Wednesday 10 July 2013

Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, dan segala sesuatu yang alami adalah yang terbaik bagi semua orang namun alami tidak selalu mudah. Melahirkan anak itu alami tertapi tidak mudah menyusui yang sukses membutuhkan dukungan baik dari orang yang btelah mengalaminya atau dari seseorang yang profesional terlepas dari kesulitan awal baik ibu maupun bayi biasanya akan berhasil menetaplkan cara menyusui yang nyaman dan memuaskan dalam beberapa hari setelah kelahiran (Ramaiah, 2007).
1
 
World Health Organization (WHO) dan United Nation International Childerns Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan bahwa menyusui bayi dimulai dari setengah jam atau satu jam setelah persalinan, menyusui bayi secara Ekslusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 2 tahun. Mulai 6 bulan bayi mendapatkan makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. (Depkes RI, 2009.
Meskipun jumlah orang tua yang telah menyadari pentingnya memberikan ASI kepada bayinya makin meningkat tetapi berbagai kendala masih ditemukan di masyarakat salah satunya adalah ketidak berhasilan ibu menyusui anaknya sampai usia 6 bulan dari berbagai alasan yang diungkapkan sebenarnya hanya satu masalah yaitu ibu belum memahami sepenuhnya cara menyusui yang benar termasuk teknik dan cara memperoleh Asi terutama saat mereka harus bekerja, masal lainnya ibu kurang percaya diri bahwa ASI yang dimilikinya dapat mencukupi kebutuhan bayinya sehingga tidak sedikit ibu yang memberikan susu formuloa sebagai tambahan untuk alasan tersebut tertunya hal ini sangatlah tidak tepat (Roesli, 2008.
Di Indonesia hanya 40 % bayi yang diberi ASI eksklusif. Promosi susu formula yang gencar menyebabkan banyak ibu maupun petugas kesehatan memilih memakai susu formula yang mahal dari pada mengunakan ASI. Dukungan keluarga juga makin kurang padahal seorang ibu yang ingin menyusi bayinya dengan sukses perlu mendapat dukungan, gizi yang baik dan perawatan sejak ia hamil sampai melahirkan dan menmyusui. (Depkes RI, 2009).
Persentase angka kematian bayi baru lahir bisa ditekan 22% jika diberi ASI selama 6 bulan, jika bayi diberi ASI sampai 11 bulan dirunkan lagi teingkat kematian 13 % dan jika dilanjutkan dsampai usia bayi 2 tahun bisa ditunkan lagi 6% angka kematian. Total 41% kematian balita dapat ditekan jika diberi ASI sampai usia 2 tahun tentunya ditambah makanan pendamping ASI berusia 6 bulan keatas (Depkes RI, 2009)..
Pemberian ASI eksklusif ditanyakan pada Riskesdas 2010, tetapi tidak ditanyakan pada Riskesdas 2007. Bayi di bawah 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif jika saat pengumpulan data ibunya menyatakan bahwa bayinya masih mendapatkan ASI, belum pernah mendapatkan MPASI, dan dalam 24 jam yang lalu tidak mendapatkan makanan selain ASI. Oleh karena jumlah bayi di bawah 6 bulan hanya sedikit, tidak bisa dianalisis menurut provinsi dan hanya dapat dianalisis menurut karakteristik. Pemberian ASI eksklusif secara keseluruan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan, dan 4-5 bulan berturut-turut adalah 45,4 persen, 38,3 persen, dan 31,0 persen. ASI eksklusif lebih tinggi di daerah perdesaan dibanding daerah perkotaan. Tidak ada perbedaan ASI eksklusif menurut jenis kelamin bayi. Demikian juga tidak ada pola hubungan yang jelas antara pemberian ASI eksklusif dan tingkat pendidikan orangtua. Hubungan yang jelas baru terlihat antara pemberian ASI eksklusif dan tingkat pengeluaran per kapita. Semakin tinggi pengeluaran per kapita rumahtangga, semakin menurun pemberian ASI eksklusif baik di kelompok umur bayi 0-1 bulan, 2-3 bulan, maupun 4-5 bulan (Depkes RI, 2010).
Data dari Dinas Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2008 cakupan ASI Ekslusif hanya 45% sedangkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pidie dari jumlah 7.747 bayi yang mendapat ASI Ekslusif sebanyak 197 (2,5%) selebihnya diberkan ASI dengan makanan pendamping seperti air teh, pisang, makanan keras lainnya serta susu formula. (data DinKes Kabupaten Pidie, 2010).

0 komentar:

Post a Comment