Thursday, 14 February 2013
Robekan (Ruptur) Perinium
15:14
No comments
1.
Pengertian
Ruptur adalah : robekan
atau koyaknya jaringan secara paksa
(Dorland, 1994)
Perineum
adalah : bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm
(Wiknjosastro, 1999).
Persalinan
normal : proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu
maupun janin (Prawirohardjo, 2002).
Perlukaan
jalan lahir tingkat II adalah pendarahan
yang terjadi setelah bayi lahir dengan perlukaan jalan lahir mencapai dinding belakang vagina, kulit perineum dan otot perineum.
2.
Klasifikasi Ruptur
Perinium
a)
Ruptur Perineum Spontan
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab
tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan
biasanya tidak teratur.
b)
Ruptur perineum yang disengaja
(Episiotomi)
Yaitu luka perineum yang terjadi
karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum: Episiotomi adalah
torehan yang dibuat pada perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina
(Prawirohardjo, 2002).
Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas
4 tingkatan :
a)
Tingkat I
Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau
mengenai kulit perineum sedikit.
b)
Tingkat II
Robekan yang terjadi lebih dalam, yaitu selain mengenai
selaput lendir vagina, juga mengenai musculus perinei tranversalis, tapi tidak
mengenai sfingter ani.
c)
Tingkat III
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai
otot-otot sfingter ani.
d)
Tingkat IV
Robekan mengenai perineum sampai otot sfingter ani dan
mukosa rektum (Sumarah, 2009).
3.
Trauma Jaringan
Kebanyakan ibu mengalami derajat
tertentu trauma pada perineum setelah melahirkan, kadang trouma mengenai
pembuluh darah besar.
Tipe Trauma Jaringan
a).
Robekan. Bagian dalam serviks atau vagina atau bagian luar
genetalia/perineum/anus.
b). Episiotomi. Bila besar atau dilakukan
tertentu dini (seperti sebelum perineum menipis) episiotomi dapat memotong
melalui pembuluh darah yang mengakibatkan perdarahan tidak terkontrol.
Episiotomi juga meningkatkan resiko robekan derajat tiga.
c). Hematoma. Hematoma akut jarang, kira-kira
1:1000 kelahiran. Pendarahan biasanya tersembunyi dan volume darah sering
diabaikan. (Chapman, 2006).
4.
Patofisiologi
Robekan perineum terjadi hampir
pada semua persalinan pertama atau tidak jarang pula pada persalinan
selanjutnya. Robekan ini dapat dihindarkan dengan menjaga jangan sampai dasar
panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaiknya kepala janin jangan
ditekan terlampau kuat dan lama, karena akan menimbulkan asfeksia dan
pendarahan dalam tengkorak janin serta melemahkan otot-otot pada dasar panggul karena perenggangan perineum
terlalu lama.
Robekan
jalan lahir umumnya garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
terlalu cepat lahir, sudut arkus pubis lebih kecil dari biasa sehingga
kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari biasanya, kepala janin
melewati pinto bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia
sub oksipito-bregmatika, atau janin dilahirkan dengan pembedahan pervaginan
(Wiknjosastro, 2005)
5.
Gejala
a. Timbulnya pendarahan banyak dalam
waktu singkat
b. Nadi dan pernafasan menjadi lebih
cepat.
c. Gejala baru timbul pada kehilangan
darah 20%
d. Menimbulkan syok.
6.
Mencegah
Mencegah
atau sekurang-kurangnya bersiap pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi
pendarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu
bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan ante natal care
yang baik. Kasus-kasus yang ada predisposisi atau riwajat akan terjadi
perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit. Di rumah
sakit diperiksa keadaan umum, keadaan fisik, Kadar Hb. Golongan darah dan bila
mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawai persalianan dipersiapkan
keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim (Uterus Tonikum) Setelah kutuban pecah kepala janin mulai
membuka vulva. infus dipasang dan setelah bayi lahir diberikan 1 ampul methergin
atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (sintometrin intravena).
Hasilnya biasanya memuaskan. (Muchtar, 2002)
7.
Komplikasi
a.
Retensio Plasenta
b.
Inversio Uteri
8.
Penanganan
Penjahitan laserasi pada perlukaan
jalan lahir tingkat II.
a.
Cuci tangan secara
seksama dan gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
b.
Pastikan bahwa
peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan penjahitan sudah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
c.
Setelah diberikan
anesthesia lokal dan memestikan bahwa derah tersebut telah anesthesia, telusuri
dengan hati hati mengunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-batas
luka.
d.
Buatlah jahitan kurang
lebih 1 cm diatas ujung laserasi dibagian dalam vagina. Setelah
melakukan tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang.
e.
Tutup mukosa vagina
dengan jahitan jelujur, jahit kebawah dan keatas cincin hymen.
f.
Tepat sebelum cincin
himen, masukan jarum kedalam mukosa vagina lalu kebawah cincin himen
sampai jarum ada dibawah laserasi. Periksa antara jarum di perinium dan
bagian atas laserasi dan perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
g.
Teruskan kearah bawah
tetapi tetap pada luka, mengunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian
bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang
terluka telah di jahit.
h.
Setelah mencapai ujung laserasi,
arahkan jarum ke atas dan teruskan panjahitan, mengunakan jelujur untuk menutut
lapisan subkutikuler dan jahitan ini akan menjadi jahitan lapis ke dua
da periksa lubang bekas jarum. Jahitan lapisan kedua ini akan meninggalkan luka
yang tetap terbuka berukuran 0.5 cm atau kurang, luka ini akan menutup dengan
sendirinya pada saat penyembuhan luka.
i.
Tusukan jarum dari
robekan perinium ke dalam vagina, jarum harus keluar dari belakang cincin
himen.
j.
Ikat benang dengan
membuat simpul di dalam vagina potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5 cm, Jika ujung benang
dipotong terlalu pendek simpul akan
longgar dan laserasi akan membuka.
k.
Ulang pemeriksaan
vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang
tertinggal didalam.
l.
Dengan lembut masukan
jari paling kecil ke anus, raba apakah ada jahitan pada rectum. Jika ada
jahitan yang teraba ulangi pemeriksaan rectum selama 2 minggu
pasca persalinan.
m.
Cuci daerah genital
dengan lembut dengan sabun dan air desinfektan tingkat tinggi, kemudian
keringkan. Bantu ibu cari posisi yang lebih nyaman.
n.
Nasehati ibu untuk
menjaga perineum.
1)
Menjaga periniumnya
agar selalu bersih dan kering.
2)
Menghindari penggunaan
obat-obetan tradisional pada periniumnya.
3)
Cuci periniumnya
dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai 4 kali sehari.
4)
Kembali dalam seminggu
untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu kembali lebih awal jika ia mengalami
demam atau mengeluarka cairan yang berbau busuk dari lukanya atau jika daerah
tersebut menjadi nyeri (Depkes RI, 2004)
o.
Perawatan Pasca
Tindakan Perlukaan jalan lahir tingkat II
1)
Berikan antibiotika propolaksis
dengan dosis
-
Ampisillin
500 mg per oral
-
Metronidazol 500 mg per oral
2)
Observasi tanda-tanda
infeksi
3)
Jangan melakukan
pemeriksaa rectal atau enema selama 2 minggu.
4)
Berikan pelembut Faeses
selama seminggu per oral (Saifuddin, 2002)
Oedema pada Kehamilan
15:07
No comments
Oedema ialah
penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering
ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau
meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya
masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan
tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan
keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur
dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.
(Depkes RI, 2005)
Berbaringlah
dengan posisi bertumpu pada tubuh bagian samping kiri. Istirahatkan kaki anda
dengan mengangkatnya ke atas sehingga darah akan mengalir lebih lancar dari
kaki ke jantung anda. Jangan mengkonsumsi pil diuretik. Sebaiknya konsultasikan
dokter anda terlebih dahulu bila anda bermaksud hendak mengurangi konsumsi
garam untuk mengurangi keringat berlebih pada tubuh anda. Karena bagaimanapun
tubuh membutuhkan garam untuk keseimbangan cairan tubuh, dan mengurangi
konsumsi garam bukan merupakan cara terbaik untuk mengatasi keringat berlebih
pada tubuh anda. Kaki bengkak pada ibu hamil kerap disebut dengan edema atau
oedema yang artinya penimbunan cairan. Pembengkakan ini bukan hanya bisa
terjadi di kaki tapi juga memungkinkan di bagian tubuh lain. Tapi yang paling kerap
dialami adalah pada kaki. Perubahan metabolisme tubuh, utamanya pada
keseimbangan volumen cairan tubuh. Ketika sedang tidak hamil, volume air yang
masuk ke dalam tubuh, kurang lebih sama banyaknya dengan volume yang dikeluarkan.
Apabila volume air berlebihan, tubuh otomatis akan mengelurkan dalam bentuk
keringat, saat buang air besar dan terutama saat buang air kecil. Cara tersebut
membuat keseimbangan cairan di dalam tubuh kita akan selalu terjaga. Akan
tetapi pada keadaan tertentu, misalnya fungsi ginjal terganggu akibat adanya
infeksi, cairan yang berlebih tidak selalu dapat dikeluarkan dengan lancar.
Jika ini terjadi, cairan yang berlebihan akan tertimbun dan tersimpan di
jaringan-jaringan tubuh. Penimbunan cairan itulah yang nampak sebagai
pembengkakan pada jaringan yang mengakumulasi kelebihan air. Itu yang disebut
edema atau oedema.
Sesuai
sifat air yang rajin mengalir ke tempat yang letaknya lebih rendah, maka
jaringan yang menjadi tujuannya adalah bagian-bagian tubuh yang letaknya
dibawah. Itulah mengapa tangan dan utamanya kaki paling kerap bengkak pada pagi
hari. Sebab saat tidur, proses metabolisma pada sel-sel tubuh akan menghasilkan
sejumlah cairan sebagai salah satu hasil “buangan”. Cairan buangan itulah yang akan
terkumpul sepanjang malam. Pada pagi harinya, jumlahnya akan cukup berlimpah
dan mengakibatkan pembengkakan pada ibu hamil. Bila edema yang Anda derita saat
hamil masih tergolong ringan, gejalanya akan berupa pembengkakan pada betis dan
telapak kaki yang dapat hilang dengan sendirinya setelah beristirahat dengan
cukup. Bila edema ini lebih parah, pembengkakan tidak hanya terjadi pada kaki
dan betis tapi menyebar hingga ke paha, alat kelamin (terutama bibir kemaluan
sebelah luar), serta daerah sekitar perut. Sedangkan jika masuk kategori parah,
dapat terjadi hingga seluruh bagian perut dan disertai gejala acites (akumulasi
cairan di dalam perut).
Kunci utama mencegah ataupun mengatasi edema adalah dengan mengetahui penyebabnya. Jadi, bila kesehatan Anda saat hamil telah diperiksa dan dipantau secara keseluruhan, maka edema ini bisa dicegah. Misal, bila terdapat gangguan fungsi jantung pada calon ibu, tetapi kemudian secara bertahap gangguan tersebut diatasi atau diobati, maka kemungkinan timbulnya edema bisa dikurangi.
Jika hasil pemeriksaan kesehatan sebelum hamil calon ibu menderita hipertensi akibat gemar mengkonsumsi makanan bercita rasa asin. Jika sudah dideteksi sebelum kehamilan terjadi, kemungkinan edema bisa dicegah. Antara lain dengan mengubah kebiasaan mengkonsumsi garam.
Kunci utama mencegah ataupun mengatasi edema adalah dengan mengetahui penyebabnya. Jadi, bila kesehatan Anda saat hamil telah diperiksa dan dipantau secara keseluruhan, maka edema ini bisa dicegah. Misal, bila terdapat gangguan fungsi jantung pada calon ibu, tetapi kemudian secara bertahap gangguan tersebut diatasi atau diobati, maka kemungkinan timbulnya edema bisa dikurangi.
Jika hasil pemeriksaan kesehatan sebelum hamil calon ibu menderita hipertensi akibat gemar mengkonsumsi makanan bercita rasa asin. Jika sudah dideteksi sebelum kehamilan terjadi, kemungkinan edema bisa dicegah. Antara lain dengan mengubah kebiasaan mengkonsumsi garam.
1.
Penanganan Oedema
a. Saat
bangun pagi di waktu Anda hamil, angkatlah kaki anda untuk beberapa saat,
misalnya dengan menggunakan bantal sebagai pengganjal. Sehingga aliran darah
tidak mengumpul pada daerah pergelangan dan telapak kaki
b.
Apabila saat hamil
masih bekerja di kantor, usahakan posisi kaki lebih tinggi pada saat duduk.
Gunakan bangku kecil atau tatakan lain yang cukup tebal sebagai penopang kaki
c.
Angkat kaki Anda
sesering mungkin sewaktu Anda hamil, sehingga memberi kesempatan cairan yang
ada di bagian kaki megalir ke atas
d.
Perbanyak istirahat
degan cara berbaring miring
e.
Anda bisa mencoba
memakai stocking penyangga otot perut untuk menghindari terjadinya penimbunan
pada perut sekaligus kaki
f.
Jangan memakai stocking
atau kaus kaki yang memiliki karet elastik yang dapat “mengigit” betis Anda
sehingga dapat menghambat aliran darah dan cairan di daerah betis.
g.
Perbanyak minum air
putih paling sedikit 2 liter sehari. Dengan banyak memasukkan cairan ke tubuh,
justru membuat tubuh hanya sedikit menyimpan air
h.
Biasakan rutin
berolahraga saat sesuai kondisi Anda. Dianjurkan untuk berenang dan mengendarai
sepeda statis
i.
Makan secara teratur
saat hamil
j.
Hindari konsumsi
natrium saat hamil (Na secara berlebihan dengan mengurangi makanan yang asin
Komplikasi Abortus Inkompletus
15:03
No comments
2.1.5.1. Perdarahan
Perdarahan dapat
diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transpusi darah, Kematian karena perdarahan dapatb terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.1.5.2. Perforasi
Perforasi uterus pada
kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika
terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi
2.1.5.3.
Infeksi
Keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritonium.
2.1.5.4. Syok
Syok
pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
2.1.6.
Penanganan
Abortus
Tentukan besar uterus
(taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat,
syok, infeksi/sepsis). Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang
disertai pendarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau
cunan ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:
a. Bila
perdarahan terhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral.
b. Bila
perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM (Aspirasi
Vakum Manual) atau Kurate (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan
serviks dan keberadaan bagian-bagian janin).
c. Bila
tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin 500 mg
oral atau doksisiklin 100 mg)
d. Bila
terjadi infeksi, beri ampisillin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.
e. Bila
terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan
evakuasi dengan AVM.
f.
Bila pasien Nampak
anemik, berikan sulfa ferosus 600mg per hari selama 2 minggu (anemia sedang)
dan transfusi darah (anemia berat)
Pada beberapa kasus, abortus inkompletus
erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu, perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pastikan
tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perporasi uterus atau cedera
intra-abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut kembung, nyeri perut
bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas).
b. Bersihkan
ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu atau benda-benda lainnya dari
region genitika
c. Berikan
boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau
kanalis servisis dan pernah diimunisasi.
d. Bila
riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500
unit IM diikuti dengan pemberian tetanus texoid 0,5 ml setelah 4 minggu,
e. Konseling
untuk kontrasepsi pasca kegugurandan pemantauan lanjut. (Saifuddin, 2002)
Tindakan yang harus dilakukan tergantung
pada umur kehamilan dan beratnya
perdarahan yang terjadi :
1. Pada
kehamilan kurang dari 12 minggu dan/atau dengan perdarahan banyak, segera
dilakukan :
a.
Kuretase, yaitu pengeluaran hasil
konsepsi.
b. Setelah kuretase,
diberikan injeksi ergometri 0,2 mg i.m atau methergen 0.2 mg i.m.
c.
Berikan antibiotic Ampisilin 500 mg 4 x 1 tablet/hari selama 5 hari dan tablet
methergen 3 x 1 rablet/hari selama 3 hari untuk mencegah imfeksi.
2. Pada kehamilan lebih
dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak, namun bahaya perforasi pada
kerokan lebihbesar, maka :
a. Proses abortus
sebaiknya dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin 10 U dalam 500 ml
Dextrosei 5% dengan tetesan disesuaikan dengan sifat kontraksi.
b. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih
tertinggal, maka pengeluaran plasenta dilakukan secara Kuret ( Muchtar, 2000)
Subscribe to:
Posts (Atom)