Tuesday 5 February 2013

Status Gizi Bayi



1.      Pengertian status gizi
Status gizi merupakan ekspresi keadaan dalam keseimbangan dalam bentuk Variabel tertentu atau pewujudan dari nutritur dalam bentuk veriabel tertentu. Suatu gizi adalah keadaan tubuh sebangai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang,baik dan lebih, status gizi adalah gambaran tentang perkembaangan keadaan kesaimbanagan antara asupan dan kebutuhan zat gizi soeorang anak untuk berbangai proses biologis turmasuk tubuh.
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi penyerapan dan penggunaan makanan, ada dua factor  yang  mempengaruhi status gizi seseorang  yaitu factor ekternal dan internal yang meliputi daya beli, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, pengolahan sumber daya alam, latar belakang budaya, jumlah anggota keluarga dan kebersihan lingkungan. Sedangkan factor gizi adalah nilai cerna bahan makanan, status fisiologis, status kesehatan, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh.
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang merupakan keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan pemanfaatan makanan, Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipegaruhi oleh makanan yang dikonsumsi.
Secara umum, status gizi dapat dikatakan sebangai fungsi kesenjangan gizi, yaitu selisih antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut. Kesenjangan gizi bermanifestasi menurut tingkatan, sebangai berikutya :
1.    Mobilisasi Cadangan Zat Gizi, yaitu upaya menutup kesenjangan yang masih kecil dengan menggunakan cadangan gizi dalam tubuh;
2.    Deplesi jaringan tubuh yang terjadi jika kesenjangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan pemakaian cadangan;
3.    Perubahan biokimia, suatu kelainan yang terlihat dalam cairan tubuh;
4.    Perubahan fungsional, yaitu kelainan yang terjadi yang terjadi dalam tata kerja final;
5.    Perubahan anotomi. Suaatu perubahan yang bersifat menetap.
2.      Cara ukur status gizi
Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh karena itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita. Selama ini telah banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut dan masing- masing ahli mempunyai argument sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
untuk mengukur status gizi pada saat ini digunakan ukuran berat badan per tinggi badan. Sedangkan ukuran tinggi badan per umur hanya cocok untuk mengukur status gizi pada saat yang lalu. berat badan per umur berguna bagi pengukuran untuk anak dibawah umur 1 tahun
ukuran berat badan per umur tidak atau kurang, mampu  membedakan antara malnutrisi akut dan malnutrisi kronik. Bahwa berat badan per tinggi badan dan lingkar lengan atas adalah indikator yang paling baik untuk mengetahui prevalensi malnutrisi akut pada anak. sedangkan untuk prevalensi malnutrisi kronik diperlukan ukuran tinggi badan per umur.
indikator peertumbuhan anak cukup menggunakan ukuran berat badan per umur saja. Untuk anak berumur 2-5 tahun yang mempunyai berat badan rendah menunjukan adanya gejala malnutrisi yang berat. Berat badan per umur saja sudah dapat dipergunakan untuk mengukur status gizi pada anak dibawah lima tahun, bahkan anak yang lebih tua pun dapat mempergunakan ukuran tersebut.
Pengukuran berat dan tinggi badan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kurang akuratnya dalam pelaksanaan pengukuran oleh para petugas. Ukuran lainpun tidak mempunyai nilai yang dinamis untuk pertumbuhan anak. Berat dan tinggi badan per umur sebagai indikator status gizi anak, pada umumnya para peneliti cenderung mengacu kepada standar Harvard dengan berbagai modifikasi.
3.      Klasifikasi status gizi
Di bawah ini akan di uraikan 4 macam cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta klasifikasinya:

a.         Berat badan per umur.
Berdasarkan klasifikasi dari universitas Harvard, keadaan gizi anak    diklasifikasikan menjadi 4 tingkat, yakni:
-Gizi lebih (over weight ).
- Gizi baik (well nourishcd ).
- Gizi kurang ( under weigh ). yang mencakup kekurangan kalori dan protein (KKP ) tingkat 1 dan 11.
Untuk Negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya menggunakan  klasifikasi dari Harverd (Standar Harverd) tersebut, dengan berbagai modifikasi. Oleh karena standar Harverd itu dikembangkan untuk mengukur status gizi anak dari Negara-negara barat, maka prinsip utama dalam modifikasi adalah disesuaikan dengan kondisi anak-anak di Negara-negara Asia dan Afrika. sehingga untuk Negara –negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, klasifikasi status gizi anak didasarkan pada 50 persentil dari 100 %  standar Harverd.
Hal lain juga dikemukakan oleh I Dewa Nyoman, dkk (2001) mengatakan bahwa Berat badan menurut umur  merupakan salah satu parameter yang memberikan masa tubuh, masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan – perubahan yang mendadak, misalnya belum terjadi penyakit infeksi, menurutnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.

1.    Kelebihan BB/U
-       Lebih mudah, lebih cepat, cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
-       Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
-       Dapat mendeteksi kegemukan
2.    Kelemahan BB/U
-       Dapat menyebabkan interprestasi status gizi yang keliru dan bila terdapat oedema atau asitas.
-       Memerlukan data akurat, terutama untuk anak dibawah lima tahun.
Klasifikasi dari standar Harverd yang sudah dimodifikasi tersebut yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :
-       Gizi Baik, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 89% standard Harverd.
-       Gizi kurang, adalha apabila berat badan bayi/anak menurut umur berada diantara 60,1 % - 80 % standar Harverd.
-       Gizi buruk, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Harverd.
Secara terperinci, pengukuran status gizi bayi/anak balita berdasarkan berat dan tinggi badan adalah seperti tabel terlihat pada tabel 2.2
b.        Tinggi badan menurut umur.
Pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar Harverd, dengan klasifikasi sebagai berikut.
-       Gizi Baik, adalah apabila panjang badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 80% standar Harverd.
-       Gizi kurang, adalha apabila panjang badan bayi/anak menurut umur berada diantara 70,1 % - 80 % standar Harverd.
-       Gizi buruk, adalah apabila panjang badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harverd.
c.         Berat badan menurut Tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengkonbinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harverd juga. Klasikasinya adalah sebagai berikut :
-       Gizi Baik, adalah apabila Berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 90% standar Harverd.
-       Gizi kurang, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umur berada diantara 70,1 % - 90 % standar Harverd.
-       Gizi buruk, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harverd
d.         Lingkar Lengan atas (LILA) menurut umur
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi/anak berdasarkan lingkar lengan atas, yang sering digunakan adalah dengan mengacu pada standar wolanski, Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
-       Gizi Baik, adalah apabila LILA bayi/anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Harverd.
-       Gizi kurang, adalah apabila LILA bayi/anak menurut umur berada diantara 70,1 % - 85 % standar Harverd.
-       Gizi buruk, adalah apabila LILA  bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harverd.
Pengukuran status gizi bayi/balita berdasarkan lingkar lengan atas secara terperinci adalah menggunakan tabel seperti terlihat dalam tabel 2.1
Tabel 1
Standar baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Umur
Standar LLA (Cm)
85 % Standar LLA (Cm)
70 % Standar LLA (Cm)
Tahun
Bulan
0
0
1-
2-
3-
4-
5-
6 – 8
9 - 11
14,75
15,1
16,0
16,25
16,50
26,75
17,0
12,50
13,25
13,50
13,75
14,00
14,25
14,50
10,50
11,00
11,25
11,50
11,60
11,75
12.00
                 Sumber : Puslitbang Depkes RI dalam Notoadmodjo, 2005.

0 komentar:

Post a Comment