Wednesday 23 January 2013

Nyeri persalinan



1.      Definisi nyeri
Nyeri adalah proses alamiah dalam persalinan. Rasa nyeri muncul akibat adanya respons psikis dan refleks fisik. Nyeri pada persalinan menimbulkan gejala-gejala yang dapat dikenali. Ketegangan emosi akibat rasa cemas dan takut dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan yang berakhir dengan kepanikan yang memperberat persepsi nyeri dalam persalinan. Selain itu, keletihan dan kurang tidur dapat juga memperparah nyeri (Bobak, 2006).
Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan suatu penyakit manapun (Suddart dan Brunner, 2006).
Nyeri adalah rasa tidak nyaman akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Ada studi-studi yang mendukung teori bahwa persalinan adalah akibat adanya dilatasi serviks, segmen bawah rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta perlukaan pada jaringan otot-otot maupun ligamen-ligamen yang menopang struktur diatasnya. Teori tersebut dapat dijelaskan dengan pendapat Bonica & Mc. Donald melalui faktor-faktor berikut diantaranya
(a) Regangan dari otot-otot halus memberikan rangsangan pada nyeri visceral
(b) Intensitas dan lamanya nyeri berhubungan dengan munculnya tekanan intrauterin, yang berpengaruh pada dilatasi dari struktur tersebut
(c) Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang tidak bersalin, misalnya pada saat dilakukan tindakan kuret, mereka akan mengalami nyeri seperti yang dialami ibu bersalin (Asrinah, et al. 2010).
Skala Nyeri Menurut Bourbanis (2007)
0 : Tidak nyeri, 1-3 : Nyeri ringan (secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik), 4-6 : Nyeri sedang (secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik), 7-9 : Nyeri berat (secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi), dan 10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul).
2.      Penyebab nyeri persalinan
Rasa nyeri persalinan muncul karena:
a.   Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servikm serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered pain). Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada punggung bagian bawah dan sacrum. Biasanbya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan babas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
b.  Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral, nyeri in terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penirunan bagian terbawah janin.
c.  Episiotomy
Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, laserasi maupun rupture pada jalan lahir
d.  Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostatglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap Nyeri Persalinan
a.   Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengarui oleh budaya individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin. Menurut Mulyati (2006) menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam mempresepsikan dan mengekspresikan nyeri persalinan.
b.  Emosi (cemas dan takut)
stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress maka secara otomatif tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin, Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain dengan “bertempur atau lari’ (“fight or flight”). Dan akibat respon tubuh tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam otot otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan. Maka dari itu, ketika ibu yang sedang melahirkan ini dalam keadaan rileks yang nyaman, semua lapisan otot dalam rahim akan bekerja sama secara harmonis seperti seharusnya. Dengan begitu persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman. Apabila ibu sudah terbiasa dengan latihan relaksasi, jalan lahir akan lebih mudah terbuka. Sebaliknya, apabila ibu dalam keadaan tegang, tekanan kepala janin tidak akan membuat mulut rahim terbuka. Yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan sang ibu pun bertambah panic dan stress. Pada saat tubuh dalam keadaan stres, hormon stres yaitu katekolamin akan dilepaskan, sehingga tubuh memberikan respon untuk “bertempur atau lari’. Namun sebaliknya dalam kondisi yang rileks justru bisa memancing keluarnya hormon endorfin, penghilang rasa sakit yang alami di dalam tubuh. Menurut para ahli, endorfin ini efeknya 200 kali lebih kuat daripada morfin.
c.   Pengalaman Persalinan
Menurut Bobak (2006) pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalina sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri.
d. Support system
Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin,juga membantu mengatasi rasa nyeri (Martin, 2006).
e. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat mengatrasi ketakutannya.

0 komentar:

Post a Comment