This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday 24 January 2013

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH OLEH IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT DI DESA



BAB I
PENDAHULUAN


1,1 Latar Belakang
Tujuan dari pembangunan nasional bangsa Indonesia pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata , baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan undang undang dasar 1945 untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan pembangunan secara terencana ,terarah , terpadu serta berkesinambungan.
Salah satu bidang pembangunan yang mendapat perhatian cukup penting dewasa ini adalah bidang Kesehatan. Pembangunan bidang Kesehatan merupakan wujut nyata upaya  bangsa Indonesia untuk mempertinggi derajat Kesehatan masyarakat seperti yang tertera didalam Sistim Kesehatan Nasional ( Depkes RI, 1991 ).
Salah satu cara untuk mencapai kehidupan yang sehat demi kelangsungan pembangunan nasional adalah  pelestarian lingkungan fisik yang sehat terutama lingkungan fisik yang terpelihara, agar keseimbangannya terjaga dan tidak mengganggu kesehatan. Salah satu caranya adalah melalui pembuangan sampah yang saniter dan pengelolanya sesuai dengan  persyaratan  yang telah ditetapkan atau dianjurkan .
Pengelolaan sampah yang baik dapat mencegah terjadinya penularan penyakit  yang dapat mengganggu kesehatan. Demikian juga sebaliknya bila pengolahan sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan gangguan baik sebagai breeding place vector penyakit ( Depkes RI , 1999 )
Pengolahan sampah yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat akan menjadi sumber penularan penyakit seperti penyakit Diare, Types, Desentri, Muntah Mencret dan lain sebagainya disampaing menimbulkan bau, mengganggu  keindahan estetika dan sebangai tempat berkembang biaknya nyamuk vektor Malaria dan DBD.
Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh Sarana Pembuangan sampah yang tidak sehat , maka setiap tempat  yang memproduksi atau menghasilkan sampah misalnya rumah tangga , tempat tempat umum tentulah harus memiliki sarana pembuangan  sampah yang baik.

GAMBARAN KONDISI SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PERUMAHAN PENDUDUK



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang.
Pola pembangunan berwawasan kesehatan telah dicanangkan pada 1 Maret 1999. yang dikenal dengan paradigma sehat 2010. Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan sehat. dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan rata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perilaku sehat dalam pembangunan kesehatan 2010 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Syahartini. T, 2000).
Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja, maka seperti yang diuraikan dalam Undang-Undang No. 23 tentang Kesehatan, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat yaitu peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) penyembuhan penyakit, (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Paradikma baru dan reformasi di bidang kesehatan yang telah dikembangkan saat ini lebih diutamakan pada upaya promotif dan preventif, salah satu upaya previntif adalah meningkatkan kesehatan lingkungan. (Profil Kesehatan Indonesia, 2003).
Upaya penyehatan lingkungan dan perbaikan perumahan merupakan suatu pencegahan terhadap berbagai kondisi yang mungkin dapat menimbulkan penyakit. Dari laporan Dinas Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2002 menunjukkan bahwa jumlah rumah di perkotaan yang memenuhi syarat kesehatan diperkirakan sebanyak 70,84%, cakupan pengguna jamban sebesar 68.91% dan cakupan penggunaan SPAL sebanyak 54,76%. Sedangkan di pedesaan jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 44,19%, cakupan pengguna, jamban sebesar 41,12% dan cakupan pengguna SPAL sebanyak 42,51 % (Profil Kesehatan NAD, 2003).
Pada tahun 2005 telah dilakukan pemeriksaan rumah sehat di beberapa Kabupaten /Kota di Propinsi NAD menunjukkan kondisi 42,20% dinyatakan sehat dari 401.780 rumah yang dilakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan rumah di seluruh Kabupaten / Kota memiliki rumah sehat di bawah 50 % sedangkan target dari indikator Indonesia sehat 2010 adalah 80 %. Sedangkan keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Kabupaten / Kota yaitu ketersediaan air bersih mencapai 64,99% ketersediaan jamban keluarga 68,54% ketersediaan tempat sampah 52,12% dan tempat pengelolaan air limbah keluarga 38,36%. Dari data yang ada program sosialisasi terhadap masyarakat untuk membangun rumah sehat perlu terus dilakukan sehingga pencegahan terhadap penyakit vektor dapat diperkecil dan penyebab penyakit lainnya dari lingkungan sekitar rumah, kepemilikan sanitasi dasar yang meliputi persediaan air bersih, jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah rumah tangga keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan di dalam peningkatan kesehatan lingkungan. (Profil Kesehatan NAD, 2006).

Keberhasilan Laktasi Pada Ibu Menyusui



2.1   Keberhasilan Laktasi Pada Ibu Menyusui
Menyusui adalah memberikan asi susu untuk diminum oleh bayi dari buah dada (purwadaeminta 1990). Sedangkan menurut WHO/UNICEF (1979), menyusui merupakan bagian terpadu dari proses prosedur reproduksi yaitu memberikan makanan secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan pertumbuhan bayi (suradi 1995).
Penguaran ASI banyak dipengaruhi dari isapan bayi dari putting areola, yang melalui saraf afferent merangsang hipofise anterior untuk memperduksi prolaktin yang selanjutnya ini merangsang sekresi ASI, jumlah proklaktin tergantung pada frekuensi dan itensisitas iasapan bayi, pembendungan ASI dalam alveolus menyebabkan penekan pada pembuluh darah yang megakibatkan penurunan prolaktin pada darah, sehingga sekresi ASI juga akan berkurang (prolaction reflex). Selain itu pengeluaran ASI juga terjadi karena adanya rangsangan mekanisme ujung saraf pada putting dan areola oleh isapan bayi. Rangsangan ini diteruskan ke hypothalamus yang menyebabkan hypophise posterior mengeluarkan oksitoksin merangsang sel mypithel yang menyebabkan ASI dalam alveolus diperas melalui salurannya ke muara diputing susu ibu. Ibu yang berada dalam suasana yang menyenangkan cenderung dapat menyusui bayi dengan baik(nelson 1994). 


Berdasarkan literatur, maamfaat ASI dapat dari aspek-aspek sebagai berukut:
2.1.1 Aspek gizi
a. kolostrum
kolostrum adalah lenket kekuningan yang mengisi sel-sel alveolar selama trimester terakhir kehamilan. Jumlah bervariasi berkisar antara 10-100 ml/hari, dengan rata-rata sekitar 30 ml dan akan mengikat sekresinya secara bertahap dan mencapai komposisi matang pada 30-40 jam setelah lahir.
b.  Mengandung zat kekebalan terutama Ig A yang melindunggi bayi dari     berbagai penyakit infeksi terutama diare.
c.   Mengandung protein, Vitamin A yang tinggi dan karbohidrat serta lemak rendah sehinga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d.  Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama hitam kehijauan.
e.   ASI mudah di cerna, mengandung zat gizi yang sesuai dan enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang berkualitas tinggi berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
f.   ASI memiliki perbandingan rasio antara Whey dan casein yang sesuai untuk bayi yaitu 65 : 35 dibandingkan dengan susu sapi yang perbandingannya 20 : 80, susu sapi lebih banyak mengandung casein yang tidak  mudah diserap dari pada susu sapid an menghasilkan endapan yang terbentuk di lambung lebih halus yang dapat mengurangi waktu pengosongan (DepKes RI. 2001 dan Akre 1994 ).
2.1.2 Aspek  imunologi
2.1.3        Aspek Psikologis menyusui
  1. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui
  1. Hubungan interaksi ibu bay
2.1.4        Aspek kecerdasan

2.1.5        Aspek neurology

2.1.6        Aspek ekonom

2.1.7        Aspek penundaan kehamilan