Saturday 25 May 2013

Gambaran Penyebab Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita Di Posyandu Desa




BAB  I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang.
Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan adalah menuju Indonesia sehat tahun 2010 untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang optimal ditandai oleh penduduk sehat, meningkatkan perilaku sehat dengan menjaga tingkat kesehatan keluarga.  Dengan perilaku yang sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.  (Depkes RI, 1999)
  Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat diantaranya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Hal ini disebabkan karena ibu dan bayi merupakan kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit dan kematian. Hasil Susenas 2000, balita di Indonesia merupakan 10% dari jumlah penduduk yang ada (20.302.376 balita dari jumlah penduduk 201.241.999 orang) (Supraptini,2000). Data menunjukkan bahwa setiap tahunnya di dunia ini terdapat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir mati (Syahrul,Fariani.,dkk,2002)
   Program pelayanan kesehatan kesehatan dasar dalam bentuk operasional yang baik adalah posyandu. Saat ini posyandu masih tetap ditetapkan bagi pembangunan kesehatan primer. baik masyarakat  pedesaan maupun perkotaan. salah satu program posyandu adalah program pemantau status gizi (PSG) anak balita.  Laporan tahunan proyek peningkatan tahun 2000-2001 dan 2001 – 2002 Dit Bina Gizi Keluarga tampak bahwa status gizi balita terbanyak pada katagori normal 67,1 dam 71,6. sedangkan kekurangan Energi Protein total 20,9% dan 18,0% ( Depkes RI, 2003)
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui Program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), pemberian kapsul Vitamin A untuk anak 1-4 tahun, distribusi kapsul Yodium untuk penduduk daerah rawan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), pemberian tablet Fe untuk ibu hamil dan upaya pemantauan tingkat konsumsi gizi penduduk secara berkala (SKG),serta pemantauan Status gizi (PSG) anak balita. Pada dasarnya, upaya tersebut dilakukan secara terpadu antar lintas sector dan lintas  program (Depkes RI, 2003).
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang merupakan keadaan tubuhan yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan pemanfaatan makanan, Status gizi menurut Handayani (2003) adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipegaruhi oleh makanan yang dikonsumsi.
Penilaian status gizi  adalah diukur berdasarkan berat badan per umur dan tinggi badan Standar Harvard menyatakan bahwa penilaian gizi baik adalah apabila berat badan anak menurut umur lebih 89%. Gizi kurang, adalah apabila berat badan anak menurut umur berada diantara 60,1% - 80% dan gizi buruk, adalah apabila berat badan anak menurut umur 60% atau kurang dari standar Harvard. (Notoadmojo, 2003)
Keadaan gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan pemanfaatan makanan. Status gizi adalah tingkatan kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh makanan yang di komsumsi (Handayani, 2003).

0 komentar:

Post a Comment