Thursday 14 February 2013

Konsep Dasar Abortus



2.1.1.   Pengertian
Abortus  adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup diluar kandungan. Atau keluarnya janin dengan berat kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu.( Depkes RI, 2004)
Abortus Inkompletus  adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan pada abortus inkomplitus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. (Wiknjosastro, 2005)
2.1.2.   Etiologi Abortus Inkompletus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang oleh kematian mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup, Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut;

1)                      Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian  janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil- muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
1)      Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada Abortus Spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
2)      Lingkungan kurang sempurna, Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga memberi zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3)      Pengaruh dari luar, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2)                      Kelainan pada Plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. 
3)                        Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk kejanin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus, Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononucleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4)                            Kelaian traktus genitalis
Retroversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi harus di ingat bahwa hanya retroversia uteri gravity inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. sebab lain abortus dalam trisemister ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan servik luas yang tidak dijahit.


2.1.3.         Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebahagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi ini biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepas sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yag dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plesenta segara terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tampa bentuk yang jelas (Blighted ovum), mungkin pula janin telah lama mati (missed abortion).
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, karena ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal  dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, janin mengering dan arena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkanen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin – mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya laserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.   
2.1.4.         Gejala Abortus.
1)         Amenoria
2)         Pendarahan yang bisa sedikit dan bisa banyak, pendarahan  biasanya berupa stolsel (darah beku).
3)         Sakit perut dan mules-mules.
4)         Sudah ada keluar fetus atau jaringan.
5)         Pada pemeriksaan dalam didapat servik terbuka, kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kan. Servikalis atau kav. Uteri
6)         Uterus lebih kecil dari usia kehamilan (Muchtar, 2004)

0 komentar:

Post a Comment