Friday 18 January 2013

ANEMIA PADA IBU HAMIL



Kehamilan adalah adanya pertemuan antara antara sel telur dan sel mani dalam saluran telur yang karena adanya dorongan dari saluran telur terdapat ovum yang telah dibuahi , sehingga ovum masuk kerongga rahim , disitu akan tumbh menjadi janin dan berkembang . untuk terjadinya kehamilan diperlukan dual ah penting yaitu ovum dan sperma. Ovum berasal dari indung telur dan setiap bulan biasanya ada satu ovum yang matang , sedangkan sperma berasal dari ayah , dalam satu tetes air mani terdapat seperempat  sampai satu juta sperma. Bila terjadi pembuahan , dimana satu sperma ada yang dapat bersatu dengan satu dengan satu ovum akan membentuk zigot. (Ikatan Bidan Indonesia , 2000).
Menurut Marshall ,2000 , kehamilan adalah sebuah perjalanan sembilan bulan menuju ke status menjadi ibu. Pengalaman di sepanjang ini berbeda – beda antara satu wanita dengan wanita lain , tetapi beberapa hal dialami oleh semua wanita hamil.
 Sedangkan Nadesul (1999) mengatakan bahwa , kehamilan itu masa yang penting karena di sini mutu seorang anak ditentukan , benih yang unggul berasal dari tubuh yang sehat ,  keturunan yang sehat , dan dibesarkan dalam lingkungan yang sehat pula . Untuk itulah pemeliharaan kehamilan dimulai dari perencaaan  menu yang benar,pemeliharaan kesehatan dan kebersihan , dan sebagainya . salah satu upaya adalah dengan menjaga kecukupan makanan . Makanan satu – satunya sunber agar anak tumbuh dengan sehat.
Resiko Kehamilan adalah setiap faktor yang berhubungan dengan meningkatnya kesakitan dan kematian maternal, kematian ibu hamil sampai dengan 42 hari setelah  kehamilan selesai.
Resiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal . yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Semakin banyak ditemukan faktor resiko pada seorang ibu hamil , maka semakin tinggi resiko kehamilannya. Salah satu Tanda bahaya pada kehamilan  adalah kurang darah atau Anemia.
 Anemia atau kurang darah merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu. Ibu hamil yang anemia tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh ibu dan janin akan nutrisi dan oksigen yang dibawa dalam darah , sehingga pertumbuhan bayi terganggu. Wanita yang mengidap anemia saat melahirkan dapat mengalami syaok karena kehilangan banyak darah dan dapat menyebabkan kematian.
Pendarahan pada awal kehamilan dapat merupakan tanda keguguran. Pendarahan pada usia kehamilan  4 sampai 9 bulan dapat menunjukan plasenta letak rendahdalam rahum dan dapat menutup jalan lahir.
Perdarahan pada akir kehamilan dapat merupakan tanda plasenta terlepas dari  rahim . perdarahan yang hebat dan terus menerus setelah melahirkan dapat menyebabkan ibu kekurangan darah dan merupakan tanda bahaya dimana ibu bersalin harus segera mendapat pertolongan yang tepat dari bidan atau dokter.
2.2. HAEMOGLOBIN.
Fungsi utama dari sel darah merah adalah mengangkut oksigen ( 02 ) ke jaringan dan mengembalikan karbon dioksida ( CO2 ) dari jaringan ke paru – paru  . untuk mencapai pertukaran gas ini , sel darah merah mengandung protein khusus, yang bernama haemogobin .setiap sel darah merah mengandung sekitar  640 juta molukul heamoglobin dan setiap melekul dewasa normal (Hb A) terdiri atas empat rantai polipepdida 2 2  , masing – masimg dengan gugus haennya sendiri . berat melekol Hb A 68.000.
Fungsi dari melekul haemoglobin adalah memuat dan melepas 02 .
Agar berhasil mengangkut heamoglobin untuk jaringan dan untuk pertukaran gas yang baik, sel darah merah dengan  diameter  8m , harus sanggup melewati secara berulang ulang mikrosirkulasi yang berdiameter minimum 3,5 m, untuk menjaga haemoglobin dalam keadaan tereduksi dan untuk menpertahankan keseimbangan osmosik walaupun terdapat konsentrasi protein (haemoglobin ) tinggi dalam sel . perjalanan totalnya  sepanjang 120 hari kehidupan sel diperkirakan 300mil.   

2.3. ANEMIA
Biasanya ini definisikan sebagai konsentrasi haemoglobin dalam darah rurang dari pada 13,5 g/dL pada laki – laki dewasa dan kurang dari 11,5 g/dL pada wanita dewasa. Wealaupun ada yang memakai 14 g/dl dan 12 g/dl sebagai batas terendah normal pada orang dewasa. Dari umur 3 bulan sampai akil balik , kurang dari pada 11 ,0 g/dl menunjukan anemia . Karena bayi baru lahir mempunyai kadar haemoglobin tinggi ,15 g/dl dianggap sebagai batas terrendah ketika lahir. Penurunan haemoglobin biasanya disertai olah penurunan jumlah sel darah merah dan packet cell volume (PCV) tetapi ini dapat normal pada beberapa pasien dengan kadar haemoglobin subnormal . Perubahan dalam volume plasma total yang beredar sebagai mana haemoglobin total yang beredar menentukan apakah anemia terdapat atau tidak . Penurunan volume plasma dapat menyelubungi anaemia, sebaliknya peningkatan volume plasma dapat menyebabkan anaemia bahkan dengan sel darah merah total dalam sirkulasi normal dan masa haemoglobin normal.
Setelah kehilangan darah banyak akut , anemia tidak segera tampak nyata , karena volume darah total berkurang. Volume plasma memerlukan waktu satu hari untuk diganti dan dengan demikian sampai nampai anaemia . Regenerasi massa haemoglobin memakan waktu lebih lama . 0leh karena itu , gambaran klinis mula – mula dari kehilangan darah akut dan banyak adalah disebabkan kerena penurunan volume darah bukan karena anaemia.
Tabel  1
Nilai – Nilai Normal Sel Darah Merah Orang Dewasa
                                                                        Pria                                          Wanita
Haemoglobin (Hb)* (g/dl)                               13,5  -  17,5                             11,5 – 15,5
HaemoglobinHaematokrit (PCV) (%)            40     -  52                                36    - 48
Hitung sel  darah merah  ( x 1012 /L)              4,5   -  6,5                                3,9  -  5,6
Haemoglobin sel rata-rata  (pg)                                               27 – 34
Volume sel rata-rata (fl)                                                          80 – 95
Konsentrasi Haemoglobin sel rata rata (g/dl)                          30 – 35
* Anak – anak : Neonatus Hb  15,0 – 21 ,0 g/dl
                          3 bulan Hb   9,3 – 12,5 g/dl
                           1 tahun – pubertas Hb 11,0 – 13,5 g/dl
Sumber Kapita Selekta Haematologi oleh A V Hoffbrand 1996.
Anemia yang dikenal baik terjadi dengan difesiensi ( kekurangan ) zat Besi , vitamin B12  atau folat .  Anemia juga terjadi dengan defisiensi asam amino (protein) , tiroksin atau endrogen tetapi dapat merupakanadaptasi terhadap komsumsi 02 jaringan yang lebih rendah , bukan sebagai  efek langsung dari defisiensi pada eritropoisis (proses terbentuknya sel darah merah di sumsum tulang belakang ) . Anemia juga terjadi pada defisiensi vitan C (scurvy ) , vitamin E dan reboflavin.

2.4. Gambaran Klinis Anaemia,
Pada sebagian pasien dengan anemia yang betul – betul berat bisa tampa gejala atau tanda sedangkan orang lain dengan anemia ringan bisa sangat lemah . umumnya gejala klinis anemia adalah :
1.      Anemia yang cepat memburuk menyebabkan lebih banyak gejala dari pada anemia yang lambat muncul karena lebih sedikit waktu untuk penyesuaian dalam sistim kardiovaskuler .
2.      Anemia ringan sering tidak menimbulkan gejala atau tanda tetapi ini biasanya ada bila haemoglobin kurang dari 9 – 10 g/dl . bahkan anemia berat konsentrasi haemoglobin serendah 6,0 g/dl dapat menghasilkan gejala yang sangat sedikit . akan tetapi , bila timbulnya sangat perlahan pada orang muda yang sehat.
3.      Orang tua kurang tahan terhadap anemia dibandingkan dengan orang muda disebabkan pengruh kurangnya oksigen pada organ bila kompensasi kardiovaskuler normal ternganggu.

2.5. Tanda – Tanda Kurang Darah ( Anaemia )  pada Ibu Hamil
- Pusing ,Berkunang – kunang.
- Lemah.
- Badan Lesu.
- Cepat Lelah.
- Gampang Ngantuk.
- Lidah, Bibir , Kuku pucat sekali.
- Wajah / Muka pucat.

2.6.    Bahaya Kurang Darah bagi Ibu Hamil .
-          Membahayakan jiwa ibu ketika melahirkan.
-          Mengganggu pertumbuhan bayi dalam kandungan, dan dapat membahayakan jiwa ibu.
-          Ibu Tidak Kuat Bekerja.

2.7.    Penyebab Kurang Darah.
- Kurang makan sayuran hijau, buah berwarna dan lauk pauk.
- Perdarahan akibat sering melahirkan.
- Jarak kelahiran anak terlalu dekat.
- Ibu hamil bekerja terlalu berat.
- Adanya cacing tambang dalam usus.

2.8. Perkiraan Haemoglobin pada Kehamilan.
Pemekirsaan hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia . Namum ada kecendrungan kegiatan itu tidak dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan . perubahan fisiologis yang terjadi dalam masa kehamilan mengakibatkan penurunan Hb secara progesif sampai sekitar minggu ke 30 , yang secara fisiologis masih normal. Perubahan normal ini dikenal sebagai hemodilusi (Mahomed dan Hylten,1989 ) dan biasanya mencapai titik terendah pada kehamilan minggu ke 30 . oleh karena itu pemeriksaan Hb dianjurkan untuk dilaksanakan pada awal kehamilan dan diulang kembali pada minggu ke 30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status Hb (Villiar dan Berg,1997 . Mahomed dan Hylten 1989 ).
Hemodifusi fisiologis dianggap sebagai suatu tanda kehamilan normal , dalam kaitannya dengan hasil kehamilan yang baik bagi janin ( yaitu berat lahir sesuai dengan umur kehamilan ). Apabila tidak terjadi proses hemodilusi , yang ditandai oleh kadar Hb yang tinggi , dapat diindikasikan adanya gangguan pada perubahan fisiologis akibat ternganggunya sirkulasi darah plasenta yang dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin ( Villar dan Bergsjo 1997, dan Merilainen 1995 , Koller sandvey dan sagen 1980 ).
Kader Hb 11 gr% dianggap sebagai batas normal terendah dalam masa kehamilan namun demikian batasan – batasab lain sering digunakan dalam mendefinisikan anemia dalam kehamilan. Banyak batasan – batasan tersebut tidak mempunyai bukti yang jelas secara ilmiah untuk mendukung penggunaannya. Batasan tersebut belum jelas kaitannya dengan umur kehamilan. Walaupun Hb pada masa kehamilan dibawah 10 g % ( 11 g% pada ibu dengan gizi baik ), dikatakan rendah , namun masih sedikit bukti ilmiah yang konsisten dalam penanggulangannya sesuai dengan tingkat kader Hb yang ada.
Untuk saat ini anemia dalam kehamilan di indonesia ditetapkan  dengan kadar Hb  < 11 g% pada trisemister I dan III atau Hb  < 10.5 g % pada tri semister II , sehingga prevalensi anemi pada kehamilan di indonesia relatif tinggi (63,5 %).
Pemeriksaan kadar Hb terbaik adalah dengan menggunakan spektrofotometer sehingga pemeriksaan secara Sahli dan Talguist hanya merupakan alternatif pemeriksaan dilapangan.
Namun pada kenyataan dilapangan pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode Sahli karena memang itu alat yang tersedia di institusi kesehatan terdepan yakni Puskesmas.

2.9.  Penyebab Hemoglobin (Hb) Rendah dalam Kehamilan.    
Penyebab utama rendahnya hemoglobon (Hb) dalam kehamilan adalah defisiensi besi terutama bila hanya terjadi anemia ringan. Pada Hb di bawah 9 g % dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih teliti, karena masih adanya kem ungkinan penyebab lain diluar kekurangan besi (Mahomed dan Hytten 1989 ). Pada umumnya seorang ibu hamil dengan Hb rendah harus diberikan seplementasi besi, meskipun ada sebab lain seperti cacing dan malaria yang harus dipertmbangkan untuk menentukan langkah tindak lanjut yang sesuai.
Telah dikemukakan bahwa pemberian suplementasi besi rutin pada ibu hamil dengan gizi baik hanya memberi efek yang terbatas pada peningkatan Hb (Mahomed dan Hylten 1989 ). Hasil penelitian mutakir menganjurkan pemberian besi secara rutin hanya dilakukan pada ibu hamil yang telah terbukti menderita anemia (Mahommed 1993). Namun di negara – negara yang mengalami kekurangan gizi , suplemen gizi masih dinajurkan , karena sering kali sulit untuk memperkirakan secara tepat kadar Hb Ibu hamil.
Anjuran program nasional indonesia adalah pemberian 60 mg/hari elemenlat besi dan 50 g asam folat untuk profilasis anemia . Program Depertemen Kesehatan R I memberikan 90 tablet besi selama 3 bulan.
Beberapa jenis makanan tertentu dapat mempengaruhi daya serap tubuh terhadap zat besi. Khususnya tembakau, teh dan kopi diketahui mengurangi penyerapan besi. Oleh karena itu ibu hamil yang mendapat suplementasi besi dianjurkan untuk menggindari  tembakau , teh dan kopi terutama sekitar waktu makan . Makanan lain seperti protein dan vitamin C dapat membantu penyerapan. Oleh karena itu harus disarankan untuk mengkonsumsi pangan yang kaya akan protein dan vitamin C.

2.10.    Memperkiraan Hemoglobin (Hb) pada masa Nifas.
Dalam suatu studi yang diselenggarakan di inggris untuk menyelidiki insidens anemia pada masa nifas ditemukan bahwa sekitar 10 % dari ibi nifas yang tidak anemia pada masa kehamilannya, ternyata memiliki Hb rendah ( Campbell dan Holbrock, 1992) . Pengaruh  Hb rendah pada masa nifas berkisar dari tanda – tanda anemia yang umum misalnya letargi/lemas, depresi , kehilangan nafsu makan , pusing , sakit kepala dan mau pingsan sampai ASI tidak keluar, kesembuhan perineum yang lambat dan predisposisi terhadap inspeksi . banyak dari gejala ini merupakan reaksi terhadap ketegangan pada saat hamil dan persalinan juga akibat proses penyesuaian diri terhadap peran menjadi seorang ibu. Oleh kerena itu tidak selalu bisa mendiagnosis anemia nifas dengan hanya mengandalkan tanda – tanda dan gejala klinis . Dengan demikian disarankan ibu nifas untuk memeriksakan kadar Hb nya ( Sweet , 1997).
Untuk dapat menentukan saat yang tepat untuk memeriksa anemia pada ibu nifas sebaiknya diketahui respon fisiologis normal yang terjadi dalam sirkulasi darah setelah persalinan . Perubahan fisioligis yang normal pada kehamilan merubah hemodinamika cairab tubuh. Untuk mengembalikan dan menctabilkan Hb diperlukan waktu . Pada kala III juga ada perubahan hemodinamika berupa pemindahan darah dariuterus ke sirkulasi umum . Karena uterus berkontraksi setelah persalinan , darah dari dinding rahim akan memasuki sirkulasi umum . Oleh karena itu segara setelah persalinan akan terjadi peningkatan jumlah sel darah merah dan volume darah . Selanjutnya tubuh akan melakukan konpensasi terhadap perubahan tersebut dan segera mengeluarkan cairan yang berlebihan tersebut ( mengakibatkan produksi urine yang tinggi dalam 24 jam pertama paska melahirkan ). Kemudian tubuh akan memecah sel – sel darah merah dan dari pemecahan sel – sel darah merah ini dihasilkan ekstra zat besi.  Dengan demikian  bila pemeriksaan Hb dilakukan terlalu cepat setelah persalinan , bisa memberi gambaran tinggi  yang semu. Untuk itu waktu terbaik umtuk memeriksa kadar Hb ibu nifas adalah 3 – 5 hari pasca persainan.
Untuk melaksanakan pemeriksaan Hb ibu nifas  3 – 5 hari setelah persalinan mungkintidak bisa dilaksanakan di beberapa negara ASEAN. Oleh karena itu dianjurkan hanya menjaring ibu nifas yang mempunyai kemungkinan besar menjadi anemia , yaitu ibu – ibu yang menderita anemia pada kehamilannya. Menderita infeksi , pendarahan  sebelumnya dan yang melahirkan bayi kembar . Keuntungan pemeriksaan Hb pada semua  ibu nifas di negara ASIAN belum bisa dibuktikan . Tubuh bisa melakukan kompensasi untuk lebih banyak menyerap zat besi dari makanan , bila Hb rendah (Paterson, Davis dan Gregory , 1994). Oleh karena itu ibu yang mengeluh kelelahan pada masa paska persalinan harus diperiksa Hb nya untuk menjaring anemia.
Bidan disarankan untuk memastikan bahwa semua ibi nifas menerima penyuluhan, informasi dan konseling tentang gizi yang seimbang dan disarankan untuk mengkonsumsi makanan kaya zat besi serta Vitamin C.

2.11.    Zat Besi dan Asam Folat dalam Kehamilan.
 Zat besi dan Asam Folat merupakan vitamin dan mineral penting bagi wanita hamil untuk mencegah kecacatan pada perkembangan bayi baru lahir dan kematian ibu yang disebabkan oleh anemia berat gravis.
Zat besi dan asam folat ditemukan dalam jumlah besar , dalam sayuran berdaun hijau tua , buah dan sayuran berwarna kuning tua , buncis dan kacang – kacangan , zat besu juga dapat ditemukan dalam daging merah . Kebutuhan zat besi dan asam folat meningkat dalam masa kehamilan.
Asam folat sangat dibutuhkan janin untuk perkembangan sistim syaraf pusat selama minggu pertama kehamilan . Tabung neural yang akan menjadi urat syaraf tulang belakang akan menutup pada hari ke 23 gestasi . Kekurangan folat dapat menyebabkan penutupan tidak sempurna pada sumsum tulang belakang dan dapat mengakibatkan cacat sumsum tulang belakang atau spina bifida  dan anen cepalus  karena perkembangan urat saraf tulang belakang akan lengkap sebelum kebanyakan wanita menyadari bahwa mereka hamil.
Untuk mencegah terjadinya cacat tulang belakang seorang wanita harus mengkonsumsi 0,4 miligram asam folat setiap harinya. Edialnya jumlah asam folat tersebut dikonsumsi minimal selama satu bulan sebelum kehamilan dan selama tiga bulan pertama kehamilan. Bagaimanapun , jika seorang wanita telah memiliki anak dengan cacat tulang belakang  atau cacat tulang tengkorak akan menyebabkan mereka memerlukan dosis asam folat yang lebih tinggi 4 miligram perhari karena mereka cenderung memiliki anak dengan cacat yang sama .
Zat besi sangat dibutuhkan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak di Indonesia 2700 kematian ibu disebabkan oleh anemia berat dengan penyebab utama adalah kekurangan zat besi . seorang anak yang kekurangan zat besi tidak mampu mencapai perkembangan fisik dan mental secara optimal dan mempunyai daya tahan tubuh yang lemah sehingga sering mengalami sakit.
Untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibi dan bayi baru lahir seorang wanita harus mengkonsunmsi tablet zat besi sebelum hamil , selama dan sesudah melahirkan , dengan menganjurkan dosis 1 tablet (60 mg zat besi + 0,25 mg asam folat ) setiap hari.
Jika seorang wanita yang baru menikah atau wanita yang hamil muda datang ke tempat pelayanan kesehatan maka pekerja kesehatan harus merekomendasikan wanita tersebut untuk mengkonsumsi zat besi dan asam folat serta memberikan penyuluhan supaya mereka memakan makanan yang banyak mengandung asam folat, hal ini akan membantu pengurangan resiko kecacatan pada tulang belakang.
Zat besi dan asam folat harus selaku dikonsumsi selama masa kehamilan untuk mencegah kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir, serta selama masa nifas atau sedikitnya 6 minggu sesudah melahirkan.
2.11.  Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli.  
            1. Persiapan Alat.
-          Standar Hemoglobin satu set.
-          HCL 0,1 %.
-          Aquades
-          Lancet Steril.
-          Pinset.
            2. Pelaksanaan.
-          Isilah tabung Sahli dengan HCL 0,1 sampai batas angka 2 pada tabung reaksi.
-          Tusuk ujung jari dengan lanset steril , bersihkan darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering.
-          Gunakan pipet untuk menghisap darah mencapai garis berwarna biru pada tabung atau angka 20 mm.
-          Masukan pipet kedalam tabung sahli kemudian keluarkan darah sambil menarik pipet keluar.
-          Aduk HCL dengan darah sampai benar-benar tercampur.
-          Masukan aquades tetes demi tetes kedalam tabung sahli , aduk kembali setelah di tetesi sampai warnanya sama dengan warna standar.
-          Baca permukaan darah menunjukan angka berapa , itulah kadar Hemoglobin.

0 komentar:

Post a Comment