Wednesday 8 May 2013

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Posisi Ibu Melahirkan Di Bidan Praktek Swasta (BPS)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Morbiditas dan mortalitas  wanita hamil adalah masalah besar di negara-negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 20-50 persen kematian wanita usia subur (WUS) disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Tahun 1996, World Health Organization  (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dan 585.500 kematian ibu pertahun saat hamil dan bersalin (WHO, 2000). Berdasarkan Survey  Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat Ibu melahirkan meninggal dunia karena berbagai sebab (Depkes,  2004).
Pemerintah mengembangkan program Maternal  and Neonatal  Health  (MNH) yang mulai berjalan sejak tahun 2000, Program ini bertujuan untuk menyelamatkan Ibu dan Bayi dari kematian, khususnya dalam masa persalinan dan pasca persalinan. Terdapat dua penyebab yang menjadi kendala bagi program MNH, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung meliputi tiga terlambat (3 T) yaitu terlambat mencari pertolongan, terlambat membawa ketempat rujukan dan terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan. Penyebab langsung adalah sekitar 50% AKI terjadi akibat perdarahan yang terjadi ketika hamil, persalinan dan semua proses persalinannya (Manuaba,  2002)
Depertemen Kesehatan kebijaksanaan pelayanan obsteri dan neonatus (kebidanan dan bayi baru lahir) sedekat mungkin kepada ibu sesuai dengan pendekatan MPS. Visi utama dari MPS adalah kehamilan ibu dan persalinan berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup dan sahat. Menurunkan angka kematian ibu ( maternal) menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (neonatal) menjadi 16/100.000 kelahiran.  Untuk mencapai sasaran tersebut di tetapkan srategis utama dan  azas-azas pedoman operasionalisasi srategis antara lain bahwa MPS memusatkan perhartiannya pada pelayanan kesehatan material dan neanatal yang baku serta cost effective ( Saifuddin, 2002 )
Penyebab langsung kematian ibu terutama disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Abortus 11%,  partus lama 9%, sedangkan  penyebab tidak langsung antara lain Untuk ibu hamil menderita KEP 37 % Anemia (Hb < 11 gr%) 40 %. Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. (www.blogdokter.net).
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu". Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak (Prawirohardjo, 2005).
Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan (Widyastuti, 2009)
Persalinan beresiko lebih dari 90% disebabkan oleh trias klasik yaitu perdarahan melalui jalan lahir  40% -  60%, eklamsia 20%- 30% dan infeksi jalan lahir 20% - 30%  Penelitian di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia diketahui angka  kematian Ibu berkisar antara 2,5 - 14 per 100.000 kelahiran hidup dan diketahui bahwa 94% kematian Ibu merupakan akibat langsung dari komplikasi kelahiran, persalinan dan Nifas. (Sarwono, 2002)
Persalinan beresiko juga dapat terjadi akibat 5 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu sering dan terlalu berdekatan jarak persalinannya dengan anak yang  lalu  (Republika, 2004). Dari keseluruhan  kematian  maternal  karena pendarahan  dilaporkan 25% adalah akibat perdarahan  post  partum  (Chalik,1997). Perdarahan post partum sangat berhubungan dengan atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, tertinggalnya sisa plasenta dan inversio uteri. Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari satu jam, lebih dari    90% dari seluruh kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia uteri (Depkes RI, 2007), oleh karena itu penatalaksanaan kala tiga persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi persalinan beresiko. Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya dinegara berkembang. Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, paritas dan persalinan yang dilakukan dengan tindakan (Manuaba, 1998)
Kebijakan Depatemen Kesehatan untuk menguranggi persalinan beresiko adalah mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan atau tenaga kesehatan lainnya dan pelayanan obstetri sedini mungkin kepada semua ibu
hamil. Upaya peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dalam mendukung upaya akselerasi mengurangi persalinan beresiko dilakukan untuk berbagai sasaran yaitu masyarakat umum, kader, dukun bayi, ibu hamil, lintas program dan lintas terkait. Tujuannya adalah untuk menolong peran serta setiap jenis sasaran dalam mendukung keberhasilan mengurungi pesalinan beresiko. (Widyastuti, 2001)

0 komentar:

Post a Comment