This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday 10 May 2013

Asuhan Keperawatan pada Tn.Um dengan Paraparesis Inferior di ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Pria Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paraparesis Inferior adalah sindrom klinis dimana prosesnya dimediasi oleh sistem imun menyebabkan cedera neural medula spinalis dan mengakibatkan berbagai derajat disfungsi motorik, sensori, dan autonom. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak maupun dewasa pada semua usia. Akan tetapi puncak usia adalah antara usia 10-19 tahun dan 30-39 tahun. (Anwar 2005)
Penyebab Paraparesis Inferior adalah sindrom klinis berupa berbagai derajat disfungsi motorik, sensori, dan autonom yang disebabkan oleh peradangan fokal di medula spinalis. Pasien biasanya mengalami kecacatan karena cedera pada neural sensori, motorik dan autonom di dalam medula spinalis. (Anwar 2005)
Gambaran klinis Paraparesis Inferior adalah Timbulnya kelemahan yang bersifat spastik secara gradual pada tungkai yang mengakibatkan kesukaran berjalan, Reflek tendon yang meningkat dengan reflek plantar ekstensor, Sensorik dan fungsi saraf lain normal. Bila terjadi mulai kanak-kanak, kaki jadi melengkung dan memendek dan terdapat pseudokontraktur dari otot betis, mengakibatkan jalannya menggunakan ujung jari-jari. Kadang-kadang lutut tampak fleksi ringan dan lengan ekstensi serta adduksi. Otot lengan terkena dalam berbagai tingkatan. Tangan jadi kaku, lemah, bicara disartri Fungsi sphincter tak terganggu, Sering bersamaan dengan nistagmus, kelemahan saraf otak, optik atrofi, degenerasi makular pigmentasi, ataksia, epilepsi, dementia Gambaran patologi menunjukkan degenerasi dari traktus kortikospinalis, penipisan dari kolumna Goll, terutama regio lumbal dan traktus spinocerebellaris. Dilaporkan juga terdapat berkurangnya sel Betz di kornuanterior (Japardi, 2002).
Komplikasi yang terjadi berupa disfungsi neural sistem motorik, sensori dan autonom yang berada di dalam dan melewati area peradangan. (Ngastiyah 2005).
Penatalaksanaan fokus untuk mengurangi peradangan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi terapi imunomodulator seperti steroid, plasmapheresis, dan imunomodulator lain. Ketika fase akut selesai, biasanya pasien akan meninggalkan gejala sisa yang sangat mempengaruhi hidupnya. Lamanya fase penyembuhan tergantung terapi fisik dan okupasi yang diberikan segera mungkin. Terapi dapat menolong pasien bertambah kuat, mencegah dekubitus, kontaktur, dan mengajari mereka bagaimana mengkompensasi defisit yang permanen (Ngastiyah,2005).
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien dengan Paraparesis Inferior adalah disfungsi motorik, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan kurang pengetahuan mengenai penyakit.(Carpenito, 2005).
Peran perawat terhadap pasien dengan Paraparesis Inferior adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan terhadap kebutuhan dasar manusia yang di butuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat di tentukan diagnosis keperawatan agar bisa di rencanakan dan di laksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia. (Hidayat A,2004).
Umumnya serangan pertama terjadi pada umur muda 20-40 tahun, kadang-kadang umur 12-15 tahun. Laki-laki lebih sering dari wanita. Keadaan ini pada 60-90% penderita diikuti gejala remisis dan relaps.( Hariyono S,2003).
Melihat kompleknya permasalahan yang timbul maka di perlukan peran perawat yang spesifik dalam menghadapi masalah yang ada pada pasien dengan memberikan  asuhan keperawatan secara komprehensif  yang mencakup aspek Bio, Psiko, sosial, dan Spiritual.

Asuhan Keperawatan Pada An. Ds, dengan kasus Acute Flaccide Paralysis (AFP) Di Ruang Penyakit Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Visi Kementerian Kesehatan adalah “Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Sedangkan misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Salah satu strateginya adalah “Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif”. Untuk itu diperlukan data kesehatan dasar yang dapat dikumpulkan secara berkesinambungan (Depkes RI, 2010)
Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah suatu kelumpuhan yang sifatnya mendadak dan layuh, biasanya menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan, otot bisa mengecil, reflek fisiologis dan refleks patologis negative (Widoyono, 2008).
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot (Defka, 2006).
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP= Acute Flaccid Paralysis). Program eradikasi polio global telah dicanangkan oleh WHO dengan target dunia bebas polio tahun 2008, sedangkan Indonesia bebas polio ditargetkan pada tahun 2005. WHO menyatakan bahwa Indonesia harus melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang ke IV. Oleh karena itu Indonesia melaksanakan PIN IV pada bulan September dan Oktober 2002 (2). PIN dimaksudkan untuk meningkatkan status antibodi anak balita sehingga dapat memutus sirkulasi virus polio liar di masyarakat..
(Defka, 2006)
Penyebab Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah virus polio termasuk genus enterovirus, terdapat tiga tipe yaitu tipe 1,2,dan 3 ketiga virus ini menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah diisolasi, diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang iisolai. Tipa yang paling sering menyebabkan bawah adalah tipe 1 (Widoyono, 2008).
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anokersia dan muntah. Pasien perlu diberi minum banyak, 50 ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah atau oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, berikan cairan rumatan 80-100 ml/KgBB dalam 24 jam berikut.
Gejala klinis Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu: Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot.
(Defka, 2006)
Peran utama dari perawat adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan apakah itu dirumah, disekolah, puskesmas, panti dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. (Efendi, 2002).
Masalah keperawatan yang timbul pada anak dengan Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah Nyeri, hipertermia, kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) intoleransi aktifitas dan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit (Defka, 2006).
Penanganan Acute Flaccide Paralysis (AFP) minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan ait teh, gula, atau susu, Antipiretik jika terdapat demam, Antikonvulsan jika terdapat kejang, pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dandan nilai hematokrit cenderung meningkat. (Suriadi, 2001).

Faktor resiko pre-eklamsi



Pre –eklamsi berat bila tidak tertangani dengan baik maka menimbulkan eklamsi yang ditandai dengan nyeri kepala didaerah frontal, ganguan penglihatan, mual keras, nyeri diepigastrium, dan hiperrepleksia, bila tidak segera ditangani akan menimbulkan  kejang – kejang. pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu, oleh karena itu sebahagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari penderita eklamsi yang meninggal. pada pemeriksaan akhir-akhir ini pada pemeriksaan biopsy hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi patogenik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak perubahan daripada yang ditemukan pada eklamsi. perlu dikemukan bahwa tidak ada perubahan hispopatogenik yang khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Faktor penyebab pre-eklamsi adalah tekanan darah tinggi, proteinuria dan udema
1.1.1.      Konsep Hypertensi
Hipertensi adalah kondisi ukuran tekanan darah ≥ 140 mmHg (sistolik) dan/atau ≥ 90 mmHg (diastolic). Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi 2 golongan  yaitu hipertensi esessial (Primer) dan hipertensi sekunder. (Ami, 2008)
Hipertensi esensial biasanya hanya menunjukan gejala hipertensi tanpa gejala gejala lain. Gejala-gejala sekunder seperti kelainan jantung arteriosklerosis umum dalam otak, penyakit ginjal, perdarahan atau eksudat retina baru timbul apabila penyakitnya sudah lanjut.
Meningkatnya tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya hambatan dalam pembuluh-pembuluh darah perifer, terutama akibat vasokontriksi umum.
Sebahagian besar berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira  sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya meningkat setelah kehamilan 30 minggu tampa disertai gejala-gejala lain. Kira-kira 20% menunjukan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai  satu gejala pre-eklamsi atau lebih, seperti edema, proteinurea, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus (superimposed pre – eclamsia) , bahkan dapat timbul serangan eklamsi dan pendarahan otak. Hipertensi esensial lebih sering dijumpai pada multipara dalam usia lanjut, Selain itu factor keturunan dan obesitas merupakan vaktor predisposisi. (Wiknjosastro, 2005)
Gejala yang paling sering yang di keluhkan pasien dengan hipertensi antara lain nyeri kepala, gelisah pusing, jantung berdebar kencang, penglihatan kabur, rasa berat ditengkuk mudah lelah dan sulit tidur. secara objektif ini dibuktikan dengan pengukuran tekanan darah ( Ami, 2008).
1.1.2.      Udema
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia. (Depkes RI, 2005)
1.1.3.      Proteinuria
Proteinuria adanya protein serum yang berlebihan dalam urine, seperti pada penyakit ginjal atau setelah latihan pisik yang berat (Dorland, 2012)
Protein darah dalam bentuk albumin dan gamaglobulin dapat menurun pada triwulan pertama, sedangkan fibrinogen meningkat. Pada post partum dengan terjadinya hemokonsentrasi dapat terjadi tromboflebitik (Manuaba, 2011)
Penyebab proteinuria adalah
-          Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urine sehingga terdapan proteinuri
-          Kateteritasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi
-          Infeksi kandung kencinf, anemia berat, pajah jantung, partus lama juga dapat menyebabkan proteinnuria
-          Darah dalam urine, skitosomiassis, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria positif palsu.

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Faktor Resiko Pre-Eklamsi Di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.          Latar Belakang
Di Indonesia penderita hipertensi diperkirkan sebesar 15 juta orang. hanya 4 % yang hipertensi terkotrol (controlled hypertension). Hipertensi terkontrol berarti mereka yang menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang berobat untuk itu. Sebagai gambaran umum tentang hipertensi adalah prevalensi penderita hipertensi 6 – 15 % pada orang dewasa, sebagai suatu proses degenerative, hipertensi tentu hanya ditemukan pada orang dewasa. Ditemukan kecendrungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan umur. 50 % penderita tidak menyadari sebagai penderita hipertensi, karena iu mereka cenderung menderita hipertensi lebih berat karena tidak berubah dan menghindari faktor resiko. 70 % adalah hipertensi ringan, karena itu hipertensi banyak diacuhkan atau diabaikan sampai saat menjadi ganas (hipertensi maligna). 90 % hipertensi esensial adalah mereka dengan yang menderita hipertensi yang tidak diketahui penyebab utamanya, artinya sulit untuk mencari bentuk intervensi dan pengobatannya (Busman, 2000)
Dengan kurangnya pengetahuan tentang hipertensi mengakibatkan sikap penderita hipertensi tentang pola makan menjadi tak terkontrol yang mengakibatkan penderita tidak menghindari faktor resiko hipertensi (Ami, 2008)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Reskesdes) 2007 bahwa prevalensi stroke di Indonesia 8,3 % per 1000 penduduk pada kelompok umur 55 – 64 tahun, Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia baik didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan (Depkes RI, 2009).
Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal dunia karena eklamsi (dullay,1994). Insiden eklamsi dinegara berkembang berkisar dari 1 : 100 sampai 1 : 1700 (Crowther, 1985) karena itu kejadian kejang harus dihindari.(Depkes RI, 2005)
WHO menyatakan 5 % kematian ibu disebabkan oleh eklamsi, Hasil survey Kesehatan rumah tangga (SKRT)1995 mengatakan 13 % kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh eklamsi (Depkes, 2002)
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan karena besarnya jumlah ibu dan bayi mati. Dari sekitar 5 juta kehamilan pertahun, sekitar 20.000 kehamilan berakir dengan kematian ibu. Akibatnya Indonesia memiliki angka kematian ibu (AKI) yang tertinggi diantara Negara – Negara ASEAN, yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 karena itu upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan(Depkes RI, 2005)
Penyebab langsung kematian ibu terutama disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Aborsi 11%, partus lama 9%, dan penyebab tidak langsung 15%. Komplikasi kehamilan dan persalinan dialami oleh 15 – 20 % dari seluruh kehamilan dan kebanyakan terjadi di sekitar saat persalinan. Terjadinya komplikasi sulit diperkirakan sehingga sering muncul secara mendadak. Pertolongan terhadap komplikasi ini memerlukan tindakan yang cepat dan tepat (dalam waktu kurang dari 2 jam) agar nyawa ibu dan janinnya dapat diselamatkan (DepKes RI, 2004)
Penyakit Hipertensi merupakan penyakit menahun yang telah diderita ibu hamil sebelum kehamilananya, Kehamilan dengan hipertensi merupakan kehamilan yang beresiko terhadap terjadinya pre-eklamsi yang bila tidak tertanggani dengan baik akan berubah menjadi eklamsi.
Di Indonesia eklamsi masih merupakan penyebab utama kematian ibu disamping pendarahan dan infeksi, dan sebab kematian perinatal yang tinggi, oleh karena itu diaknogsa dini pre – eklamsi  yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsi sangat diperlukan, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa syndrome pre – eklamsi ringan dengan hipertensi, udema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre – eklamsi berat bahkan eklamsi.
Dengan pengetahuan ini menjadi jelas bahwa pemeriksaan ante natal, yang teratur dan secara rutin mencari tanda – tanda pre-eklamsi, sangat penting dalam upaya mencegah pre-eklamsi berat dan eklamsi. (wiknjosastro, 2005)