This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday 15 February 2013

Kanker Serveks



2.1.1.      Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina).
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita. Kanker serviks disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia. HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil pada kelamin, yang disebut kondiloma akuminatum. Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Kanker serviks atau kanker leher rahim bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh.

2.1.2.      Penyebab dan gejala
Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai "The Silent Killer".

Gambar 2.1 Serviks
Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital.
Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.
Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
Sering kali, pria yang tidak menunjukkan gejala terinfeksi HPV itulah yang menularkannya kepada pasangannya. Seorang pria yang melakukan hubungan seks dengan seorang wanita yang menderita kanker serviks, akan menjadi media pembawa virus ini. Selanjutnya, saat pria ini melakukan hubungan seks dengan istrinya, virus tadi dapat berpindah kepada istrinya dan menginfeksinya.
2.1.3. Pencegahan kanker serviks
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
2.1.3.1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
2.1.3.2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
2.1.3.3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
2.1.3.4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
2.1.3.5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
2.1.3.6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
2.1.3.7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat) dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
2.1.3.8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
2.1.3.9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

Penanganan Mioma Uteri



Pada umumnya tidak dilakukan operasi untuk pengangkatan mioma uteri dalam kehamilan. Demikian pula tidak dilakukan tidak dilakukan aborsi propokatus. Apabila terjadi generasi merah pada mioma uteri dengan gejala – gejala tersebut diatas, biasanya sikap konservatif dengan istirahat baring dan pengawasan yang ketat memberi hasil yang cukup memuaskan. Antibiotika tidak banyak gunanya karena proses peradangan bersifat suci hama. Akan tetapi bila dianggap perlu, bisa dilakukan laparatomi percobaan  dan tindakan selanjutnya disesuaikan dengan apa yang ditemukan waktu perut dibuka. apabila mioma uteri menghalanggi jalan lahir harus dilakukan operasi seksio sesaria. dalam masa nifas mioma uteri di biarkan kecuali apabila timbul gejala – gejala akut yang membahayakan. pengangkatan dilakukan secepat – cepatnya setelah 3 bulan, akan tetapi pada saat itu mioma uteri  kadang – kadang sudah sangat kecil sehingga tidak memerlukan pembedahan    

Pengaruh Mioma pada kehamilan dan persalinan



Terdapatnya mioma uteri mengakibatkan hal sebagai berikut.
1)      Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil terutama pada mioma uteri submukosum.
2)      Kemungkinan abortus makin bertambah
3)      Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserus
4)      Menghalang – halanggi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks
5)      Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma
6)      Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan intramural.
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan (Mochtar, 1992)
a)         Subfertil (agak mandul) sampai fertile (mandul) dan kadang – kadang hanya punya anak
b)         Sering terjadi abortus
c)         Terjadi kelainan letak janin dalan rahim
d)        Distosia tumor yang menghalanggi jalan lahir
e)         Inersia uteri pada kala I dan kala II
f)              Atomia uteri setelah postpartum, pendarahan banyak
g)         Kelainan letak plasenta
h)         Plasenta sukar lepas (retensio plasenta) 
2.1.1.      Kehamilan dan Persalinan dapat mempengaruhi Mioma Uteri.
Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertropi dan oedema, terutama pada bulan – bulan pertama, mungkin kerena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi.
2.1.2.      Klasifikasi Mioma Uteri
Degenerasio Karsinoma Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah terjadinya gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi pendarahan dan nekrosis, terutama ditengah tengah tumor. Tumor tampak merah atau tampak seperti daging, perubahan ini menyebabkan rasa nyeri diperut yang disertai gejala – gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan suci hama (steril). Lebih sering lagi komplikasi  terjadi pada masa nifas karna sirkulasi pada tumor mengurangi akibat perubahan – perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayinya lahir.
Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan  uterus yang semakin lama semakin membesar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis yang menimbulkan gambaran klinis perut mendadak (acute abdomen)

Mioma Uteri



Mioma atau Leiomiomamata juga sering disebut fibroid adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi. Umumnya mioma ditemukan  dalam decade keempat atau kelima dari kehidupan. Mioma adalah tumor yang paling sering terdapat pada rongga panggul. Mioma biasanya multiple. Pertumbuhan mioma biasanya dirangsang oleh horman estrogen. Mioma tumbuh dengan mendorong perbatasan dengan sebuah kapsul palsu dan bias tumbuh menjadi sangat besar. Tempat pertumbuhan yang paling sering adalah di dalam korpus uteri. Mioma terdapat pada 25% orang kulit putih dan pada 50 % orang kulit hitam.
Mioma Uteri adalah tumor yang ada di uterus. Menurut perkiraan frekwensi Mioma Uteri dalam kehamilan dan persalinan berkisar 1 %, banyak mioma kecil tidak dikenal.
Dalam banyak kasus kombinasi mioma dengan kehamilan tidak mempunyai arti apa – apa. Dipihak lain kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetri yang besar artinya. Hal itu tergantung dari besarnya dan lokasinya
2.1.1.      Etiologi
Penyebab dari Mioma uteri sampai saat ini belum di ketahui
dengan pasti. Diagnosa Mioma Uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit, walau kadang dibuat kesalahan. Terutama kehamilan kembar, tumor ovarium dan uterus didelfis dapat menyesatkan diagnoksa. adakalanya mioma besar teraba seperti kepala janin, sehingga kehamilan tunggal disangka kehamilan kembar, atau mioma kecil disangka bagian – bagian janin. Dalam persalinan mioma lebih menonjol waktu ada his sehingga mudah dikenal.
Mioma yang lunak dan tidak menyebabkan kelainan bentuk uterus sangat sulit untuk dibedakan dari uterus gravidus. Bahkan pada laparatomi, waktu perut terbuka, kadang – kadang tidak mungkin untuk dibuat diagnosa yang tepat 
2.1.2.      Tanda dan gejala Mioma uteri
Pada inspeksi kasar dari uterus biasa tampak berbenjol-benjol atau rata tetapi membesar. Potongan melintang tampak seperti pusaran air yang berwarna putih dan berkilat. Dasar tangkai mempunyai suplai pembuluh darah utama. Mioma uteri biasa jadi asimtomatik. Gejala-gejala biasa berupa tekanan dalam rongga panggul dan sering kencing yang disebabkan oleh pengaruh massa. Massa panggul itu biasa menyebabkan obstruksi kateter dan suatu hidro kateter. Rasa nyeri biasa bermanifestasi sebagai dismenorea, disparaunia, atau nyeri kronik dalam rongga panggul. Sebuah fibroid yang mengalami infark biasa menyebabkan rasa nyeri panggul yang akut dan suatu acute abdomen
Perdarahan rahim yang abnormal adalah biasa pada fibroid submukosum dan bias terjadi dan bisa terjadi fibroid interstisial. Perdarahan abnormal terjadi melalui dua mekanisme . mioma submukosum memiliki endometrium yang tipis diatas permukaan yang tidak bisa berespon secara normal terhadap pengaruh hormonal. Mioma submokosum bias mengalami ulserasi atau nekrosis dan berdarah secara langsung. Fibroid interstisial bias menyebabkan bertambah luasnya permukaan endomertium karena rahim mengalami pembesaran. Sehingga menyebabkan hipermenorea. Anemi adalah akibat hipermenorea 
 Gangguan penekanan tergantung pada besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kantung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retention urine, pada kateter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submuksum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
2.1.3.      Diagnosis mioma uteri
Diagnoksa dikesankan dari anamneses. Pemeriksaan bimanual selalu bisa memberikan komfirmasi. Pemeriksaan ultrasonografi felvis berguna untuk mengukuhkan hasil pemeriksaan bimanual dan untuk membedakan fibroid dengan tumor adneksa. Ultrasonografi juga sangat berguna untuk mendiagnosa fibroid submokusum yang kecil yang menyebabkan perdarahan abnormal atau yang tidak bergejala. Laparoskopi bias jadi diperlukan untuk membedakan sebuah mioma didalam ligamentum latum dari sebuah tumor padat adneksa. Sinar rontgen bisa mengidentifikasi sebuah mioma yang mengalami kalsifikasi
Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak kesamping, sering kali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma intramular akan menyebabkan vakum uteri menjadi luas yang ditengakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadang-kadang dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis dan terasanya benjolan pada permukaan vakum uteri.