This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday 8 May 2013

Cara Menyusui



1.      Posisi Badan ibu dan Badan Bayi
a.       Ibu duduk atau berbaring dengan santai
b.      Pegang bayi pada belakang bayinya.
c.       Badan bayi menghadap kebadan ibu
d.      Rapatkan dada bayi dengan dada ibu.
e.       Tempelkan dagu bayi pada payudara
f.       Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
2.      Posisi Mulut bayi dan Putting susu ibu
a.       Payudara dipengang dengan ibu jari yang lain menopang dibawah.
b.      Bayi dibeli rangsangan  agar membuka mulut
c.       Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulurnya lebar-lebar Depkes RI, 2005)
3.      Tanda-tanda posisi menyusui yang benar
a.      Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
b.      Dagu bayi menempel pada payu dara
c.       Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara.
d.      Teliga bayi berda sejajar dengan leher dan dan lengan bayi
e.       Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
f.       Sebahagian ariola tidak Nampak
g.      bayi menghisap dalam dan perlahan.
h.      bayi tenang dan puas saat akir menyusui
i.        terkadang terdengar suara bayi menelan
4.      Tanda-tanda posisi menyusui yang salah
a.             Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak tertempel pada payudara
b.            Dada bayi tidak menempel dengan dada ibu
c.             Sebahagian besar daerah ariolan masih terlihat.
d.            Bayi sebentar-sebentar.
e.             Bayi tetap gelisah setelah akhir menyusui
f.             Putting susu ibu lecet dan sakit (DEpkes RI, 2005) 

faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui di Bidan Praktek Swasta



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai salah satu Negara sedang berkembang banyak mengalami masalah dibidang Kesehatan diantaranya derajat kesehatan. Derajat kesehatan antara lain ditentukan oleh derajat kesehatan Ibu dan Anak sebagai kelompok penduduk yang rawan dan tentan. Oleh sebab itu, perlu diupayakan penurunan angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator penilaian derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2004).
Program peningkatan penggunaan air susu ibu, merupakan program perioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi. Deklarasi Indonesia tahun 1990 tentang perlindungan promosi dan dukungan terhadap penggunaan Air Susu Ibu di sepakati pula untuk pencapaian pemberian Air Susu Ibu telah dicanangkan kembali gerakan masyarakat peduli Air Susu Ibu pada tanggal 2 Agustus 1999 oleh presiden Republik Indonesia (Roesli, 2008).
Di Indonesia menurut Unicef (United Nations International Children’s Emergency Fund) para ibu cenderung untuk lebih dini berhenti memberikan Air Susu Ibu eksklusif, hal ini akibat pengenalan makanan padat atau makanan cair lainnya yang terlalu dini. Pada tahun 2000 diperkirakan bayi yang mendapat Air Susu Ibu eksklusif pada bulan ke 1 kehidupannya adalah 63%, persentase ini secara bertahap terus menerus yaitu 45% pada bulan ke 2, sebesar 30% pada bulan ke 3, sebesar 19% pada bulan ke 4 dan sebesar 12% pada bulan ke 5 serta hanya 6% pada bulan ke 6. Data ini menyebutkan pula sekitar 11% ibu berhenti menyusui pada bulan ke 12 lalu sekitar 75% bayi sudah mendapat makanan selain ASI pada jam-jam pertama kehidupannya, bahkan pada beberapa hari setelah itu, sebelum ibu memutuskan untuk menyusui (Waldi, 2005).
Dipropinsi Nanggroe Aceh Darussalam cakupan ibu menyusui tahun 2006 adalah 42%, yang memberikan Air Susu Ibu  eksklusif kepada bayi 6 bulan sampai 1 tahun adalah 32% (Depkes RI, 2006). Di Kabupaten Pidie jumlah cakupan ibu menyusui tahun 2008 adalah sebesar 32% dan di Kecamatan Muara Tiga yaitu 27, 7% yang memberikan Air Susu Ibu ekslusif kepada bayi 6 bulan sampai dengan 1 tahun dari 205 ibu menyusui (PWS KIA Puskesmas Kecamatan Muara Tiga, 2007).
Dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak lebih kurang 100cc hari pertama, menjadi konstan setelah bayi 10 sampai 14 hari. Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: Cara Menyusui Posisi Badan ibu dan Badan Bayi, Ibu duduk atau berbaring dengan santai, Pegang bayi pada belakang bayinya, Badan bayi menghadap kebadan ibu, Rapatkan dada bayi dengan dada ibu, Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. perawatan payudara hendaknya dimulai sejak kehamilan 4 bulan. Setiap kali mandi payudara dan putting dicuci dengan sabun. Sesudah kehamilan 8 bulan dilakukan pengurutan payudara dengan jari kearah putting susu sehingga mengeluarkan air susu (Kolostrum). Pola makan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup, untuk membantu produksi ASI yang baik. Makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori protein lemak dan vitamin serta mineral yang cukup, minum banyak 8-12 gelas sehari.

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Posisi Ibu Melahirkan Di Bidan Praktek Swasta (BPS)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Morbiditas dan mortalitas  wanita hamil adalah masalah besar di negara-negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 20-50 persen kematian wanita usia subur (WUS) disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Tahun 1996, World Health Organization  (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dan 585.500 kematian ibu pertahun saat hamil dan bersalin (WHO, 2000). Berdasarkan Survey  Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat Ibu melahirkan meninggal dunia karena berbagai sebab (Depkes,  2004).
Pemerintah mengembangkan program Maternal  and Neonatal  Health  (MNH) yang mulai berjalan sejak tahun 2000, Program ini bertujuan untuk menyelamatkan Ibu dan Bayi dari kematian, khususnya dalam masa persalinan dan pasca persalinan. Terdapat dua penyebab yang menjadi kendala bagi program MNH, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung meliputi tiga terlambat (3 T) yaitu terlambat mencari pertolongan, terlambat membawa ketempat rujukan dan terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan. Penyebab langsung adalah sekitar 50% AKI terjadi akibat perdarahan yang terjadi ketika hamil, persalinan dan semua proses persalinannya (Manuaba,  2002)
Depertemen Kesehatan kebijaksanaan pelayanan obsteri dan neonatus (kebidanan dan bayi baru lahir) sedekat mungkin kepada ibu sesuai dengan pendekatan MPS. Visi utama dari MPS adalah kehamilan ibu dan persalinan berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup dan sahat. Menurunkan angka kematian ibu ( maternal) menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (neonatal) menjadi 16/100.000 kelahiran.  Untuk mencapai sasaran tersebut di tetapkan srategis utama dan  azas-azas pedoman operasionalisasi srategis antara lain bahwa MPS memusatkan perhartiannya pada pelayanan kesehatan material dan neanatal yang baku serta cost effective ( Saifuddin, 2002 )
Penyebab langsung kematian ibu terutama disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Abortus 11%,  partus lama 9%, sedangkan  penyebab tidak langsung antara lain Untuk ibu hamil menderita KEP 37 % Anemia (Hb < 11 gr%) 40 %. Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. (www.blogdokter.net).
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu". Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak (Prawirohardjo, 2005).
Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan (Widyastuti, 2009)
Persalinan beresiko lebih dari 90% disebabkan oleh trias klasik yaitu perdarahan melalui jalan lahir  40% -  60%, eklamsia 20%- 30% dan infeksi jalan lahir 20% - 30%  Penelitian di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia diketahui angka  kematian Ibu berkisar antara 2,5 - 14 per 100.000 kelahiran hidup dan diketahui bahwa 94% kematian Ibu merupakan akibat langsung dari komplikasi kelahiran, persalinan dan Nifas. (Sarwono, 2002)
Persalinan beresiko juga dapat terjadi akibat 5 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu sering dan terlalu berdekatan jarak persalinannya dengan anak yang  lalu  (Republika, 2004). Dari keseluruhan  kematian  maternal  karena pendarahan  dilaporkan 25% adalah akibat perdarahan  post  partum  (Chalik,1997). Perdarahan post partum sangat berhubungan dengan atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, tertinggalnya sisa plasenta dan inversio uteri. Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari satu jam, lebih dari    90% dari seluruh kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia uteri (Depkes RI, 2007), oleh karena itu penatalaksanaan kala tiga persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi persalinan beresiko. Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya dinegara berkembang. Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, paritas dan persalinan yang dilakukan dengan tindakan (Manuaba, 1998)
Kebijakan Depatemen Kesehatan untuk menguranggi persalinan beresiko adalah mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan atau tenaga kesehatan lainnya dan pelayanan obstetri sedini mungkin kepada semua ibu
hamil. Upaya peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dalam mendukung upaya akselerasi mengurangi persalinan beresiko dilakukan untuk berbagai sasaran yaitu masyarakat umum, kader, dukun bayi, ibu hamil, lintas program dan lintas terkait. Tujuannya adalah untuk menolong peran serta setiap jenis sasaran dalam mendukung keberhasilan mengurungi pesalinan beresiko. (Widyastuti, 2001)

Konsep Dasar Nutrisi



  1. Pengertian
Nutrisi (Zat Gizi) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membengun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2004).
Makanan adalah bahan selain obat yang menagndung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur / ikatan kimia yang dapat ndiubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukan kedalam tubuh (Almatsier, 2004).
Tujuan penataan nutrisi (gizi) pada wanita hamil menurut Arisman, 2004 adalah untuk menyiapkan:
a.       Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral, dan cairan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Zat Gizi) ibu, janin serta plasenta.
b.      Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak.
c.       Cukup kalori dan nutrisi (Zat gizi) untuk memenuhi pertmbahan berat baku selama hamil.
d.      Perencanakan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal.
e.       Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah.
f.       Perawatan gizi yang dapat membentu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan seperti diabetes kehamilan.
g.      Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup.
Secara umum zat gizi dapat diartikan sebagai keseimbangan pola konsumsi makanan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan jumlah zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi terdiri atas : karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kelima zat gizi ini bila dikaitkan dengan fungsi zat gizi digolongkaan atas zat gizi penghasil energi, terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein, zat gizi pembangun sel terdiri dari protein dan zat gizi pengatur terdiri dari vitamin dan mineral (Soetjiningsih, 2003)
Keadaan gizi seorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut antara tingkat keadaan gizi dengan konsumsi makanan terdapat kaitan yang erat. Tingkat keadaan akan tercapai apabila kehutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Winarno, 2005).
  1. Fungsi Makanan Bergizi
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak lepas dan makanan, karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia di samping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia yaitu: memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain, berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Santoso, 2005)
Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan yang mengandung gizi seimbang apabila konsumsi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh makanan akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrisi) yang mencakup kelebihan gizi atau kurang gizi (Huliana, 2003)
Kelompok rentan gizi adalah kelompok yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau kekurangan gizi. Yang erat hubungannya dengan proses kehidupan manusia, oleh karena itu kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dan kelompok umur yang lain. Oleh sebab itu, apabila kekurangan zat gizi akan terjadi gangguan kesehatannya. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang cukup rentan gizi, kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Bila ibu hamil mengalami kurang gizi maka akibat ditimbulkan antara lain keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi dan bayi lahir dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) (Indarti, 2005)
  1. Nutrisi (Zat Gizi) yang dibutuhkan ibu Selama Hamil
Makanan yang sehat harus selalu seimbang, yaitu menu lengkap yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung (Indarti, 2004)
a.       Sumber Tenaga (energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, serta penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Kebutuhan energi meningkat karena peningkatan metabolik basal dan karena penambahan berat badan meningkatkan jumlah energi yang dibakar selama aktivitas. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori, selama masa kurang lehih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil. Zat gizi yang termasuk sumber tenaga, yaitu karbohidrat, zat lemak, dan protein. Sumber karbohidrat, yaitu beras, jagung, sagu, tepung terigu, dan ubi.
b.      Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang
rusak atau mati. Kebutuhan protein meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, pembentukan plasenta dan cairan amnion, pertumbuhan jaringan maternal. Pada wanita hamil dianjurkan penambahan protein 10-12 gram/hari. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani antara lain ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan keju. Adapun protein nabati banyak terkandung dalam kacang-kacangan, tahu dan tempe. Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju.
c.       Sumber Pengatur dan Pelindung (mineral dan vitamin)
Unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur dan pelindung bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti:
1)      Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Ibu hamil memerlukan kalsium sekitar 1200 mg/hari. Sumbernya antara lain Susu, Keju, Kacang-kacangan dan sayur-sayuran tertentu seperti Brokoli.
2)      Fosfor dibutuhkan untuk pembelahan inti sel dan memindahkan sifat-sifat turunan serta mempengaruhi semua zat perombakan dan pembentukan zat sumbernya antara lain Susu, Mentega, Telur.
3)      Zat besi (Fe) dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dari sel serta menambah sel darah merah sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumbernya antara lain : Kuning telur, Hati, Sayur-sayuran berwarna hijau dan Kerang. Pada ibu hamil perlu penambahan 30 mg Fe dalam diet pada ibu hamil perlu penambahan 30 mg Fe dalam diet karna kebutuhan Fe ibu hamil tidak dapat dipenuhi hanya dari makanan.
4)      Iodium untuk mencegah kelemahan mental (terbelakang) dan kekerdilan fisik yang serius. Sumbernya Minyak ikan. Ikan laut, dan Garam beryodium.
5)      Zinc berperan dalam sistem enzim yang mengatur proses metabolisme utama dalam tuhuh, rendahnya zinc dalam tubuh ibu sering dihubungkan dengan hipertensi, Persalinan abnormal, Gangguan saraf dan BBLR.
6)      Asam Folat dibutuhkan untuk perkembangan otak sejak janin berwujud embrio dan menurunkan resiko Neural Tube Defect (Spina Bifida Anensefali). Sumbernya juice jeruk, sayuran hijau, dan brokoli.
7)      Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi, dan tulang. Perkembangan saraf penglihatan, dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber vitamin A, yaitu Minyak ikan kuning telur, hati, Wortel.
8)      Vitamin B6 (Thiamine) dibutuhkan agar kerja saraf dan jantung normal, membantu metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan pertumbuhan tubuh terhadap infeksi, dan mengurangi kelelahan. Sumbernya antara lain hati, kuning telur, kacang-kacangan, tomat, nenas, dan kentang bakar.
9)      Vitamin B2 (Riboflavin) Dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan, pencernaan sistim urat saraf, serta jaringan kulit dan mata. Sumbernya antara lain hati, kuning telur, susu, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
10)  Vitamin B3 (Niacin) Dibutuhkan dalam proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saraf, dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur, daging, hati, daging ayam, kacang-kacangan, beras merah, jamur, dan tomat.
11)  Vitamin B6 (Pyridoxin) Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan gusi. Sumbernya antara lain gandum, jagung, hati, dan daging.
12)  Vitamin B12 (Cyanocobalamin) digunakan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut, dan kerang.
13)  Vitamin C (Ascorbic Acid) Dibutuhkan untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat (untuk menyembuh luka-luka). pertumbuhan tulang, gigi, dan gusi, daya tahan terhadap infeksi, serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumbernya antara lain jeruk, tomat, melon, jambu biji, mangga, pepaya, dan sayuran (Huliana, 2003)