This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday 12 February 2013

Konsep Persepsi



Setiap individu selalu mengalami apa yang disebut persepsi sebagai hasil penghajalannya terhadap perangsang (stimulus) yang berasal dari lingkungan tidak jarang persepsi diartikan sebagai suatu pencerminan yang sempurna tentang realitas padahal yang sebenarnya bukanlah demikian Dafidof (1981) dalam (Asrori 2004) mengatakan tiga alasa yang mendukung bahwa persepsi itu bukanlah realita.
1.      Indra yang dimiliki oleh manusia tidak dapat memberikan respon terhadap semua aspek yang ada dalam lingkungan.
2.      Manusia sering kali melakukan persepsi terhadap stimulus stimulus yang pada kenyataannya tidak ada.
3.      Persepsi manusia tergantung pada apa yang diharapkan, pengalaman yang dimiliki dan motivasi yang ada pada dirinya.
Atkinson dan Hilgard (1983) dalam (Anrori, 2004) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses menginterprestasikan dan mengorganisasikan pola – pola stimulus yang berasal dari lingkungan .
(Asrori, 2004) mengatakan bahwa Persepsi remaja memiliki pengaruh yang berarti terhadap dinamika penyesuaian diri karana persepsi memiliki  peranan penting dalam perilaku yaitu :
  1. Sebagai pembentukan pengembangan sikap terhadap suatu objek atau peristiwa yang berarti akan berpengaruh terhadap perilaku penyesuaian diri secara terarah.
  2. Sebagai pengembangan fungsi kognitif, afektif, dan kognitif sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh proporsional sesuai dengan pertimbangan dan pengalaman yang relevan.
  3. Meningkatkan keaktifan, kedinamisan  dan kesadaran terhadap lingkungan sehingga dapat menggerakan motivasi untuk menyasuaikan diri sefara lebih besar.
  4. Meningkatkan pengamatan dan penilaian secara objektif terhadap lingkungan sehinggaperilaku penyesuaikan diri menjadi lebih rasional dan realistis.
  5. Mengembangkan kemampuan mengelola pengalaman dalam kehidupan sehari hari secara berkelanjutan sehungga dapat mendorong kearah proses sosialisasi yang semakin mantap.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal (Jalaluddin, 2008)
1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
  1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
  2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
  3. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
  4. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
  5. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
  6. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
  1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
  2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
  3. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
  4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
  5. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Etiologi dan Faktor Resiko Obesitas



Penambahan berat badan terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh. Jika makanan yang dimakan memberikan kalori lebih dari kebutuhan tubuh, maka kalori tersebut akan ditukar atau disimpan sebagai lemak. Pada awalnya, hanya ukuran sel-sel lemak yang akan meningkat. Tetapi apabila ukuran sel-sel tersebut tidak bisa lagi mengalami peningkatan, maka sel-sel akan menjadi bertambah banyak. Apabila tubuh mengalami pengurangan berat badan, yang akan berkurang hanyalah ukuran sel-sel lemak, bukan jumlahnya yang berkurang mengakibatkan lemak akan mudah terbentuk semula.
terdapat banyak penyebab obesitas. Ketidakseimbangan asupan kalori dan konsumsi bervariasi bagi tiap individu. Turut memainkan peranan dan berkontribusi adalah:
    a. Faktor Genetik
Obesitas cenderung berlaku dalam keluarga. Ini disebabkan oleh faktor genetik, pola makan keluarga, dan kebiasaan gaya hidup. Walaupun begitu, mempunyai anggota keluarga yang obesitas tidak menjamin sesorang itu juga akan mengalami obesitas.
b. Faktor Emosional
Sebagian masyarakat mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak karena depresi, putus asa, marah, bosan, dan banyak alasan lain yang tidak ada hubungannya dengan rasa lapar. Ini tidak berarti bahwa penderita obesitas mengalami lebih banyak masalah emosional daripada orang normal yang lain. Tetapi hanya berarti bahwa perasaan seseorang mempengaruhi kebiasaan makan dan membuat seseorang makan terlalu banyak. Dalam kasus yang jarang, obesitas dapat digunakan sebagai mekanisme pertahanan akibat tekanan sosial yang dihadapi terutama pada dewasa putri. Dalam kasus seperti ini ditambah dengan masalah emosional yang lain, intervensi psikologis mungkin menberikan manfaat.
 c.  Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang paling memainkan peranan adalah gaya hidup seseorang. Kebiasaan makan dan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya. Makan terlalu banyak dan aktivitas yang pasif (tidak aktif) merupakan faktor resiko utama terjadinya obesitas.
d. Faktor Jenis Kelamin
Secara rata-rata, lelaki mempunyai massa otot yang lebih banyak dari wanita. Lelaki menggunakan kalori lebih banyak dari wanita bahkan saat istirahat karena otot membakar kalori lebih banyak berbanding tipe-tipe jaringan yang lain. Dengan demikian, perempuan lebih mudah bertambah berat badan berbanding lelaki dengan asupan kalori yang sama.
e. Faktor Usia
Semakin bertambah usia seseorang, mereka cenderung kehilangan massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak tubuh. Kadar metabolismejuga akan menurun menyebabkan kebutuhan kalori yang diperlukan lebih rendah.

f. Kehamilan
Pada wanita, berat badannya cenderung bertambah 4 – 6 kilogram setelah kehamilan dibandingkan dengan berat sebelum kehamilan. Hal ini bisa terjadi setiap dari kehamilan dan kenaikan berat badan ini mungkin akan menyebabkan obesitas pada wanita.

Obesitas



2.3.1 Definisi
Obesitas merupakan kelainan dari sistem pengaturan berat badan yang ditandai oleh akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Dalam masyarakat primitif, dimana kehidupan sehari-hari membutuhkan aktivitas fisik yang tinggi dan makanan hanya tersedia sesekali, kecenderungan genetik akan berperan dalam penyimpan kalori sebagai lemak karena makanan yang dikonsumsi tidak melebihi kebutuhan.
Obesitas didefinisikan sebagai keadaan di mana adanya peningkatan yang sangat berlebihan pada massa jaringan adiposa (lemak). Obesitas bisa disalahartikan sebagai peningkatan berat badan yang sangat berlebihan bagi kebanyakan masyarakat. Namun, konsep ini tidak begitu relevan karena konsep obesitas tidak bisa diambil akibat peningkatan berat badan semata-mata melainkan adanya peningkatan massa jaringan adiposa.
Obesitas dan kegemukan merupakan faktor resiko utama untuk sejumlah penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Obesitas dianggap merupakan masalah hanya di negara berpenghasilan tinggi, tetapi sekarang jumlah pederita obesitas dan kegemukan semakin meningkat di negara berpenghasilan rendah dan menengah khususnya di perkotaan.
Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Android obesitas yang penimbunan lemaknya terbatas disekitar pinggang dan tubuh bagian atas, paling sering terlihat pada laki-laki, sedangkan morbid obesitas adalah obesitas yang penimbunan lemaknya berada di bagian bawah tubuh paling sering terlihat pada perempuan.

       2.3.2 Dampak Buruk Obesitas
Dampak buruk dari obesitas adalan dapat mengalami serangan jantung koroner, peningkatan tekanan darah, meningkatnya kadar gula darah, beresiko terjadinya strok.
Kegemukan/obesitas mempunyai berbagai dampak terhadap kesejahteraan dan kesehatan setiap individu. Kegemukan dapat menyebabkan defisiensi vitamin dan mineral. Orang yang  Penyakit ini terjadi ketidak seimbangan antara komsumsi kalori dan kebutuhan energy, yakni komsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energy. Kelebihan energy didalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat – tempat tertentu diantaranya dalam jaringan subkutan dan di dalam tirai usus. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita 29% dari berat badan edial menurut umur.
Selanjutnya Galletta juga menyebutkan bahwa pada orang yang menderita obesitas ini organ-organnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh karena itu, pada umumnya lebih cepat gerah, capai dan mempunyai kecenderunganuntuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit kardio vaskuler, hypertensi dan diabetes militus.

Konsep Indek Masa Tubuh (IMT)



a. Pengertian Indek massa tubuh.
 Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002: 34). IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Menurut rumus metrik:
                                    Berat badan (Kg)
                      IMT = -------------------------
                                  [Tinggi badan (m)]2

Atau menurut rumus Inggeris:
IMT = Berat badan (lb) / [Tinggi badan (in)]2 x 703
b. Kategori Indeks Massa Tubuh
Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, Indeks massa tubuh (IMT)  diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi Indeks massa tubuh (IMT)  adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (Central Defication Center, 2009).
Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obes. Standar baru untuk Indeks massa tubuh (IMT)  telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan Body Mass Index (BMI) di bawah 18,5 sebagai sangat kurus atau underweight, Indeks massa tubuh (IMT)  melebihi 23 sebagai berat badan lebih atau overweight, dan Indeks massa tubuh (IMT)  melebihi 25 sebagai obesitas. Indeks massa tubuh (IMT)  yang ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas dikategorikan pada tiga tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat III (>40) (Central Defication Center, 2009).
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang Indeks massa tubuh (IMT)  untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1: Kategori Indeks Massa Tubuh
INDEK MASA TUBUH (IMT)

KATEGORI
< 18,5
Berat badan kurang
18,5 – 22,9
Berat badan normal
≥ 23,0
Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9
Beresiko menjadi obes
25,0 – 29.9
Obes I
≥ 30,0
Obes II
Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007
c. Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam menggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh.
Kekurangan indeks massa tubuh adalah:
a) Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemah tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh.
b) Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan usia.
c) Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas pada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu.
Kelebihan indeks massa tubuh adalah:
a. Biaya yang diperlukan tidak mahal
b. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang.
c. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada table IMT.