This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday 22 March 2013

Konsep Dasar Hypertonic uterine contraction



1.    Pengertian
Hypertonic uterine contraction adalah His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat : Kontraksi simetris, fundus dominan kemudian diikuti  dengan relaksasi.
Distosia His adalah kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan ataupun sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir yang lazim pada setiap persalinan, tidak dapat diatas sehingga persalinan menggalami hambatan atau kemacetan.
2.      Etiologi
Kelainan His terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua. Pada multi para lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat hypertonic uterine contraction. factor herediter mungkin memegang peranan penting dalam kelainan his. sampai seberapa jauh faktor emosi (ketakutan dan lain-lain) mempengaruhi kelainan  his, belum ada persesuaian faham antara para ahli dalam kelainan His. khususnya hypertonic uterine contraction, ialah bahwa apabila bahagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan sekmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada disproporsisefalo pervik. perenganan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion juga dapat menjadi factor penyebab  dari hypertonic uterine contraction yang murni. akhirya gangguan gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional, misalnya pada masa Uterus bikornis unikollis, dapat pula mengakibatkan kelainan his.  Akan tetapi sebahagian besar kasus kurang lebih separonya. penyebab hypertonic uterine contraction ini tidak diketahui. (Wiknjosastro, 2005)
3.         Patofisiolagi
His dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian manjalar merata simetris ke seluruh korpus  uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh, sehingga tekanan dalam ruang amnion kembali ke asalnya sekitar 10 mmHg.
gambaran uterus yang besar di sebelah kiri menunjukan 4 tempat dimana dipasang mikro balon untuk mengukur/ mencatat tekanan pada miometrium terlihat bagaimana kontraksi mulai menyebar, dan menjadi kuat dan akhirnya mengurang dan hilang. ( Mucktar, 1992)
4.         Klasifikasi Kelainan His
a.       Inersia Uteri disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi dengan kuat dan lebih dulu dari pada bagian bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman. Singkat dan jarang dari pada biasa. Keadaan umum pasien biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh  umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu  maupun bagi bayi, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama, dalam hal terakhir ini morbilitas ibu dan mortalitas bayi naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri premer (Hypotonic uterine contraction)
b.      His terlampai kuat, (hypertonic uterine contraction) his yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus. Sifat his normal, tonos otot diluar kontraksi juga normal, tonus otot diluar  his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. bahaya partus presipetatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir. Khususnya servik uteri, vagina dan perenium sedangkan bayi biasa mengalami pendarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
c.       Incoordinat uterine action di sini sifat his berubah tonus otot uterus meningkat juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronnisasi antara kontraksi bagian bagiannya. tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini disebut uncoordinet hypertonic uterine contraction. Kadang- kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat sehingga terjadinya penyempitan kavum uteri pada tempat itu. ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi, secara tioritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana. akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas  dan sekmen bawah uterus. lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali bila pembukaan telah lengkap sehingga tangan dapat dimasukan kedalam kavum uteri. (Wiknjosastro, 2005)

Konsep Dasar Manajemen Kebidanan



Manajemen kebidanan proses pemecahan yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil keputusan yang berfokus kepada klain (Verney, 1997)
1.      Defenisi Manajemen Kebidanan
Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis melalui  pengkajian analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2.      Defenisi Kebidanan
Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu atau multi disiplin yang terkait dengan pelayanan kebidanan, ilmu kedokteran, ilmu keperwatan untuk dapat member pelayanan kepada ibu pada masa pra konsepsi, hamil bersalin post partum dan bayi baru lahir.
3.      Defenisi Bidan
International Confederation of Midwife (ICM), Federation of International Gynecologists and Obstetrician (FIGO), World Health Organization (WHO) menyempurnakan pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negara itu. Dia harus mampu memberikan pelayanan kebidanan pada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa persalinan (Post Partum Period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medis lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal dan persiapan untuk menjadi orang tua dan meluas ke daerah tertentu dari genekologi keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah parawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya.
4.      Definisi  Asuhan Kebidanan
Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas bayi setelah lahir serta keluarga berencana. (Sofyan, 2004).
5.      Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Menurut Verney Hellen.
a)      Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pengumpulan data dasar dilakukan untuk mengevaluasi keadaan pasien termasuk didalamnya, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, catatan rumah sakit sebelum atau baru, data laboratorium.
b)      Langkah II (Interprestasi Data Dasar)
Identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klain berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi dibutuhkan penaganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. 
c)      Langkah III (Antisipasi Masalah atau Diagnosa Potensial)
Setelah didapatkan masalah atau diagnosa, maka masalah tersebut dirumuskan mencakup masalah potensial yang berkaitan dengan diagnosa kebidanan adalah merupakan masalah yang mungkin timbul apabila tidak segera ditanggulangi maka dapat mempegaruhi keselamatan hidup pasien/klien. Oleh sebab itu masalah potensial haruslah segera diatasi, dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan untuk mengatasinya.
d)     Langkah IV (Tindakan segera atau Kolaborasi)
Beberapa hal yang mencerminkan kesinambungan dan kegiatan yang dilakukan dari mulai ANC sampai persalinan. Dalam langkah tersebut mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi ataupun rujukan. Bisa jadi dalam kegiatan ini dapat mengumpulkan data baru yang kemudian dievaluasi bila menunjukan klien gawat dapat direncanakan tindakan segera baik mandiri maupun kolaborasi.

e)      Langkah V (Rencana Manajemen)
Perencanaan asuhan kebidanan merupakan lanjutan dan masalah atau diagnosa yang telah ada. Di dalam langkah ini bidan dapat mencari informasi yang lengkap dan memberi informasi tambahan. Pesencanaan asuhan yang mencakup kegiatan bimbingan, penyuluhan dan rujukan pada klien.
f)       Langkah VI (Pelaksanaan)
Dalam langkah pelaksanaan ini, bidan dapat melakukan secara mandiri kolaborasi maupun rujukan, namun bidan tetap bertanggung jawab untuk terus mengarahkan pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan.
g)      Langkah VII  (Evaluasi)
Menjelaskan tentang penilaian atau evaluasi terhadap asuhan yang telah dilaksanakan apakah efektif atau tidak, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah perlu mengulang kembali rencana asuhan pemeriksaan fisik seterusnya (Varney, 1997)
6.   Pendokumentasian metode SOAP
a.       Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan bermanfaat bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain maulai dari data subjektif, objektif, assessment atau planning.
1)       Tujuan catatan SOAP
2)      Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan.
3)      Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian asuhan
4)      Menfasilitasi asuhan yang berkesinambungan
5)      Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan
6)      Memberikan data untuk catatan nasional, riset dan statistic, mortalitas dan morbilitas.
7)      Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi kepada pasien.
b.   Manfaat catatan SOAP
1)      Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir pertemuan data kesimpulan bidan menjadi rencana asuhan.
2)      Metode ini merupakan penyaringan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.
3)      SOAP merupakan urutan-urutan dalam mengorganisir pikiran bidan dan pemberian asuhan yang menyeluruh.
c.    Tahab-tahab manajemen SOAP
(S)  Subjektif     : Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan oleh klien.
(O)  Objektif     : Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan saat melakukan pemeriksaan dari hasil laboratorium.
(A)  Assesment   : Kesimpulan yang dibuat untuk mengambil suatu diagnosa berdasarkan data subjektif dan data objektif.
(P) Planning      :       Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan. (Pusdiknakes, 2003)

Manajemen Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Diabetes Mellitus



1.         Pengaruh  diabetes mellitus pada kehamilan.
a.    Pengaruh dalam kehamilan
Dalam kehamilan diabetes mellitus dapat menyebabkan komplikasi :
1)            Abortus dan partus prematurus
2)            Pre – eklamsi
3)            Hidramnion
4)            Kelainan letak janin
5)            Insufisiensi plasenta
b.   Pengaruh dalam persalinan
Penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan adalah :
1)            Inersia uteri dan atonia uteri
2)            Distosia bahu karena anak besar
3)            Kelahiran mati
4)            Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan, termasuk seksio sesaria
5)            Lebih mudah terjadi infeksi
6)            Angka kematian maternal lebih tinggi
c.       Pengaruh dalam nifas
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinai maupun luka episiotomi.
d.      Pengaruh pada bayi
Diabetes mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi, dan dapat terjadi penyulit sebagai berikut.
1)      Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2)      Cacat bawaan terutama pada klas D keatas
3)      Dismaturitas terutama pada klas D keatas
4)      Janin besar (makrosomia) terutama pada klas A sampai C
5)      Kematian dalam kandungan, biasanya pada kelas D keatas
6)      Kematian neonatal
7)      Kelainan neorologik dan psikologik di kemudian hari  (Wiknjosastro, 2005)

2.         Penanganan
a.    Pengobatan medik adalah sangat bijaksana bila pengobatan medik bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
1)   Diabetes Diet
            Penderita kelas A cukup diatur dietnya tanpa pengobatan dengan insulin. Menurut lokakarya LIPI/NAS (1968) kebutuhan kalori per hari untuk wanita Indonesia sehat yang  tidak hamil, yang hamil, dan pada masa laktasi masing – masing sebanyak 2.000, 2300 dan 2.800 kalori dengan protein 65 – 80 gram. Penderita diabetes mellitus dengan berat badan rata-rata cukup  di beri diet yang komen yang mengandung 1.200 – 1.800 kalori sehari selama berlangsungnya kehamilan.
            Dalam triwulan I diet dan pengobatan tidak banyak berbeda dengan keadaan diluar kehamilan. White menganjurkan 30 -40 kalori per kg berat badan. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecendrungan akan retensi air dan udema. Diet yang dianjurkan adalah karbohidrat 40%, protein 2 g/kg berat badan, lemak 45 – 60 g.
            Dalam triwulan II metabolismus hidrat-arang dalam tubuh itu berubah, ibu memerlukan lebih banyak bahan makanan, terutama kalori dan protein. Penderita yang diluar kehamilan dan dalam kehamilan triwulan I tidak memerlukan insulin, mungkin sekali perlu diobati dengan insulin dalam triwulan II dan III. Karena itu keadaan gula darah harus diperiksa ulang. Diet dan dosis insulin setiap kali harus disesuaikan dengan keperluan yang berubah-rubah itu, lebih – lebih dalam triwulan III, juga dalam masa nifas dan laktasi pemeriksaan perlu diulang dan diet disesuaikan.
2)   Pemberian insulin
            Pada penderita Diabetes Mellitus dalam kehamilan daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
            Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dalam dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai terdapat tanda-tanda bahaya dosis perlu ditambah atau dikuranggi. Perubahan – perubahan dalam kehamilan disatu pihak memudahkan terjadinya hiperglikimia dan asidosis, akan tetapi dipihak lain dapat menimbulkan reaksi hipoglikenik. Karena itu dosis insulin perlu dirubah-rubah sesuia dengan kebutuhan. Perubahan harus dilakukan dengan hati-hati, dengan berpedoman pada 140 mg/dl pemeriksaan gula darah yaitu kadar PP (Post Prandial) < 140 mg/dl. (Wiknjosastro, 2005)


b.   Penanganan obstetrik
Penanganan didasarkan atas pertimbangan beratnya penyakit, umur, paritas, riwayat persalinan terdahulu, dan ada atau tidak komplikasi.
1)   Penyakit tidak berat dan pengobatan/diet dapat mengontral penyakit dengan baik, diharapkan partus biasa.
2)   Bila diabetes mellitus agak berat dan memerlukan insulin, induksi partus lebih dini, kehamilan minggu ke 36-38.
3)   Diabetes mellitus agak berat, riwajat kematian janin dalam kandungan, beberapa institusi melakukan seksio sesaria dalam minggu ke 37 kehamilan.
4)   Diabetes mellitus berat dengan komplikasi (pre-eklamsi, hidramnion dan sebagainya), riwayat persalinan yang lalu buruk induksi partus atau seksio sesaria lebih dini.
5)   Dalam pengawasan persalinan, monitor janin dengan baik (DJJ, elektro-toko-kardio-gram dan ultrasonogragi dan lain-lain).
6)   Bila anak sudah ada dan setiap kehamilan dan persalinan akan mengancam keselamatan ibu dan bayi, sangat dianjurkan melakukan tubektomi untuk menutup kesuburan (Muchtar, 1992)