This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday 5 February 2013

Parotitis Epidemika (Pembesaran Kelenjar Ludah)



1. Pengertian
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak  dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus)
Parotitis  ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus).  Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis.  Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh
penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui:
a.         Kontak langsung
b.        Percikan ludah (droplet)
c.         Muntahan
d.        Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%  penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
1.      Anatomi Kelenjar Saliva
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis.
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas.
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus.
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal
2.          Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.  Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.  Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.  Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang
3.         Klasifikasi Parotitis
a.  Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.
b.  Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
4.         Manifestasi Klinis Parotitis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18  hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :
1.    Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
2.    Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
3.    Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4.    Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
5.         Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1.        Percikan ludah
2.        Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3.        Muntahan
4.        urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000).  Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
6.         Komplikasi klinis
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis. Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit,  tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang  kurang dini:
a. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.
b. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
c. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis.  Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis.  Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil.  Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis.  Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah.  Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi.  Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.  Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
a.    Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
b. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertas
c. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.  Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps. 


d. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria terdeteksi pada 75%.  Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui.  Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna  tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
e. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
f. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis  seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
g.  Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
h.  Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari;  skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.
7.         Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
a. Pasif
               Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.
b. Aktif 
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007).  Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.  Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.  Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin;  demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;  sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini

C. Hubungan indek masa tubuh ibu menyusui dengan status gizi bayi



Setiap orang pasti ingin mempunyai berat badan ideal dan jauh dari kata gemuk karena gemuk identik dengan sumber berbagai macam penyakit. sebenarnya kapan sih seseorang termasuk dalam kriteria kegemukan? Seseorang termasuk dalam kategori kegemukan bila terjadi ketidak seimbangan antara tinggi badan, berat badan, dan umur. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana mengetahui ukuran tubuh yang kegemukan? Secara visual, kegemukan dapat diketahui dengan cara bercermin. Sementara itu, cara lainnya dapat menggunakan alat bantu, yakni timbangan badan dan skin calipers
Solusi mudah untuk mengetahui gemuk tidaknya tubuh seseorang adalah dengan menimbang badan secara teratur, sehingga perubahan berat badan dapat terdeteksi secara dini. Untuk mengetahui berat badan normal, bisa diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (body mass index), yakni dengan cara membagi total berat badan seseorang (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat
Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Menyusui
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/ 100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/ hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui.
Protein. Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.
Cairan. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu menyusui minum 2-3 liter per hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.
Vitamin dan mineral. Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi daripada selama hamil.
Dampak Kekurangan Gizi Ibu Menyusui Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.
Selama ini sudah diketahui bahwa ASI adalah yang terbaik untuk para bayi dan wanita bisa mendapatkan kembali bentuk tubuhnya seperti sedia kala dengan lebih cepat. Namun belum diketahui bahwa efeknya ternyata bisa berlangsung sepanjang hidup para wanita tersebut. Selain itu, bayi yang diberi ASI juga mengalami lebih sedikit infeksi telinga, alergi, dan lebih rendah terkena risiko kegemukan. Bahkan penelitian lain mengungkapkan bahwa anak-anak yang diberi ASI cenderung lebih sopan dan mempunyai IQ yang lebih tinggi. Sementara para wanita yang menyusui kurang berisiko terhadap kanker payudara.
Seperti dipublikasikan di International Journal of Obesity, the Million Women Study yang dibiayai oleh the Medical Research Council dan Cancer Research UK mendata bahwa 740 ribu wanita akan mengalami menopause. Rata-rata mereka berusia 57 tahun dan mempunyai indeks massa tubuh 26, yang diklasifikasikan sebagai "sedikit kelebihan berat badan".
Memberikan ASI eksklusif seusai melahirkan sudah banyak diakui bisa menjadi cara mudah untuk membuang kelebihan lemak semasa hamil. Keuntungan lain adalah menekan risiko diabetes dan sederet manfaat kesehatan lainnya, baik untuk ibu maupun bayi. Dalam International Journal of Obesity, para peneliti menemukan bahwa semakin sering seorang wanita melahirkan, makin tinggi indeks massa tubuh (IMT) mereka. IMT dikatakan normal jika 18,5-24,9, dan dikatakan obesitas bila tingkat IMT 30 atau lebih.
Kirsty Bobrow dan timnya dari Universitas Oxford, Inggris, mengevaluasi informasi dari 740.000 wanita menopause yang terlibat dalam Britain Million Women Study antara tahun 1996 dan 2001. Rata-rata usia mereka adalah 58 tahun. Setiap partisipan diminta untuk melaporkan tinggi, berat, sejarah melahirkan anak, termasuk menjawab pertanyaan seputar menyusui.
Hasil analisa menunjukkan, semakin sering seorang wanita melahirkan, indeks massa tubuh cenderung lebih tinggi. Di antara mereka yang tidak punya anak, rata-rata BMI adalah 25,6 (mengalami sedikit kelebihan berat badan). Sementara wanita yang memiliki empat atau lebih anak, rata-rata IMT-nya 27,2.
Di antara partisipan yang baru melahirkan, 70 persen memberikan ASI dan melakukannya selama rata-rata 7,7 bulan. Peneliti menemukan bahwa selama enam bulan menyusui, rata-rata level IMT 1 persen lebih rendah. Meskipun penurunannya relatif kecil, tapi dampaknya cukup baik. Para peneliti memiliki beberapa hipotesis tentang mengapa menyusui membantu mengontrol berat badan dalam jangka panjang. Salah satunya adalah tentang apa yang disebut reset hipotesis.  Studi lain menunjukkan, dengan menyusui, lemak tubuh akan lebih banyak terbakar. Tentu saja untuk bisa kembali langsing, menyusui saja tidak cukup. Perhatikan pula pola makan dan aktivitas.
Ibu adalah seorang yang paling dekat dengan anak harus memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus di ketahui seorang ibu adalah tetang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita, sehingga akan menjamin anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Untuk membantu menambulangi masalah pemenuhan kebutuhan gizi bayi pada kondisi masyarakat seperti sekarang ini, di perlukan alternatif  pemecahan masalah agar terpenuhi gizi bagi bayi, pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendaping ASI harus disesuaikan dengan umur bayi karena itu alternatif pemenuhan gizi bayi pun di sesuaikan dengan umur bayi.
Dalam usia bayi 0-4 bulan, makanan yang paling tepat untuk bayi adalah air susu ibu atau ASI, karena memang komposisi zat gizi  yang ada pada ASI paling tepat  untuk bayi pada usia ini. Pada usia 3 bulan berat badan bayi akan mnejadi dua kali lipat dari berat badan pada waktu lahir. Jadi, bayi akan memerlukan makanan yang lebih banyak. Biasanya sampai usia 4 bulan ASI masih dapat kebutuhan bayi akan zat gizi. Jika pada usia pada 1 bulan pertama produksi ASI mencapai sekitar 500 ml per hari, memasuki bulan kedua dan ketiga produksi asi dapat naik sekitar 650 ml per hari. Penelitian yang dilakukan oleh Blankhart di bogor (1962) menunjukkan produksi ASI rata-rata per hari adalah 320-69 ml pada waktu bayi berusia antara 2-5 bulan. Waktu bayi berusia antara 8-12 bulan, produksi ASI berkisar antar 190-460 ml
Suatu penelitian di madura oleh Sri karjati antar tahun 19 81-1984 menunjukkan bahwa produksi asi pada waktu bayi berusia 1-4 bulan adalah sekitar 600-700 ml, memasuki usia 5 bulan produksi asi tuun menjadi sekitar 600 ml, apabila tiap 100 ml. ASI memberikan 75 kalori, berarti dari ASI bayi hanya akan memperoleh 450 kalori, sedangkan jumlah kebutuhan adalah sekitar 750 kalori, jadi masih kurang sebesar 300 kalori, dan kekurangan ini dapat di penuhi dari makanan tambahan lain.
Bayi usia 9 bulan merupakan usia peralihan kedua dalam pengaturan makanan bayi. Makanan bayi tadinya bertumpu pada ASI sebagai pemberi zat gizi utama, setelah usia 9 akan beralih ke makanan sapihan sebagai pemberi zat gizi utama, sedangkan asi hanya berperan sebagi pelengkap. Pada usia 9 bulan kebutuhan kalori bayi sebesar 850-900 kalori, sedangkan ‘ intake’ kalori dari ASI adalah 350 kal (dari 5900 ml ASI). Sehingga di perlukan tambahan makanan sebesar 450-500 kal.
Masalah dalam menyusun makanan tambahan untuk bayi usia ini adalah bagaimana menyusun  makanan  tersebut sehingga memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi, dengan mutu yang mendekati mutu gizi ASI. Apalagi jika daerah di daerah itu sukar diperoleh bahan makanan sumber protein hewani, baik karena terbatasnya jenis makanan yang ada ataupun karna harganya yang tidak terjangkau.
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan. Demikian juga Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

Status Gizi Bayi



1.      Pengertian status gizi
Status gizi merupakan ekspresi keadaan dalam keseimbangan dalam bentuk Variabel tertentu atau pewujudan dari nutritur dalam bentuk veriabel tertentu. Suatu gizi adalah keadaan tubuh sebangai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang,baik dan lebih, status gizi adalah gambaran tentang perkembaangan keadaan kesaimbanagan antara asupan dan kebutuhan zat gizi soeorang anak untuk berbangai proses biologis turmasuk tubuh.
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi penyerapan dan penggunaan makanan, ada dua factor  yang  mempengaruhi status gizi seseorang  yaitu factor ekternal dan internal yang meliputi daya beli, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, pengolahan sumber daya alam, latar belakang budaya, jumlah anggota keluarga dan kebersihan lingkungan. Sedangkan factor gizi adalah nilai cerna bahan makanan, status fisiologis, status kesehatan, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh.
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang merupakan keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan pemanfaatan makanan, Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipegaruhi oleh makanan yang dikonsumsi.
Secara umum, status gizi dapat dikatakan sebangai fungsi kesenjangan gizi, yaitu selisih antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut. Kesenjangan gizi bermanifestasi menurut tingkatan, sebangai berikutya :
1.    Mobilisasi Cadangan Zat Gizi, yaitu upaya menutup kesenjangan yang masih kecil dengan menggunakan cadangan gizi dalam tubuh;
2.    Deplesi jaringan tubuh yang terjadi jika kesenjangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan pemakaian cadangan;
3.    Perubahan biokimia, suatu kelainan yang terlihat dalam cairan tubuh;
4.    Perubahan fungsional, yaitu kelainan yang terjadi yang terjadi dalam tata kerja final;
5.    Perubahan anotomi. Suaatu perubahan yang bersifat menetap.
2.      Cara ukur status gizi
Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh karena itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita. Selama ini telah banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut dan masing- masing ahli mempunyai argument sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
untuk mengukur status gizi pada saat ini digunakan ukuran berat badan per tinggi badan. Sedangkan ukuran tinggi badan per umur hanya cocok untuk mengukur status gizi pada saat yang lalu. berat badan per umur berguna bagi pengukuran untuk anak dibawah umur 1 tahun
ukuran berat badan per umur tidak atau kurang, mampu  membedakan antara malnutrisi akut dan malnutrisi kronik. Bahwa berat badan per tinggi badan dan lingkar lengan atas adalah indikator yang paling baik untuk mengetahui prevalensi malnutrisi akut pada anak. sedangkan untuk prevalensi malnutrisi kronik diperlukan ukuran tinggi badan per umur.
indikator peertumbuhan anak cukup menggunakan ukuran berat badan per umur saja. Untuk anak berumur 2-5 tahun yang mempunyai berat badan rendah menunjukan adanya gejala malnutrisi yang berat. Berat badan per umur saja sudah dapat dipergunakan untuk mengukur status gizi pada anak dibawah lima tahun, bahkan anak yang lebih tua pun dapat mempergunakan ukuran tersebut.
Pengukuran berat dan tinggi badan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kurang akuratnya dalam pelaksanaan pengukuran oleh para petugas. Ukuran lainpun tidak mempunyai nilai yang dinamis untuk pertumbuhan anak. Berat dan tinggi badan per umur sebagai indikator status gizi anak, pada umumnya para peneliti cenderung mengacu kepada standar Harvard dengan berbagai modifikasi.
3.      Klasifikasi status gizi
Di bawah ini akan di uraikan 4 macam cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta klasifikasinya:

a.         Berat badan per umur.
Berdasarkan klasifikasi dari universitas Harvard, keadaan gizi anak    diklasifikasikan menjadi 4 tingkat, yakni:
-Gizi lebih (over weight ).
- Gizi baik (well nourishcd ).
- Gizi kurang ( under weigh ). yang mencakup kekurangan kalori dan protein (KKP ) tingkat 1 dan 11.
Untuk Negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya menggunakan  klasifikasi dari Harverd (Standar Harverd) tersebut, dengan berbagai modifikasi. Oleh karena standar Harverd itu dikembangkan untuk mengukur status gizi anak dari Negara-negara barat, maka prinsip utama dalam modifikasi adalah disesuaikan dengan kondisi anak-anak di Negara-negara Asia dan Afrika. sehingga untuk Negara –negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, klasifikasi status gizi anak didasarkan pada 50 persentil dari 100 %  standar Harverd.
Hal lain juga dikemukakan oleh I Dewa Nyoman, dkk (2001) mengatakan bahwa Berat badan menurut umur  merupakan salah satu parameter yang memberikan masa tubuh, masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan – perubahan yang mendadak, misalnya belum terjadi penyakit infeksi, menurutnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.

1.    Kelebihan BB/U
-       Lebih mudah, lebih cepat, cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
-       Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
-       Dapat mendeteksi kegemukan
2.    Kelemahan BB/U
-       Dapat menyebabkan interprestasi status gizi yang keliru dan bila terdapat oedema atau asitas.
-       Memerlukan data akurat, terutama untuk anak dibawah lima tahun.
Klasifikasi dari standar Harverd yang sudah dimodifikasi tersebut yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :
-       Gizi Baik, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 89% standard Harverd.
-       Gizi kurang, adalha apabila berat badan bayi/anak menurut umur berada diantara 60,1 % - 80 % standar Harverd.
-       Gizi buruk, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Harverd.
Secara terperinci, pengukuran status gizi bayi/anak balita berdasarkan berat dan tinggi badan adalah seperti tabel terlihat pada tabel 2.2
b.        Tinggi badan menurut umur.
Pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar Harverd, dengan klasifikasi sebagai berikut.
-       Gizi Baik, adalah apabila panjang badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 80% standar Harverd.
-       Gizi kurang, adalha apabila panjang badan bayi/anak menurut umur berada diantara 70,1 % - 80 % standar Harverd.
-       Gizi buruk, adalah apabila panjang badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harverd.
c.         Berat badan menurut Tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengkonbinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harverd juga. Klasikasinya adalah sebagai berikut :
-       Gizi Baik, adalah apabila Berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 90% standar Harverd.
-       Gizi kurang, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umur berada diantara 70,1 % - 90 % standar Harverd.
-       Gizi buruk, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harverd
d.         Lingkar Lengan atas (LILA) menurut umur
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi/anak berdasarkan lingkar lengan atas, yang sering digunakan adalah dengan mengacu pada standar wolanski, Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
-       Gizi Baik, adalah apabila LILA bayi/anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Harverd.
-       Gizi kurang, adalah apabila LILA bayi/anak menurut umur berada diantara 70,1 % - 85 % standar Harverd.
-       Gizi buruk, adalah apabila LILA  bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harverd.
Pengukuran status gizi bayi/balita berdasarkan lingkar lengan atas secara terperinci adalah menggunakan tabel seperti terlihat dalam tabel 2.1
Tabel 1
Standar baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Umur
Standar LLA (Cm)
85 % Standar LLA (Cm)
70 % Standar LLA (Cm)
Tahun
Bulan
0
0
1-
2-
3-
4-
5-
6 – 8
9 - 11
14,75
15,1
16,0
16,25
16,50
26,75
17,0
12,50
13,25
13,50
13,75
14,00
14,25
14,50
10,50
11,00
11,25
11,50
11,60
11,75
12.00
                 Sumber : Puslitbang Depkes RI dalam Notoadmodjo, 2005.