagnosa, maka masalah tersebut dirumuskan mencakup masalah potensial yang
berkaitan dengan diagnosa kebidanan adalah merupakan masalah yang mungkin
timbul apabila tidak segera ditanggulangi maka dapat mempegaruhi keselamatan
hidup pasien/klien. Oleh sebab itu masalah potensial haruslah segera diatasi,
dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan untuk mengatasinya.
d) Langkah
IV (Tindakan segera atau Kolaborasi)
Beberapa hal yang mencerminkan
kesinambungan dan kegiatan yang dilakukan dari mulai ANC sampai persalinan.
Dalam langkah tersebut mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri,
kolaborasi ataupun rujukan. Bisa jadi dalam kegiatan ini dapat mengumpulkan
data baru yang kemudian dievaluasi bila menunjukan klien gawat dapat
direncanakan tindakan segera baik mandiri maupun kolaborasi.
e) Langkah
V (Rencana Manajemen)
Perencanaan asuhan kebidanan merupakan
lanjutan dan masalah atau diagnosa yang telah ada. Di dalam langkah ini bidan
dapat mencari informasi yang lengkap dan memberi informasi tambahan.
Pesencanaan asuhan yang mencakup kegiatan bimbingan, penyuluhan dan rujukan
pada klien.
f) Langkah
VI (Pelaksanaan)
Dalam langkah pelaksanaan ini, bidan
dapat melakukan secara mandiri kolaborasi maupun rujukan, namun bidan tetap
bertanggung jawab untuk terus mengarahkan pelaksanaan tindakan asuhan
kebidanan.
g) Langkah
VII (Evaluasi)
Menjelaskan tentang penilaian atau
evaluasi terhadap asuhan yang telah dilaksanakan apakah efektif atau tidak,
sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah perlu mengulang kembali rencana
asuhan pemeriksaan fisik seterusnya (Varney, 1997)
6.
Pendokumentasian metode SOAP
a. Pengertian
SOAP
SOAP
adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan bermanfaat bagi bidan
atau pemberian asuhan yang lain maulai dari data subjektif, objektif,
assessment atau planning.
1) Tujuan catatan SOAP
2) Menciptakan
catatan permanen tentang asuhan yang diberikan.
3) Memungkinkan
berbagai informasi antara pemberian asuhan
4) Menfasilitasi
asuhan yang berkesinambungan
5) Memungkinkan
pengevaluasian dari asuhan yang diberikan
6) Memberikan
data untuk catatan nasional, riset dan statistic, mortalitas dan morbilitas.
7) Meningkatkan
pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi kepada pasien.
b. Manfaat
catatan SOAP
1) Pendokumentasian
metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir
pertemuan data kesimpulan bidan menjadi rencana asuhan.
2) Metode
ini merupakan penyaringan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan untuk
tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.
3) SOAP
merupakan urutan-urutan dalam mengorganisir pikiran bidan dan pemberian asuhan
yang menyeluruh.
c. Tahab-tahab
manajemen SOAP
(S)
Subjektif : Informasi atau data yang diperoleh dari
apa yang dikatakan oleh klien.
(O)
Objektif : Data yang diperoleh dari apa yang
dilihat dan dirasakan oleh bidan saat melakukan pemeriksaan dari hasil
laboratorium.
(A)
Assesment : Kesimpulan yang dibuat untuk mengambil
suatu diagnosa berdasarkan data subjektif dan data objektif.
(P) Planning : Perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan. (Pusdiknakes, 2003)
Manajemen Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Diabetes Mellitus
10:48
No comments
1.
Pengaruh diabetes
mellitus pada kehamilan.
a.
Pengaruh dalam
kehamilan
Dalam
kehamilan diabetes mellitus dapat
menyebabkan komplikasi :
1)
Abortus
dan partus prematurus
2)
Pre
– eklamsi
3)
Hidramnion
4)
Kelainan letak janin
5)
Insufisiensi
plasenta
b.
Pengaruh dalam
persalinan
Penyulit
yang sering dijumpai dalam persalinan adalah :
1)
Inersia
uteri dan atonia
uteri
2)
Distosia
bahu karena anak besar
3)
Kelahiran mati
4)
Lebih sering mengakhiri
partus dengan tindakan, termasuk seksio
sesaria
5)
Lebih mudah terjadi
infeksi
6)
Angka kematian maternal
lebih tinggi
c.
Pengaruh dalam nifas
Diabetes
lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinai maupun luka episiotomi.
d.
Pengaruh pada bayi
Diabetes
mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi, dan dapat terjadi penyulit sebagai berikut.
1)
Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda
mengakibatkan abortus.
2)
Cacat bawaan terutama
pada klas D keatas
3)
Dismaturitas terutama
pada klas D keatas
4)
Janin besar (makrosomia) terutama pada klas A sampai
C
5)
Kematian dalam
kandungan, biasanya pada kelas D keatas
6)
Kematian neonatal
7)
Kelainan neorologik dan psikologik di kemudian hari (Wiknjosastro,
2005)
2.
Penanganan
a.
Pengobatan medik adalah
sangat bijaksana bila pengobatan medik bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
1)
Diabetes Diet
Penderita kelas A cukup diatur
dietnya tanpa pengobatan dengan insulin.
Menurut lokakarya LIPI/NAS (1968) kebutuhan kalori per hari untuk wanita
Indonesia sehat yang tidak hamil, yang
hamil, dan pada masa laktasi masing –
masing sebanyak 2.000, 2300 dan 2.800 kalori dengan protein 65 – 80 gram.
Penderita diabetes mellitus dengan berat badan rata-rata
cukup di beri diet yang komen yang
mengandung 1.200 – 1.800 kalori sehari selama berlangsungnya kehamilan.
Dalam triwulan I diet dan pengobatan
tidak banyak berbeda dengan keadaan diluar kehamilan. White menganjurkan 30 -40
kalori per kg berat badan. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecendrungan
akan retensi air dan udema. Diet yang dianjurkan adalah karbohidrat 40%, protein
2 g/kg berat badan, lemak 45 – 60 g.
Dalam triwulan II metabolismus hidrat-arang dalam tubuh
itu berubah, ibu memerlukan lebih banyak bahan makanan, terutama kalori dan
protein. Penderita yang diluar kehamilan dan dalam kehamilan triwulan I tidak
memerlukan insulin, mungkin sekali
perlu diobati dengan insulin dalam
triwulan II dan III. Karena itu keadaan gula darah harus diperiksa ulang. Diet
dan dosis insulin setiap kali harus
disesuaikan dengan keperluan yang berubah-rubah itu, lebih – lebih dalam
triwulan III, juga dalam masa nifas dan laktasi
pemeriksaan perlu diulang dan diet disesuaikan.
2)
Pemberian insulin
Pada penderita Diabetes Mellitus dalam kehamilan daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya
kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta.
Penderita yang sebelum kehamilan
sudah memerlukan insulin diberi insulin dalam dosis yang sama dengan
dosis diluar kehamilan sampai terdapat tanda-tanda bahaya dosis perlu ditambah
atau dikuranggi. Perubahan – perubahan dalam kehamilan disatu pihak memudahkan
terjadinya hiperglikimia dan asidosis, akan tetapi dipihak lain dapat
menimbulkan reaksi hipoglikenik.
Karena itu dosis insulin perlu
dirubah-rubah sesuia dengan kebutuhan. Perubahan harus dilakukan dengan
hati-hati, dengan berpedoman pada 140 mg/dl pemeriksaan gula darah yaitu kadar
PP (Post Prandial) < 140 mg/dl. (Wiknjosastro,
2005)
b.
Penanganan obstetrik
Penanganan
didasarkan atas pertimbangan beratnya penyakit, umur, paritas, riwayat persalinan terdahulu, dan ada atau tidak
komplikasi.
1)
Penyakit tidak berat
dan pengobatan/diet dapat mengontral penyakit dengan baik, diharapkan partus biasa.
2)
Bila diabetes mellitus agak berat dan
memerlukan insulin, induksi partus lebih dini, kehamilan
minggu ke 36-38.
3)
Diabetes
mellitus agak berat, riwajat kematian janin
dalam kandungan, beberapa institusi melakukan seksio sesaria dalam minggu ke 37 kehamilan.
4)
Diabetes
mellitus berat dengan komplikasi (pre-eklamsi, hidramnion dan sebagainya),
riwayat persalinan yang lalu buruk induksi
partus atau seksio sesaria lebih
dini.
5)
Dalam pengawasan
persalinan, monitor janin dengan baik (DJJ, elektro-toko-kardio-gram
dan ultrasonogragi dan lain-lain).
6) Bila
anak sudah ada dan setiap kehamilan dan persalinan akan mengancam keselamatan
ibu dan bayi, sangat dianjurkan melakukan tubektomi
untuk menutup kesuburan (Muchtar, 1992)
Subscribe to:
Posts (Atom)