Friday 18 January 2013

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB-PARU DENGAN STRATEGI DOTS




 
 
 By, Fariadi, 2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
            Mycobacterium tuberkulosis telah menginfeksikan penduduk dunia, pada tahun 1993 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis (TB), karena pada sebahagian besar negara di dunia, penyakit TB tidak terkendali ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan terutama penderita menular (BTA Positif).
            Pada tahun 1995, diperkirakan terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian penderita TB  3 juta orang (WHO, Treatment of Tuberculosis,quidelines for National Programes,1977).  Di negara–negara berkembang kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian di seluruh dunia, yang sebenarnya dapat dicegah tujuh puluh lima persen, penderita TB adalah kelompok umur usia produktif (15–50 tahun). 
            Dengan munculnya HIV / AIDS didunia diperkirakan jumlah penderita TB akan meningkat, kematian wanita karena  TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas ( WHO,1997).---(Pedoman Nasional Penanggulangan Tuber Kulosis) Cetakan 9 Dep.Kes.RI Jakarta 2005.
            Secara epidemiologi,menurut WHO terdapat 10-12 juta penderita TB-Paru yang mempunyai kemampuan menularkan, dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan keadan tersebut terdapat dinegara berkembang dengan social ekonomi rendah termasuk di Indonesia (Amin, Alsagafi dan Taib, 1996).
            Penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan kasyarakat, tahun 1995 hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia  menunjukkan behwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardio vaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia  dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi.( Astuti,1999 )
            Tahun 1999,WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB  dengan kematian karena TB sekitar 140.000,secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terjadi 130 penderita baru TB BTA positif.(Dep.Kes.RI,2005)
            Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah dan pendidikan rendah, sampai saat ini program penanggulangan TB dengan  strategi DOTS belum dapat menjangkau seluruh puskesmas, demikian juga Rumah Sakit pemerintah, swasta dan unit pelayanan kesehatan lainnya.
            Tahun 1995–1998 cakupan penderita TB dengan strategi DOTS baru mencapai  sekitar 10% dan Error rate belum dihitung dengan baik meskipun Cure rate lebih besar dari 85%.( Dep.Kes.RI,2005 )
            Penatalaksanaan penderita dan sistim pencatatan, pelaporan belum seragam disemua unit pelayanan kesehatan baikpemerintah maupun swasta,pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap dimasa lalu, diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap OAT atau Multi Drug Resistence (MDR). ( Dep.Kes.RI, 2000 ).
            Upaya pembangunan dibidang kesehatan bersifat menyeluruh dan terpadu yang dilaksanakan melalui usaha peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (curatif), dan pemulihan (rehabilitatif). Dalam repelita VI upaya pembangunan dibidang kesehatan masih dititikberatkan pada penurunan angkakematian bayi dan anak balita serta angka kelahiran. (Profil Kesehatan Indonesia, 1998).    
            Di  negara maju Tuberkulosis telah menurun lebih kurang 40 tahun lalu sejak ditemukannya obat anti tuberculosis (OAT). Di pihak lain negara-negara sedang berkembang, Tuberculosis terus merupakan prioritas utama dalam penemuan penderita, pengobatan dan pencegahan penularan infeksi. (Murray, El, Al, 1991).
            TB masih merupakan masalah masyarakat di Propinsi NAD, dilihat dari indicator program penemuan kasus baru (CDR) 55 % maiz dibawah target untuk tahun 2004 yaitu 60 %. Angka Konversi 81,10 % target 80 % kesembuhan 80,7 % dari target 85 %.( Depkes RI , 2005 ).
            Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, jumlah penderita TB-Paru pada tahun 2003 adalah 348 orang dari jumlah penduduk 510.283 jiwa. Pada tahun 2004 ditemukan sebanyak 491 orang (94 %) dari target 521 orang. Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie, pada tahun 2003 terdapat 21 orang penderita TB-Paru. Dari 21 orang yang melakukan pengobatan 15 orang dinyatakan sembuh ( 71,4 %)  dan 6 orang ( 28,6 %)  dinyatakan Drop out. Pada tahun 2004 terdapat 14 orang penderita TB-Paru, dari 14 orang yang melakukan pengobatan 10 orang ( 71,4 %) dinyatakan sembuh dan 4 ( 28,6 %) orang dinyatakan Drop out. Sedangkan tahun 2005 jumlah penderita TB-Paru adalah 12 orang, dari 12 orang yang 10 orang ( 83,3 %) dinyatakan sembuh dan 2 orang ( 16,7 %)  drop out.
            Dari data tersebut diatas dapat dilihat bahwa pengobatan TB-Paru perlu mendapatkan perhatian yang serius karena masih banyaknya jumlah penderita dari tahun ke tahun, dilihat dari jumlah penderita yang menjalani pengobatan yang berhasil sembuh dan masih adanya penderita yang drop out.

0 komentar:

Post a Comment