This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday 13 March 2013

Faktor Abiotik dan Biotik yang mempengaruhi keberadaan Collembola



1.      Faktor Abiotik
Keberadaan Collembola dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik dapat berupa faktor fisik dan kimia seperti pH, suhu, kelembaban, keberadaan zat pencemar di dalam tanah, kedalaman tanah, serta iklim atau musim. Suhu dan penguapan dapat mempengaruhi komunitas Collembola (Jucevica & Meleis 2005).
Collembola menunjukkan perbedaan keanekaragaman vertikal berdasarkan kedalaman tanah. Collembola banyak terdapat di lapisan serasah dan lapisan tanah bagian atas 0-2.5 cm. Pada saat kelembaban rendah Collembola akan bermigrasi ke lapisan tanah yang lebih dalam (Detsis 2000). Di hutan basah Collembola banyak terdapat pada lapisan tanah dengan sedikit lapisan serasah pada kedalaman 0 - 4 cm (53-75%). Collembola juga memperlihatkan migrasi vertikal musiman antara serasah dan tanah sampai dengan 8 cm (Holt 1985).
Perpindahan Collembola ke lapisan tanah disebabkan oleh tingkat kekeringan tanah.Jumlah Collembola serasah di hutan basah paling sedikit terjadi pada musim kering sedangkan paling banyak pada musim hujan dengan curah hujan 73% per tahun. Kelembaban merupakan penyebab utama rendahnya tingkat populasi Collembola pada bulan-bulan kering (Holt 1985).
Beberapa spesies Collembola yang peka terhadap kelembaban tanah sehingga variasi komposisi spesies dan populasi berbeda (Irmler 2004). Misalnya Isotomurus palustris Muller dan Tomocerus minor Lubbock banyak terdapat dalam keaadan kelembaban tinggi (basah) sedangkan Hypogastrura armata Nicolet dan Folsomia quadrioculata Tullberg lebih menyukai keadaan kering.
2.      Faktor Biotik
Selain faktor fisik dan kimia, faktor biotik juga berpengaruh terhadap keberadaan Collembola. Vegetasi penutup merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan karena dapat mempengaruhi sifat keadaan tanah. Keanekaragaman vegetasi mempengaruhi keanekaragaman Collembola (Rahmadi et al. 2004). Pada hutan Sungai Tabalong Kalimantan Selatan yang didominasi tanaman Dipterocarpaceae seperti Shorea sp. komposisi Collembola yang mendominasi adalah Paronellidae, Dicyrtomidae, dan Hypogastruridae. Sedangkan di hutan monokultur yang hanya di tanami Acasia mangium Collembola yang mendominasinya adalah famili Paronellidae dan Isotomidae.

Distribusi Collembola



Telah banyak di publikasikan bahwa dilantai hutan Collembola tertumpuk pada lapisan atas yaitu di lapisan serasah dan lapisan humus.Walaupun demikian distribusi setiap jenis Collembola tidak sama. Ukuran-ukuran pori-pori tanah itu sangat menentukan distribusi Collembola karena hewan tanah itu tidak dapat mebuat lubang dalam tanah, dan demikian semakin kedalam tanah kemungkinan besar yang banyak ditemukan adalah Collembola yang ukurannya kecil.Di samping ukuran pori-pori tanah itu, distribusi suhu, kelembaban, dan factor lingkungan lainnya juga ikut menentukan distribusi Colembola. Distribusi tersidiannya makanan di lapisan tanah juga sangat menentukan distribusi Collembola di dalam tanah.[1]
Distribusi Collembola disuatu tempat menurut Suwondo, dkk (2006) dipengaruhi oleh faktor lingkungan, ketersediaan makanan, pemangsaan dan kompetisi. Tekanan dan perubahan lingkungan dapat mempengaruhi jumlah jenis dan perbedaan pada struktur.
Distribusi hewan di alam menurut Nurdin (1992) dapat dikelompokkan atas tiga bentuk. Bentuk teratur (uniform), yaitu yang individu-individunya tersebar teratur dilokasi penyebarannya. Bentuk random dimana individu tersebar secara sembarangan di daerah tersebut dan berkelompok (clump) dimana individu-individu selalu mengelompok dan jarang ditemukan sendiri-sendiri.
Distribusi Collembola sangat luas karena dapat ditemukan di berbagai macam habitat seperti daerah kutub, gurun, sub tropis, dan daerah tropis (Greenslade 1996). Distribusi Collembola bisa dengan bantuan partikel tanah dan bahan organik, bias juga dengan bantuan angin atau air (Dunger et al. 2002). Famili Hypogastruridae dapat ditemukan baik di daerah tropis maupun sub tropis. Genus Chrematocephalus, spesies C. celebensis mempunyai sebaran yang kosmopolitan, meliputi Jepang, China, Srilangka, Indonesia, Papua, Britania baru, dan Australia (Suhardjono 1992).
Akan tetapi ada beberapa spesies Collembola terrestrial yang bersifat endemik, bahkan dikenal mempunyai tingkat endemisme yang tinggi (Hopkin 1997). Contoh Xenylla orientalis Handschin yang hanya terdapat di pulau Jawa (Handschin 1932 dalam Suhardjono 1992). Endemisme dapat terjadi salah satunya karena seleksi alam, seperti adanya pembatas alam berupa laut, sifat tanah, dan cara penyebaran (Suhardjono 1992).


[1] Nurdin,m,s Ekologi hewan tanah (jakarta: pt bumi aksara,2003) hal 146

Klasifikasi Collembola



 Collembola mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi sehingga terjadi perbedaan pengklasifikasian Collembola. Beberapa pakar mengelompokkan Collembola sebagai ordo dari kelas Hexapoda atau Insecta (Triplehorn & Johnson 2005). Sedangkan kelompok pakar lain mengelompokkan Collembola sebagai takson kelas yang terpisah dari kelas Insecta.[1]
Penentuan karakter morfologi antara Collembola dan Insecta menunjukkan adanya perbedaan prinsip yang dapat memisahkan Collembola dari kelas Insecta. Karakter-karakter tersebut adalah adanya perbedaan ruas pada kaki, toraks, dan abdomen. Selain itu Collembola mempunyai tabung ventral, furkula, tenakulum, dan hanya mempunyai oseli (Suhardjono 1992). Berdasarkan perbedaan karakter tersebut maka Collembola di dalam tesis ini tidak termasuk ke dalam kelas Insecta.
Menurut Greenslade (1996) Collembola dibagi menjadi tiga ordo, yaitu Arthropleona, Symphypleona, dan Neelipleona. Ordo Arthropleona meliputi spesies yang mempunyai tubuh memanjang, batas antara toraks dan abdomen jelas. Sedangkan ordo Symphypleona dan Neelipleona berbentuk bulat dengan batas antar ruas tubuh kurang jelas.
Akan tetapi klasifikasi yang dipergunakan  adalah menurut Jordana & Arbea (1989) dan Deharveng (2004) yang membagi Collembola menjadi empat ordo, yaitu Poduromorpha, Entomobryomorpha, Symphypleona, dan Neelipleona. Alasan pemilihan klasifikasi yang dipergunakan oleh Deharveng (2004) karena pengklasifikasiannya sudah dikaitkan antara pendekatan morfologi, ketotaksi, dan molekuler. Ketotaksi adalah susunan dan tata nama seta atau modifikasi seta seperti seta mikro, seta makro, botriotrika, sisik, dan spina pada setiap bagian tubuh Collembola (Suhardjono 1992).
Ordo Poduromorpha mempunyai bentuk tubuh bulat konveks; silindris; ruas toraks dan abdomen mudah dibedakan; prognatus; tergit toraks I jelas dan berseta; segmen tubuh I sampai dengan IV sama panjang. Ordo Entomobryomorpha mempunyai tubuh pipih silindris; ruas toraks dan abdomen mudah dibedakan; prognatus; tergit toraks I tidak berkembang dan tidak berseta; segmen tubuh I sampai dengan IV panjangnya tidak selalu sama. Ordo Neelipleona dan Symphypleona mempunyai bentuk tubuh bulat. Ordo Neelipleona dan Symphypleona dapat dibedakan dari keberadaan mata; peruasan toraks dan abdomen; bentuk kepala; serta ukuran antena (Greenslade et al. 200).
Penelitian mengenai hewan tanah di Indonesia masih sedikit sekali. Penelitian tenetang hewan tanah yang pertama-tama di Indonesia dilakukan pada tahun 1925 oleh Dammrman. Dari hasil penelitian itu ternyata hewan permukaan tanah yang paling tinggi kepadatan populasinya adalah Hymenoptera yaitu family Formicidae, dan diikuti oleh Coleoptera, Oniscoidea dan Arachnida. Dari hasil penelitian Adianto di Jawa Barat dan Suhardjono di kalimantan ternyata hewan tanah tertinggi kepadatan populasinya di lantai hutan adalah Collembola, kemudian di ikuti oleh Arachnida dan kelompok lainnya. Hewan dalam tanah yang tertinggi kepadatan populasinya Adianto ialah Collembola.[2]


               
                [1] .Suhardjono ,Hopkins 1997
[2] Nurdin,M.S, Ekologi Hewan Tanah,Jakarta : PT Bumi Aksara,2003 hal 68

Cara hidup Collembola



Collembola termasuk hewan yang tidak mengalami metamorfosis (Ametabola)tetapi hanya mengalami pergantian kulit sebanyak lima sampai dengan enam kali.Bentuk pradewasa dengan dewasa mirip satu dengan lainnya. Kedua bentuk stadiaterrsebut dibedakan dari ukuran, jumlah seta, dan pada stadia pradewasa belum adaorgan genitalia. Persamaan bentuk pradewasa dengan dewasa mempermudahpengenalan sampai dengan taraf takson tertentu (Suhardjono 1992). Collembolasecara umum berumur pendek sekitar satu sampai tiga bulan, akan tetapi beberapaCollembola dapat hidup sampai dengan dewasa lebih dari satu sampai dengan dua tahun. Pseudosinella sdecipiens Denis bahkan dapat mencapai umur 5 tahun 7 bulan. (Greenslade 1996; Hopkin 1997; Greenslade et al. 2000).
Kebanyakan Collembola hidup di dalam tanah dan serasah (Suhardjono 1998).Akan tetapi Collembola dapat juga hidup di tempat tersembunyi seperti di dalam tanah, jamur, reruntuhan pohon, di bawah kulit kayu, kayu-kayu yang membusuk, vegetasi tanaman, kanopi, gua, guano kelelawar, laut, pesisir pantai, dan air tawar (Rahmadi & Suhardjono 2007).
Kebanyakan Collembola penghuni tanah memakan bahan tumbuh-tumbuhan yang sedang membusuk, jamur, dan bakteri. Collembola ada juga yang memakan tinja Artropoda atau serbuk sari ganggang (Triplehorn & Johnson 2005).

Morfologi Collembola



Artinya: Dan tuhanmu telah mewahyukankepada lebah, buatlah sarang-sarang pada sebagian pengunungan dan sebagian pepohonan dan sebagian tempat-tempat tinggi yang mereka buat. Kemudian makanlah dari setiap buah-buaha, lalu tempuhlah jalan- jalan tuhan mu dalam keadaan mudah. “keluar dari perutnya minuman yang bermacam – macam warnanya, didalam nya terdapat penyembuhan bagi manusia. Sesunnguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda bagi orang - orang yang berfikir.
Ayat ini dalam mengarahkan kepada nabi Muhammad saw dengan menyatakan: dan ketahuilah wahai nabi agung bahwa tuhan mu yang membimbing dan selalu berbuat baik, telah mewahyukan dan mengilhamkan kepada lebah sehingga menjadi naluri baginya: buatlah sebagaimana keadaan seorang yang membuat secara sungguh, dan sarang – sarang pada bagian gua – gua, pegunungan dan sebagian bukit- bukit dan pada sebagian celah – celah pepohonan dan pada sebagian tempat – tempat tinggi.
Collembola atau sering disebut serangga ekor pegas merupakan salah satu serangga yang berasal dari Filum Arthopoda, Kelas Insekta, dan mempunyai 11 famili. Collembola berasal dari bahasa Yunani colle berarti pelekat dan embolon berarti baji atau pasak, karena sebagian Collembola tetap seimbang. Serangga ini tidak bersayap dan panjangnya 3 – 6 mm dan mampu melompat dengan jarak 75 – 100 m. tipe mulutnya merupakan tipe menggigit. (Borror et al, 1996).
Bentuk tubuh memanjang atau oval dan kebanyakan berwarna hitam, abu-abu, kuning, hijau dan putih. Tubuh terbagi dalam tiga bagian yang terdiri dari caput, abdomen dan thorax. Pada caput terdapat sepasang antenna, terdiri dari empat ruas , sepasang mata dengan lensa (ocelli). Bagian mulut agak panjang dan tersembunyi di dalam kepala( Lazarus, 2003). Pada Collembola juga terdapat ommatidia (bagian dari mata majemuk yang berjumlah satu pada tiap sisi kepala) yang terdiri dari sejumlah mata facet yang masing-masing memiliki kornea sendiri, jumlah seluruh ommatidia ada delapan (Nayar et al, 1998)
Thorax terdiri dari tiga segmen yaitu prothorax, mesothorax dan tathorax. Pada masing-masing segmen terdapat tungkai yang bersatu dengan abdomen dan masing-masing tungkai bercabang menjadi tungkai yang pendek. Prothorax pada family Entomobrydae lebih pendek ukurannya dibandingkan dengan mesothorax dan mesothoraxnya (Heyman, 1997).
Abdomen merupakan gabungan dari enam segmen. Segmen pada abdomen kesatu disebut ventral tube, segmen ketiga disebut retinaculum dan segmen keempat di sebut furcula, yang berfugsi sebagai peloncat. Furcula tersebut timbul dari sisi ventral ruas abdomen keempat, bila keadaan istirahat terlipat ke depan di bawah abdomen (Greenslade,1991). Pada ruas abdomen pertama terdapat embelan berbentuk seperti tabung (Collophore) yang merupakan sebuah gelembung bergelambir dua. Collophore ini berfungsi untuk mengambil air secara langsung dan permukaan tubuh.1 (Jumar, 2000).
            Collembola berasal dari bahasa yunani: colla=lem dan embolon= baji atau pasak. Serangga ini tidak bersayap dan ukurannya kurang dari 6 mm. Tubuh memanjang atau oval dan umumnya berwarna hitam. Antena terdiri atas empat ruas. Pada ruas abdomen keempat atau kelima biasanya terdapat struktur menggarpu (furcula) yang berfungsi  sebagai alat peloncat. Pada ruas abdomen pertama terdapat struktur berbentuk seperti tabung (collopore) yang berfungsi untuk melekat dari pada ruas ketiga terdapat struktur pemegang furcula yang disebut tenaculum.[1] 

Gambar 2. 1 Morfologi Collembola (Greenslade 1996)

                  Collembola sering dijumpai di dalam tanah, di bawah serasah, di bawah kulit kayu yang lapuk, dalam bahan organik yang membusuk dan pada permukaan air. Kebanyakan Collembola sebagai pemakan bahan organic (saprofag) dan pemakan cendawan (misetofag) dan jarang sebagi hama. Ordo Collembola di bagi menjadi dua subordo, yaitu subordo Arthopleona dan subordo Symphypleona.[2]
              Collembola dikenal juga dengan istilah Spiringtails (ekorpegas) karena mempunyai struktur bercabang (furka) pada bagian ventral ruas abdomen keempat. Saat istirahat furka terlipat ke depan dan dijepit oleh gigi retinakulum. Retinakulum atau tenakulum merupakan embelan berbentuk capit yang terdapat pada bagian ventral abdomen ketiga. Ketika otot berkontraksi, furka kembali ke posisi tidak lentur kemudian akan memukul substrat sehingga mendorong Collembola ke udara (Greensslade 1996)
              Menurut Partosoedjono (2006:13) Collembola termasuk yang tidak mengalami metamorphosis (Ametabola) tetapi hanya mengalami pergantian kulit sebanyak lima sampai dengan enam kali. Kebanyakan Collembola penghuni tanah memakan bahan tumbuh-tumbuhan yang sedang membusuk, jamur dan bakteri.
              Menurut Suharjono (1992;42) kebanyakan Collembola hidup di dalam tanah dan serasah, akan tetapi Collembola dapat juga hidup di tempat tersembunyi seperti di dalam tanah, jamur, reruntuhan pohon, di bawah kulit keyu, kayu-kayu membusuk, vegetasi tanaman, kanopi, gua, guano. Kelelawar, laut dan pesisir pantai.
              Menurut Wallwork (1970) Collembola termasuk termasuk kelompok mesofauna ( 200 um sampai dengan 1 cm) karena mempunyai ukuran tubuh berkisar antara 0.25 mm dan 8.00 mm. Warna tubuh bervariasi, putih, hitam, abu-abu, warna lain. Dan bercorak. Tubuh dilengkapi seta tetapi bersayap (Apterygota).
            Tubuh Collembola terbagi atas tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen(Gambar  1 ). Antena empat ruas dengan panjang bervariasi. Antena jantan kadang-mengalami modifikasi sebagai organ penjepit. Antena mempunyai seta kemosensorik . Ujung antenna bentuknya bervariasi, berfungsi sebagai olfaktori. Oseli maksimum 8+8. Bagian mulut tersembunyi di dalam kepala (entognathus), lonjong, dan menonjol. Mulut beradaptasi untuk menggigit dan mengunyah atau untuk mnghisap cairan. Mandibula kadang-kadang tidak ada. Labium dan palpus maksila berkembang baik, kadang-kadang ada yang tereduksi atau tidak punya (Greenslade 1996)
            Akan tetapi ada beberapa spesies Collembola teresterial yang bersifat endemic, bahkan dikenal mempunyai tingkat endemisme yang tingi ( Hopkin 1997). Contoh Xenylla orientalis Handschin yang hanya terdapat di pulau Jawa (Handschin 1932 dalam Suhardjono 1992). Endemisme dapat terjadi salah satunya karena seleksi alam, seperti adanya pembatas alam berupa laut, sifat tanah, dan cara penyebaran (Suhardjono 1992 )



[1] Jumar, Entomologi Pertanian (Jakarta:pt rineka cipta 2000) hal .135

[2] Jumar, Entomologi Pertanian …………hal.136