This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Saturday 25 May 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KEHAMILAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Berlakang.
Dengan datangnya tanda-tanda kehamilan, hadirnya seorang buah hati dalam keluarga mereka tinggallah menunggu waktu. Keluarga terasa semakin lengkap dengan kehadiran buah hati yang dinanti.
Namun ada kalanya, pasangan suami isteri belum mengetahui secara betul mengenai tanda-tanda kehamilan ini. Mereka kadang masih bingung membedakan mana tanda-tanda kehamilan (pregnancy symptoms) sebenarnya dengan  tanda akan datang menstruasi, karena banyak kasus terjadi bahwa tanda-tanda kehamilan biasanya mirip dengan tanda-tanda akan datang menstruasi. Ketidaktahuan mengenai hal ini  juga menyebabkan beberapa kasus terjadinya keguguran (miscarriage).
Hal ini disebabkan masih dilakukannya suatu aktivitas atau konsumsi makanan yang seharusnya tidak boleh dilakukan selama kehamilan, padahal sebetulnya dia sudah mengalami kehamilan. Dengan ketidaktahuan akan tanda-tanda kehamilan juga mengakibatkan persiapan yang matang menyongsong kehamilan menjadi terabaikan. Sebaliknya, banyak kasus para keluarga stress karena tanda-tanda yang sudah dianggapnya sebagai sebuah tanda kehamilan,  ternyata sesudah dilakukan beberapa kali test ternyata hasilnya negatif. Bayangan dan dambaan kehamilan yang mereka tunggu akhirnya menjadi sirna.
Banyak para perempuan menilai bahwa tanda-tanda kehamilan hanya melihat dari satu sisi saja, yaitu terlambat datangnya menstruasi. Memang betul, salah satu tanda-tanda kehamilan ini adalah terlambatnya menstruasi. Namun, terlambat menstruasi ini juga bukan hanya disebabkan oleh kehamilan saja, banyak hal yang mempengaruhinya, pola makan, stress, kecapaian, adanya gangguan hormonal dsb. Nah, untuk lebih memastikan lagi, selain terlambatnya menstruasi, cermati pula tanda-tanda kehamilan yang lain, yaitu:

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN TINGKAT PRESTASI PARA MURID SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan Nasional adalah membangun manusia seutuhnya, yang terpenuhi kebutuhan lahir batin. Untuk mencapai hal tersebut, di perlukan berbagai usaha antara lain perbaikan gizi masyarakatyang dijadikan sebagai pedoman demi tercapainya kemajuan program Pembangunan Nasional.
Status gizi masyarakat yang rendah tetap menjadi focus perhatian. selain prevalensi gizi kurang dan gizi buruk yang tinggi, berbagai masalah gizi utama lain yaitu anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan kurang zat gizi mikro lainnya perlu ditingkatkan upaya pencegahan dan penenggulangannya. saat ini terdapat 10 propinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30 persen, bahkan di 4 propinsi yaitu Gorontalo, NTB, NTT dan Papua diatas 40 %, Kasus gizi buruk terus terjadi, teritama pada penduduk miskin.
   Kecukupan gizi merupakan syarat mutlak bagi kesehatan individu. Kecukupan gizi adalah banyaknya masing-masing zat-zat gizi yang harus terpenuhi oleh setiap makluk hidup. Apabila individu kekurangan zat besi, maka akan berakibat tidak baik bagi tubuh, sebaliknya keadaan gizi yang berlebihan akan mengakibatkan bertambahnya berat badan atau kegemukan.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja melainkan aspek-aspek terkait, seperti ekonomi, sosial bidaya, pendidikan, kependudukan dan sebagainya. Oleh sebab itu penanganan atau berbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak saja diarahkan kepada gangguan gizi dan kesehatan saja melainkan juga kearah  ke bidang – bidang yang lain, misalnya penyakit Gizi KKP (Kurang Kalori Protein) pada anak-anak balita tidak cukup hanya pemberian makanan tambahan (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi, keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2000).
Program pelayanan kesehatan kesehatan dasar dalam bentuk operasional yang baik adalah posyandu. Saat ini posyandu masih tetap ditetapkan bagi pembangunan kesehatan primer. baik masyarakat  pedesaan maupun perkotaan. salah satu program posyandu adalah program pemantau status gizi (PSG) anak balita.  Laporan tahunan proyek peningkatan tahun 1996-1997 dan 1997 – 1998 Dit Bina Gizi Keluarga tampak bahwa status gizi balita terbanyak pada katagori normal 67,1 dam 71,6. sedangkan kekurangan Energi Protein total 20,9% dan 18,0% ( Depkes RI, 1998)
Menurut Laporan Unicef, September 2005 di Propinsi Nanggro Aceh Darussalam merebaknya kasus kekuranganberat badan pada anak sekolah dasar sebesar 44,2 %, terhambat pertumbuhan 40,2 %, kekurusan 8,6 %, dan mal nutrisi kronis 9,8 %, tingkat rata-rata anemi pada anak Sekolah Dasar 50,2 %.(Healt Messenger, 2008.)

Gambaran Penyebab Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita Di Posyandu Desa




BAB  I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang.
Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan adalah menuju Indonesia sehat tahun 2010 untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang optimal ditandai oleh penduduk sehat, meningkatkan perilaku sehat dengan menjaga tingkat kesehatan keluarga.  Dengan perilaku yang sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.  (Depkes RI, 1999)
  Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat diantaranya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Hal ini disebabkan karena ibu dan bayi merupakan kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit dan kematian. Hasil Susenas 2000, balita di Indonesia merupakan 10% dari jumlah penduduk yang ada (20.302.376 balita dari jumlah penduduk 201.241.999 orang) (Supraptini,2000). Data menunjukkan bahwa setiap tahunnya di dunia ini terdapat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir mati (Syahrul,Fariani.,dkk,2002)
   Program pelayanan kesehatan kesehatan dasar dalam bentuk operasional yang baik adalah posyandu. Saat ini posyandu masih tetap ditetapkan bagi pembangunan kesehatan primer. baik masyarakat  pedesaan maupun perkotaan. salah satu program posyandu adalah program pemantau status gizi (PSG) anak balita.  Laporan tahunan proyek peningkatan tahun 2000-2001 dan 2001 – 2002 Dit Bina Gizi Keluarga tampak bahwa status gizi balita terbanyak pada katagori normal 67,1 dam 71,6. sedangkan kekurangan Energi Protein total 20,9% dan 18,0% ( Depkes RI, 2003)
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui Program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), pemberian kapsul Vitamin A untuk anak 1-4 tahun, distribusi kapsul Yodium untuk penduduk daerah rawan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), pemberian tablet Fe untuk ibu hamil dan upaya pemantauan tingkat konsumsi gizi penduduk secara berkala (SKG),serta pemantauan Status gizi (PSG) anak balita. Pada dasarnya, upaya tersebut dilakukan secara terpadu antar lintas sector dan lintas  program (Depkes RI, 2003).
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang merupakan keadaan tubuhan yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan pemanfaatan makanan, Status gizi menurut Handayani (2003) adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipegaruhi oleh makanan yang dikonsumsi.
Penilaian status gizi  adalah diukur berdasarkan berat badan per umur dan tinggi badan Standar Harvard menyatakan bahwa penilaian gizi baik adalah apabila berat badan anak menurut umur lebih 89%. Gizi kurang, adalah apabila berat badan anak menurut umur berada diantara 60,1% - 80% dan gizi buruk, adalah apabila berat badan anak menurut umur 60% atau kurang dari standar Harvard. (Notoadmojo, 2003)
Keadaan gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan pemanfaatan makanan. Status gizi adalah tingkatan kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh makanan yang di komsumsi (Handayani, 2003).

Gambaran Pengetahuan Kepala Keluarga Tentang Kondisi Rumah Yang Sehat Di Desa



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.
    Empat program yang menjadi fokus program 100 hari Depertemen Kesehatan, yaitu peningkatan pembiayaan kesehatan, untuk memberi jaminan kesehatan masyarakat, peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target Milenium Development Goals (MDGs) pengendalian penyakit dan penangulangan masalah kesehatan akibat bencana dan peningkatan ketersediaan, pemerataan kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) (Mediacom, 2009).
Menurut Hasil Reskesadas tahuh 2010 Dalam memantau akses terhadap fasilitas sanitasi layak digunakan indikator penggunaan sarana pembuangan kotoran (jamban) yang meliputi pemilikan, jenis kloset dan sarana pembuangan akhir tinja. Dikatakan layak apabila sarana tersebut milik sendiri atau bersama, kloset jenis leher angsa dan pembuangan akhir tinjanya ke tangki septik atau SPAL. Dalam Riskesdas 2010, pilihan jawaban pembuangan akhir tinja dipisah antara tangki septik dan SPAL, sedangkan pada Susenas masih digabung (Tangki septik/SPAL). Dari tabel di atas tampak bahwa akses penduduk atau rumahtangga terhadap fasilitas sanitasi layak sebesar 55,53 persen, paling tinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (82,83%) dan terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (25,35%). Menurut kualifikasi daerah, akses terhadap fasilitas sanitasi layak di perkotaan hampir dua kali lipat (71,45%) dibandingkan dengan di perdesaan (38,55%). Sedangkan menurut kuintil pengeluaran rumahtangga, semakin tinggi penghasilan semakin tinggi pula yang akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak
Upaya penyehatan lingkungan dan perbaikan perumahan merupakan suatu pencegahan terhadap berbagai kondisi yang mungkin dapat menimbulkan penyakit. Dari laporan Dinas Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah rumah di perkotaan yang memenuhi syarat kesehatan diperkirakan sebanyak 70,84%, cakupan pengguna jamban sebesar 68.91% dan cakupan penggunaan SPAL sebanyak 54,76%. Sedangkan di pedesaan jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 44,19%, cakupan pengguna, jamban sebesar 41,12% dan cakupan pengguna SPAL sebanyak 42,51 % (Profil Kesehatan NAD, 2006).
Pada tahun 2007 telah dilakukan pemeriksaan rumah sehat di beberapa Kabupaten /Kota di Propinsi NAD menunjukkan kondisi 42,20% dinyatakan sehat dari 401.780 rumah yang dilakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan rumah di seluruh Kabupaten / Kota memiliki rumah sehat di bawah 50 % sedangkan target dari indikator Indonesia sehat 2010 adalah 80 %. Sedangkan keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Kabupaten / Kota yaitu ketersediaan air bersih mencapai 64,99% ketersediaan jamban keluarga 68,54% ketersediaan tempat sampah 52,12% dan tempat pengelolaan air limbah keluarga 38,36%. Dari data yang ada program sosialisasi terhadap masyarakat untuk membangun rumah sehat perlu terus dilakukan sehingga pencegahan terhadap penyakit vektor dapat diperkecil dan penyebab penyakit lainnya dari lingkungan sekitar rumah, kepemilikan sanitasi dasar yang meliputi persediaan air bersih, jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah rumah tangga keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan di dalam peningkatan kesehatan lingkungan. (Profil Kesehatan NAD, 2007).