Wednesday 8 May 2013

faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui di Bidan Praktek Swasta



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai salah satu Negara sedang berkembang banyak mengalami masalah dibidang Kesehatan diantaranya derajat kesehatan. Derajat kesehatan antara lain ditentukan oleh derajat kesehatan Ibu dan Anak sebagai kelompok penduduk yang rawan dan tentan. Oleh sebab itu, perlu diupayakan penurunan angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator penilaian derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2004).
Program peningkatan penggunaan air susu ibu, merupakan program perioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi. Deklarasi Indonesia tahun 1990 tentang perlindungan promosi dan dukungan terhadap penggunaan Air Susu Ibu di sepakati pula untuk pencapaian pemberian Air Susu Ibu telah dicanangkan kembali gerakan masyarakat peduli Air Susu Ibu pada tanggal 2 Agustus 1999 oleh presiden Republik Indonesia (Roesli, 2008).
Di Indonesia menurut Unicef (United Nations International Children’s Emergency Fund) para ibu cenderung untuk lebih dini berhenti memberikan Air Susu Ibu eksklusif, hal ini akibat pengenalan makanan padat atau makanan cair lainnya yang terlalu dini. Pada tahun 2000 diperkirakan bayi yang mendapat Air Susu Ibu eksklusif pada bulan ke 1 kehidupannya adalah 63%, persentase ini secara bertahap terus menerus yaitu 45% pada bulan ke 2, sebesar 30% pada bulan ke 3, sebesar 19% pada bulan ke 4 dan sebesar 12% pada bulan ke 5 serta hanya 6% pada bulan ke 6. Data ini menyebutkan pula sekitar 11% ibu berhenti menyusui pada bulan ke 12 lalu sekitar 75% bayi sudah mendapat makanan selain ASI pada jam-jam pertama kehidupannya, bahkan pada beberapa hari setelah itu, sebelum ibu memutuskan untuk menyusui (Waldi, 2005).
Dipropinsi Nanggroe Aceh Darussalam cakupan ibu menyusui tahun 2006 adalah 42%, yang memberikan Air Susu Ibu  eksklusif kepada bayi 6 bulan sampai 1 tahun adalah 32% (Depkes RI, 2006). Di Kabupaten Pidie jumlah cakupan ibu menyusui tahun 2008 adalah sebesar 32% dan di Kecamatan Muara Tiga yaitu 27, 7% yang memberikan Air Susu Ibu ekslusif kepada bayi 6 bulan sampai dengan 1 tahun dari 205 ibu menyusui (PWS KIA Puskesmas Kecamatan Muara Tiga, 2007).
Dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak lebih kurang 100cc hari pertama, menjadi konstan setelah bayi 10 sampai 14 hari. Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: Cara Menyusui Posisi Badan ibu dan Badan Bayi, Ibu duduk atau berbaring dengan santai, Pegang bayi pada belakang bayinya, Badan bayi menghadap kebadan ibu, Rapatkan dada bayi dengan dada ibu, Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. perawatan payudara hendaknya dimulai sejak kehamilan 4 bulan. Setiap kali mandi payudara dan putting dicuci dengan sabun. Sesudah kehamilan 8 bulan dilakukan pengurutan payudara dengan jari kearah putting susu sehingga mengeluarkan air susu (Kolostrum). Pola makan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup, untuk membantu produksi ASI yang baik. Makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori protein lemak dan vitamin serta mineral yang cukup, minum banyak 8-12 gelas sehari.

0 komentar:

Post a Comment