This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday 30 August 2013

Luka atau vulnera



I. PENDAHULUAN
Luka atau vulnera adalah hilangnya kontinuitas dari jaringan tubuh baik pada kulit, membran mukosa, otot dan saraf. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
Penyembuhan luka yang normal memerlukan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks yang terjadi secara simultan pada jaringan epidermis, dermis dan subkutis, itu suatu yang mudah membedakan penyembuhan pada epidermis dengan penyembuhan pada dermis dan perlu diingat bahwa peristiwa itu terjadi pada saat yang bersamaan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling jaringan yang bertujuan untuk menggabungkan bagian luka dan mengembalikan fungsinya.

. KLASIFIKASI LUKA
Jenis-jenis luka dapat dibagi atas dua bagian, yaitu luka terbuka dan luka tertutup
1. Luka terbuka; terbagi pada luka tajam dan luka tumpul
a) Luka tajam
- Vulnus scissum adalah luka sayat atau luka iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.
- Vulnus ictum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.
b) Luka tumpul
- Luka tusuk tumpul
- Vulnus sclopetorum atau luka karena peluru (tembakan).
- Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan, biasanya oleh karena tarikan atau goresan benda tumpul.
- Vulnus penetratum
- Vulnus avulsi
- Fraktur terbuka
- Vulnus caninum adalah luka karena gigitan binatang.
2. Luka Tertutup
- Ekskoriasi atau luka lecet atau gores adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing.
- Vulnus contussum ( luka memar ); di sini kulit tidak apa-apa, pembuluh darah subkutan dapat rusak, sehingga terjadi hematom. Bila hematom kecil, maka ia akan diserap oleh jaringan sekitarnya. Bila hematom besar, maka penyembuhan berjalan lambat.
- Bulla akibat luka bakar
- Hematoma
- Sprain ; kerusakan (laesi) pd ligamen- ligamen / kapsul sendi
- Dislokasi ; terjadi pada sendi- sendi, hubungan tulang - tulang di sendi lepas / menjadi tdk normal sebagian
- Fraktur tertutup
- Laserasi organ interna/ Vulnus traumaticum; terjadi di dalam tubuh, tetapi tidak tampak dari luar. Dapat memberikan tanda-tanda dari hematom hingga gangguan sistem tubuh. Bila melibatkan organ vital, maka penderita dapat meninggal mendadak.
III. JENIS-JENIS PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan luka dapat terjadi secara :
I.Per Primam
Yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan. Luka-luka yang bersih sembuh dengan cara ini, misalnya luka operasi dan luka kecil yang bersih. Penyembuhannya tanpa komplikasi, penyembuhan dengan cara ini berjalan cepat dan hasilnya secara kosmetis baik.
Fase-fase penyembuhan luka : 1) fase perlekatan luka, terjadi karena adanya fibrinogen dan limfosit, dan terjadi dalam 24 jam pertama. 2) fase aseptik peradangan, terjadi kalor, dolor, rubor, tumor dan functio laesa, pembuluh darah melebar dan leukosit serum melebar, sehingga terjadi edema. Terjadi setelah 24 jam. 3) fase pembersihan ( initial phase ), karena edema, leukosit banyak keluar untuk memfagositosis jaringan yang telah mati. 4) fase proliferasi, pada hari ketiga, fibroblas dan kapiler menutup luka bersama jaringan kolagen dan makrofag. Semua ini membentuk jaringan granulasi. Terjadi penutupan luka, kemudian terjadi epitelisasi. Pada hari ketujuh penyembuhan luka telah bagus. Berdasarkan hal ini pada luka bersih, (kecuali pada daerah yang banyak bergerak) jahitan dibuka minimal pada hari ke-7.
Fase-fase penyembuhan luka terbagi atas 3 :
1.Fase inflamasi
Peristiwa awal yang terjadi pada penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, merupakan respons vaskuler dan seluler terhadap luka. Inflamasi dapat terjadi melalui aksi neutrofil, makrofag, dan limfosit yang di mediasi oleh growth factor dan mikrovaskuler dan perdarahan. Kemudian terjadi vasokonstriksi selama 5-10 menit yang diperantarai oleh epinefrin, prostaglandin, serotonin dan tromboxan. Vasokonstriksi menyebabkan luka menjadi pucat, mengurangi perdarahan, membantu agregasi platelet, dan menjaga agar komponen-komponen penyembuhan luka tetap berada dalam luka. Platelet yang diaktivasi oleh trombin akan melepaskan IGF-1, TGFα, TGFβ, dan PDGF, yang akan menyebabkan leukosit dan fibroblast berkumpul di dalam luka.
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-5. Segera setelah timbulnya luka, terjadi vasokonstriksi luka yang menghentikan perdarahan, dan darah dalam luka akan membeku. Dalam waktu 5 - 10 menit vasodilatasi lokal timbul dan plasma merembes dari venula kecil ke jaringan sekitarnya. Leukosit polimorfonuklear dan monosit makin kental dan melekat pada endothelium kapiler. Segera seteleh itu, sel akan berpindah dari kapiler serta memulai pembersihan sel rusak dan bekuan darah melalui proses fagositosis. Leukosit polimorfonuklear paling jelas terlihat selama tahap awal reaksi ini. Pada peradangan kronis, leukosit mononuklear merupakan fagosit dominan dan dapat bergabung membentuk sel datia. Pada fase inflamasi ini terdapat beberapa proses yang berlangsung yaitu hemostasis dan inflamasi.
2. Fase proliferasi atau fase fibroplasti
Fase proliferasi berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira¬-kira 3 minggu. Bersifat proliferasi dan pembentukan fibroblast yang berasal dari sel-sel mesenkhim. Fibroblas menghasilkan mukopolisakarida dan serat kolagen yang terdiri dari asam-asam aminoglisin, prolin dan hidroksiprolil. Mukopolisakarida mengatur serat-serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka. Serat-serat baru akan dibentuk, diatur, mengkerut, yang tidak diperlukan dihancurkan, dengan demikian luka mengkerut/mengecil.
Pada fase ini luka diisi oleh sel radang fibroblast, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru, membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata, disebut jaringan granulasi.
Epitel sel basal di tepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka, tempat diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan ke permukaan yang rata atau yang lebih rendah, tak dapat naik.
Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses pen"dewasaan" penyembuhan luka.
3. Fase remodelling
a. Kolagen
Fase terakhir dan terlama dalam penyembuhan luka yaitu remodeling. Dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Proses utama yang terjadi yaitu remodelling kolagen yang dinamis dan pematangan jaringan parut. Penyimpanan kolagen pada hampir semua jaringan, termasuk luka merupakan keseimbangan antara aktivitas dan sintesis kolagen, dimana produksi dan degradasi ini berjalan terus menerus.
Remodelling kolagen selama fase ini bergantung pada berlangsungnya sintesis kolagen, dan adanya destruksi kolagen. Kolagenase dan matriks metalloproteinase (MMPs) terdapat pada luka untuk membantu pembuangan kolagen berlebihan pada sintesis kolagen baru yang berlangsung lama. Penghambat jaringan metalloproteinase membatasi enzim kolagenase ini sehingga terdapat keseimbangan antara pembentukan kolagen baru dan pembuangan kolagen lama.
Selama remodelling, fibronektin secara bertahap dan asam hyaluronat dan glikosaminoglikan akan digantikan proteoglikan. Kolagen tipe III digantikan oleh kolagen tipe I. Cairan diabsorbsi dari jaringan parut.
Fase remodelling atau fase resorbsi dapat berlangsung berbulan¬-bulan. Dikatakan berakhir bila tanda-tanda radang sudah menghilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas dan tidak ada rasa sakit maupun gatal. Di sini proses kontraksi parut kelihatan dominan.
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang lebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel-sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebihan diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal Hal ini kira-kira terjadi 3 - 6 bulan setelah penyembuhan.
b. Sitokin
Sitokin memungkinkan berjalannya seluruh komunikasi untuk interaksi antar sel. Mereka mungkin juga berperan penting dalam jalur farmakologis klinis diberbagai tempat penatalaksanaan penyembuhan luka. Misalnya, sitokin tampaknya mengatur peranan dan pengaturan fibrosis, penyembuhan luka kronik, cangkokan kulit, vaskularisasi, peningkatan kekuatan tendon dan barangkali juga mengendalikan proses keganasan. Sitokin merupakan protein non antibodi yang dilepaskan dari beberapa sel dan berfungsi sebagai mediator intraseluler. Sitokin terdiri dari limfokin dan interleukin.
FGF dasar (faktor pertumbuhan fibroblast) merupakan sitokin lain yang terikat pada heparin dan glikosaminoglikan yang mirip heparin. Sitokin ini merupakan suatu factor angiogenik yang kuat, menyebabkan migrasi sel epitel yang makin banyak, dan mempercepat kontraksi luka.
EGF (faktor pertumbuhan epidermis) adalah sitokin yang merangsang migrasi dan mitosis epitel. Sitokin ini dilaporkan dapat mempercepat reepitelisasi lokasi donor luka bakar.
II. Per Secundam
Proses penyembuhan ini terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Dapat dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi. Tujuan ini diperoleh dengan pembentukan jaringan granulasi dan kontraksi luka.

MALARIA



Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol.


A.    Pengertian
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999).
Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali.

B.     Etiologi
Protozoa genus plasmodium merupakan penyebab dari malaria yang terdiri dari empat spesies, yaitu :
1)      Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika
2)      Plasmodium ovale penyebab malaria ovale
3)      Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana
4)      Plasmodium malariae penyebab malarua Quartanu
Malaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan rosper definitif yaitu nyamuk anopheles.

C.    Tanda dan Gejala
Pada anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis malaria tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah :
  1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi) pada malaria tertiana (P. Vivax dan P. Ovale). Pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke 3, sedangkan malaria kuartania (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap seangan ditandai dengan bebeapa serangan demam periodik. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit – 1 jam), puncak demam (2 – 6 jam), dan tingkat berkeringat (2 – 4 jam). Demam akan mereda secara bertahan karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun.
  1. Splenomegali
Merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongeori menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
  1. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling kerap adalah anemia karena P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a.       Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b.      Eritrosit normal tidak dapat hidup lama
c.       Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritrosit dalam sum-sum tulang belakang.
d.      Ikterus
Disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SELULITIS



BAB II
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas perbandingan antara teori dengan kasus tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Selulitis yang dilakukan pada tanggal 29 Desember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010 di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.

A.    Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 29 Desember 2010. didasarkan data sebagai berikut pasien bernama Tn. Am berumur 16 tahun, beralamat Beureunuen beragama Islam, jenis kelamin  , pendidikan SMA, pekerjaan pelajar, status belum kawin, tanggal masuk 27 Desember  , diagnosa medis selulitis no. cm 095388 , Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Daerah  .
Menurut tinjauan teoritis selulitis lebih banyak terjadi pada anak-laki-laki dari pada anak perempuan  .
Pada pengkajian kasus di lapangan keluhan yang didapatkan pada pasien adalah pasien  nyeri pada luka didaerah perut kanan bawah. Menurut teoritis keluhan utama pada pasien selulitis adalah nyeri tekan, hangat, bercak eritema yang menyebar secara proksimal dari area tersebut, menunjukkan keterlibatan pembuluh limfe  .
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan masih mengeluh sakit atau nyeri pada luka didaerah perut kanan bawah, keluhan yang dirasakan pasien adalah mual muntah, pusing dan rasa ngilu. Menurut tinjauan teoritis selulitis dapat mengalami nyeri tekan, demam, menggigil, dan sakit kepala.  .
Pada pengkajian riwayat penyakit yang lalu diperoleh, berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami penyakit ini, tetapi hanya menderita penyakit ringan seperti demam, pilek. Menurut teoritis selulitis adalah inflamasi jaringan subkutan kulit yang disebabkan oleh infeksi oleh streptokokus beta-hemolitik grup A. stafilokokus aureus, hemofilus influenza, atau organisme lain. Organisme biasanya masuh melalui kulit yang mengalami trauma (misal trauma tumpul, batang jarum, gigitan serangga, atau luka) dan infeksi yang terjadi dapat menyebar cepat melalui sistem limafatik, penyakit yang tidak teratasi menimbulkan nekrosis jaringan dan septikemia.   .
Pada pengkajian penyakit keluarga pasien mengatakan dalam keluar tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit selulitis seperti yang dirasakan pasien selama ini. Menurut teoritis penyakit ini tidak disebabkan oleh sifat bawaan garis turunan melainkan dengan disebabkan oleh trauma, luka terinfeksi, atau gigitan serangga.  ).
Pola nutrisi diperoleh data pasien ada pemenuhhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, mual, muntah dan porsi makanan bisa menghabiskan ¼ dari porsi yang disediakan (Diet MII). Menurut teoritis hal ini disebabkan oleh terganggu dialateral kolon asendens, didaerah linguinal dan membengkak kearah dinding abdomen ( ).
Pada pengkajian pola eliminasi sebelum sakit BAB pasien 1-2 kali sehari, konsistensi, warna kuning selama sakit pasien 2 hari sekali BAB.
Pola istirahat diperoleh data bahwa pola istirahatnya tidak terganggu karena dibantu dengan therapi medis.
Pola aktivitas diperoleh data yaitu tidak dapat beraktivitas karena badannya lemas, pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Pasien dengan selulitis akan mengalami perubahan kurangnya aktivitas dan mobilitasi yang lama oleh pembatasan yang dilakukan sendiri dapat mengakibatkan penurunan toleransi terhadap aktivitas ( ).
Pada personal hygeine sebelum sakit pasien mengatakan dapat menjaga kebersihannya dengan baik tanpa dibantu oleh keluarga, namun selama sakit kejadian ini dilakukan oleh bantuan keluarga dan perawat.
Kebersihan diri sangat berpengaruhi terhadap kondisi pemulihan kesehatan, terlebih lagi bila adanya luka, karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah atau jaringan yang rusak dan merupakan pintu masuh kuman, oleh karena itu kebersihan diri sangat perlu dijaga ( ).
Dari hasil pemeriksaan fisik secara umum didapat data keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 100/80 mmHg, pernafasan 22, kali permenit nadi 82 kali permenit, temperatur 36,5 0C.
Secara teoritis perlu dilakukan karena pemeriksaan vital sign hal yang awal perlu dikaji terhadap perkembangan pasien ( ).
Pada pemeriksaan fisik secara umum dari kepala hingga kaki yang dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi didapatkan saat inspeksi wajah meringis, nampak pucat, wajah tampak tidak bersemangat pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah perut kanan bagian bawah pada pemeriksaan perkusi reflek patella normal.
Pada teoritis tindakan pada selulitis pertahankan infus IV atau akses vena untuk memberikan antibiotik IV, bila diindikasikan, tinggikan ekstremitas yang sakit untuk meningkatkan drainase area. ( ).
Beberapa jenis terapi medis keperawatan yang diindikasikan terhadap selulitis yang dialami oleh pasien Tn. Am antara lain injeksi cepraz 1 gr/12 jam injeksi ranitidine 1 Amp/8 jam, injeksi ceterolac 1 Amp/8 jam.

B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinis tentang respon individu keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan. Diagnosa keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi gugat perawat. (   )
Adapun diagnosa yang muncul pada Tn. Am adalah nyeri berhubungan dengan inflamasi penyakit, di tandai dengan data subjektif, pasien mengeluh nyeri tekan pada luka di daerah perut kanan bawah, data objektif , nyeri tekan dengan skala nyeri 6, ekspresi wajah meringis, wajah tampak pucat.  
Menurut teoritis gangguan kenyamanan : keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan  dalam merespons terhadap suatu rangsangan  yang berbahaya (Carpenito,2006).
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat di tandai dengan pasien mengeluh kurang nafsu makan, pasien mengatakan mual dan muntah porsi yang di sediakan hanya di habiskan 1-2 sendok.
Menurut teoritis ketidakseimbangan nutrisi : suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang behubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik ( ).
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan data subjektif, pasien mengatakan pasien tidak mampu beraktivitas karena fisiknya terasa sangat lemah data objektif k/u lemah, aktivitas pasien di bantu keluarga dan perawat.
Menurut teoritis intoleran aktivitas : penurunan dalam kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan ( ).

Tahap-tahap persalinan



Tahap-tahap persalinan ada 4 kala, yaitu:
1.      Kala 1 Persalinan
Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap, pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat berjalan. Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

2.      Kala II Persalinan atau Kala Pengeluaran
a.       His semakin kuat, dengan interval 2 sampai  menit dengan durasi 50 detik sampai 100 detik.
b.      Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c.       Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti dengan keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhouser.
d.      Kedua kekuatan, his dan mengedan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka dan kepala seluruhnya.
e.       Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
f.        Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan: Kepala dipegang pada os occuiput dan dibawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikaitkan untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir di ikuti oleh sisa air ketuban.
g.       Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multi gravida 30 menit.


3.      Kala III atau pelepasan uri
Setelah kala II, konstraksi uterus terhenti sektiar 5 sampai 10 menit, dengan lahirnya bayi, sudah mulai ada pelepasan plasenta dengan memperhatikan tanda-tanda: uterus menjadi bundar. Uterus terdorong ke atas, karena pelepasan plasenta  ke segmen bawah rahim, kemudian tali pusat memanjang dengan adanya semburan darah. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara grade pada fundus uteri.
4.      Kala IV atau (observasi)
Kala ini untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita. Pemeriksaan tanda-tanda vital, konstraksi uterus dan terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400- 500cc.