Tuesday 29 January 2013

Asuhan Keperawatan pada Anak Ms dengan morbili di ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang di tandai dengan 3 stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi dan stadium konvalen. Biasanya penyakit ini timbul pada kanak-kanak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. (Ngatisah 2005)
Penyebab morbili adalah virus famili paramyxovirus yaitu genus virus morbli. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dapat di non aktif kan pada suhu 30°C sampai -20°C, sinar ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton. Sedangkan formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak menganggu aktivitas komplemen, penyakit ini di sebarkan secara droplet melalui udara. (Ngastiyah 2005)
Gambaran klinis morbili dengan masa inkubasi 10-21 hari, morbili selalu di dahului dengan demam tinggi, di ikuti dengan kelainan kulit berupa kemerahan makulopapular yang menjalar ke leher, dada dan ekstremitas. Kemaraha kulit akan menghilang dalam 3-5 hari dan gejala bertahap mereda. (Pringiutomo S, 2002).
Komplikasi yang terjadi berupa otitis media akut, ensevalitis, broncopneumonia. Broncopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak yang dengan malnutrisi energi-protein, pasien yang berpenyakit menahun misalnya tuberculosis, leukemia dan lainnya. (Ngastiyah 2005).
Penatalaksanaan pengobatan dengan antiperitika bila suhu tinggi,sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Pasien morbili dengan bronkopneumonia perlu di rawat di rumah sakit karena karena memerlukan pengobatan yang memadai (kadang perlu di infus dan O2).(Ngastiyah,2005).
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien dengan morbili adalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, peningkatan suhu tubuh, intoleransi aktifitas dan kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit.(Carpenito, 2005).
Peran perawat terhadap pasien dengan morbili adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan terhadap kebutuhan dasar manusia yang di butuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat di tentukan diagnosis keperawatan agar bisa di rencanakan dan di laksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia. (Hidayat A,2004).
Sejak tahun 1970 penyakit campak di indonesia telah mendapat perhatian khusus, yaitu sejak terjadi wabah campak yang cukup serius di pulau lombok, dengan kematian 330 di antara 12.107 kasus dan di pulau bangka terdapat kematian di antara 407 kasus. Kejadian luar biasa campak masih sering tejadi, misalnya di kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang pada tahun 1981, dengan CFR 15%(1,5). Sedangkan KLB campak tahun 1998 di palembang, Madura, Lampung dan Bengkulu terbanyak mengenai umur 5-9 tahun yaitu berturut-turut 59,63, 16,7 dan 25%. Proporsi yang tidak di imunisai antara 77,1-100%, CFR 1-4% dengan rata-rata 18-54 kasus.( Hariyono S,2003).
Melihat kompleknya permasalahan yang timbul maka di perlukan peran perawat yang spesifik dalam menghadapi masalah yang ada pada pasien dengan memberikan  asuhan keperawatan secara komprehensif  yang mencakup aspek Bio, Psiko, sosial, dan Spiritual.

B. Tujuan penulisan
1.      Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Anak Ms dengan morbili di ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten melalui pendekatan proses keperawatan secara Komprehensif.
2.      Tujuan  Khusus
a.  Dapat melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada Anak Ms dengan morbili di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.
b. Dapat mengidentifikasi masalah keperawatan berdasarkan data-data yang di peroleh pada Anak Ms dengan morbili di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.
c.  Dapat merencanakan tindakan keperawatan pada Anak Ms  dengan morbili di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.
d.  Dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang timbul pada Anak Ms dengan morbili di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.
e. Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang di laksanakan terhadap tindakan pada   Anak Ms
f.  Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Anak Ms dengan morbili di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.

BAB II
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang di temukan pada pasien dengan morbili dari sudut teoritis maupun dari hasil yang di dapatkan pada tinjauan kasus. Penulis akan membahas asuhan keperawatan pada An. Ms di Ruang Rawat Anak Rumah Sakit Umum Daerah sejak tanggal 27 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2010.
A.    Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 27 Oktober 2010 terhadap An. Ms umur 2 tahun, Jenis kelamin perempuan ,alamat Blan kula, suku, No CM :  093665, dengan diagnosa medis morbili. Secara teoritis Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang di tandai dengan 3 stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi dan stadium konvalensi. Biasanya penyakit ini timbul pada kanak-kanak dan kemudian dan menyebabkan kekebalan seumur hidup. (Ngastiyah, 2005)
Melalui wawancara dengan keluarga pasien, didapatkan keluhan utama pasien mengalami demam tinggi (40°c) dengan bintik-bintik pada kulit. Secara teoritis terjadinya morbili disebabkan oleh virus famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitive terhadap panas dan dingin, dapat di nonaktif kan pada suhu 30°c sampai -20°c, sinar ultravolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton. Sedang kan formalin dapa memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu akivitas komplemen, penyakit ini di sebarkan secara droplet melalui udara. (Ngastiyah, 2005).
Dari riwayat penyakit sekarang Pasien di bawa keluarganya ke IGD Rumah Sakit Umum Sigli Pada tanggal 26-10-2010 dengan keluhan demam tinggi serta bintik-bintik hitam pada kulit di seluruh bagian tubuh. Keadaan umum pasien lemah dan pasien sering menangis. Secara teoritis tanda dan gejala morbili adalah dengan masa inkubasi 10-12 hari, sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang di pilih,jarang masa inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu tubuh dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun selama 24 jam atau di sekitarnya. ( Nelson,2000).
Dari riwayat penyakit dahulu Keluarga Pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyaki seperti yang di deritanya sekarang. Pasien pernah mengalami batuk dan demam biasa. Secara teoritis pada anak dengan morbili dapat di temukan adanya demam , nyeri tenggorokkan, nafsu makan menurun, adanya bercak putih kelabu, kelemahan pada ekstremitas. (A.Aziz Alimul Hidayat, 2002).
Dari riwayat penyakit keluarga,Keluarga Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya pasien yang mengalami Penyakit yang sama seperti yang di derita pasien sekarang dan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan maupun penyakit. Secara teoritis morbili bukan merupakanpenyakit keturunan namun kekebalan morbili bisa didapatkan oleh bayi sampai usia 6 bulan melalui ibu yang sudah pernah terjangkit morbili. (Ngastiyah, 2005).
Dari riwayat tumbuh kembang pasien pada usia 3 bulan menurut keterangan ibu si anak hanya di beri ASI dan anak sudah dapat menatap muka orang. Sudah dapat bereaksi terhadap bunyi-bunyian, lahir dengan berat badan 2700 gram.Usia 4-6 bulan, anak masih minum ASI, makanan yang di berikan yaitu nasi dengan pisang yang di haluskan. Anak bisa tengkurap, berbalik dan anak juga dapat memasuki jari ke dalam mulut. Pada usia 7-12 bulan, anak masih tumbuh dalam keadaan normal dan makanan yang di berikan berupa nasi biasa, anak mulai belajar duduk, merangkak tapi anak belum bisa berjalan. Pada usia 13-17 bulan anak masih tumbuh dalam keadaan normal dan juga makan berupa nasi biasa, anak sudah bisa berjalan. Secara teoritis morbli biasanya timbul pada kanak-kanak terutama anak-anak yang mengalami masalah dengan riwayat tumbuh kembangnya dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Penyakit ini sangat berat bila mengenai anak terutama yang berumur lebih muda karena morbili di sertai kelainan yang khas berupa infeksi saluran nafas bagian atas, demam di sertai timbul nya kemerahan pada kulit. (Nursalam,M 2005).
   Riwayat imunisasi menurut keterangan ibu, anak mendapatkan imunisasi, jenis imunisasi yang di berikan adalah BCG 1 kali di berikan pada usia 1 bulan.DPT 3 kali di berikan pada usia 23,4 bulan. Polio 4 kali di berikan pada usia 1,2,3 dan 4 bulan. Campak 1 kali di berikan pada usia 9 bulan. Secara teoritis beberapa penelitian sekarang memberi kesan bahwa bayi dari ibu dengan imunitas karena vaksin  campak kehilangan antibodi pasifnya pada umur yang lebih muda dari pada bayi dari ibu yang telah menderita infeksi campak. Bayi dari ibu yang rentan terhadap campak tidak mempunyai imunitas campak dan dapat ketularan penyakit ini bersama ibu sebelum atau sesudah melahirkan. (Nelson ,2000).
Pola kebiasaan sehari-hari pola nutrisi Sebelum Sakit Ibu pasien mengatakan, pasien makan tiga kali sehari dengan jenis makanan nasi, lauk, sayur. Sedangkan pola minum pasien, pasien minum susu botol 5-6 kali sehari dan pasien masih minum ASI 4-6 kali perhari. Selama Sakit Ibu pasien mengatakan selama sakit pasien tidak ada selera makan dan pasien hanya dapat menghabiskan 2-3 sendok saja.  Selama di rawat pasien hanya minum susu 3-4 kali sehari. Pasien tidak mau minum ASI. Secara teoritis anak yang terjangkit morbili akan mengalami gangguan dengan pemenuhan nutrisinya, anak tidak mempunyai nafsu makan karena anak mengalami demam. Dan morbili akan sangat berat bila terjangkit anak dengan gizi buruk. (Pringgiutomo, 2005).
Pola eliminasi Sebelum Sakit Pasien buang air besar dengan teratur dengan frekuensi 1-2 kali sehari dengan konsistensi setengah padat warna kuning kecoklatan dan buang air kecil ± 6 kali sehari. Selama Sakit       Buang air besar dan buang air kecil pasien tidak mengalami gangguan, pasien buang air besar 1-2 kali sehari dengan konsistensi setengah padat warna kuning kecoklatan dan buang air kecil ± 4 kali sehari..
Pola istirahat/tidur, Sebelum sakit Pasien tidur 10-12 jam sehari ditambah tidur siang 2 jam. Selama sakit Istirahat pasien tidak terganggu, pasien dapat istirahat 10-12 jam sehari. Pasien tidak mau tidur siang karena rewel.
Pola aktivitas Sebelum Sakit Keluarga Pasien mengatakan pasien dapat bermain seperti anak-anak yang lain. Selama sakit Pasien tidak dapat bermain dan segala kebutuhan pasien di bantu oleh keluarga dan perawat.
Personal hygiene, Sebelum sakit         Kebersihan tubuh pasien terjaga dengan baik meskipun harus di bantu oleh keluarganya. Selama sakit Kebersihan tubuh pasien terjaga dengan baik pasien di seka di tempat tidur oleh ibunya dan keluarganya.
Data psikologis selama dalam perawatan keluarga sering bertanya tentang kondisi anak dan kapan anak boleh di bawa pulang oleh keluarga.
Data sosial keluarga pasien dan pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, mampu bekerja sama secara baik dengan tim kesehatan yang datang untuk memberikan tindakan.
Pemeriksaan fisik pasien, pada pemeriksaan umum di dapatkan keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, berat badan 11 kg sebelum sakit, 10 kg selama sakit, nadi 120 x/m, temperatur 39 °C, respirasi 28x/m, tinggi badan 88 cm. pada pemeriksaan khusus didapat data pada pemeriksaan inspeksi kepala tidak adanya lesi, bentuk simetris ubun-ubun sempurna tidak cekung, kulit elastisitas kulit menurun, kulit kering, mulut mukosa kering dan kotor, gusi berdarah, wajah tidak di temukan udema, sianosis terdapat bintik-bintik merah, leher bentuk simetris tidak ada benjolan, dada bentuk simetris, abdomen simetris, tidak di temukan asites,  ekstremitas atas, simetris, pergerakan kaku, terdapat bintik-bintik merah dan terpasang infus RL, ekstremitas bawah simetris, pergerakan kaku. Palpasi denyut nadi 120 x/m, perkusi, reflek patella normal, auskultasi, peristaltik usus meningkat,
Pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan data,  Hb gr d/I, nilai normal 8-10 gr d/I, eritrosit 4,5 juta nilai normal 4-5 juta,  leukosit 12.000 nilai normal 12000-14000.
Therapi medis yang diberikan adalah diet MII (lunak), IVFD-RL, kec 30 tts/m, injeksi cefotaxime 350 mg/12 jam, dexametason 1/3 A /8 jam, Oral-B complek sup 1x1 sdm, paracetamol sup 4x1 sdm.

B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Diagnosa keperawatan memberikan dasar penilaian intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. (Carpenito, 2005).
Berdasarkan teoritis diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan morbili adalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, peningkatan suhu tubuh, intoleransi aktifitas dan kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit. (Carpenito, 2005).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. Ms adalah peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan data subjektif ibu pasien mengatakan tubuh pasien panas. Data objektif mukosa mulut kering dan kotor, suhu tubuh 39 0C, keadaan umum lemah, terdapat bintik-bintik merah pada kulit.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat, bahwa tidak terdapat kesenjangan antara diagnosa yang terdapat pada teoritis dengan diagnosa yang muncul pada pasien An. Ms dengan morbili.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan data subjektif ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada nafsu makan. Data objektif keadaan umum lemah, makanan yang disediakan hanya dihabiskan, 2-3 sendok teh, berat badan sebelum sakit 11 kg setelah sakit 10 kg.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan data subjektif ibu pasien mengatakan anaknya tidak dapat bermain sebagaimana biasanya. Data objektif anak rewel dan sering menangis, keadaan umum lemah, pasien tampak digendong ibunya.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan anak ditandai dengan data subjektif orang tua yang bertanya tentang kondisi anaknya, orang tua sering bertanya tentang tindakan yang diberikan. Data objektif ekspresi wajah orang tua cemas, suhu tubuh anak masih tinggi (39 0C).

C.    Perencanaan
Adapun perencanaan yang disusun dalam menghilangkan atau mengurangi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dengan cara mengikutsertakan keluarga dan berdasarkan kebutuhan pasien saat itu.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi, tujuan yang ingin dicapai yaitu suhu tubuh kembali nornal dengan kriteria hasil, suhu tubuh kembali normal, maka disusulah rencana tindakan yang meliputi pantau suhu tubuh pasien, anjurkan pasien untuk minum yang banyak, berikan kompres dingin, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan intake pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil nafsu makan pasien kembali normal, porsi yang disediakan dapat dihabiskan. Intervensi yang diberikan adalah kaji tingkat intake nutrisi, berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering, ciptakan lingkungan yang nyaman pada saat pemberian makanan, kolaborasi dengan ahli gizi dengan pemberian diet pasien.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tujuan yang ingin dicapai adalah aktifitas pasien terpenuhi dan pasien dapat bermain sebagaimana biasanya dengan kriteria hasil keadaan umum pasien membaik, pasien dapat bermain dana beraktifitas kembali. Intervensi yang diberikan adalah bantu pasien dalam memenuhi segala kebutuhannya, catat tanda-tanda vital, jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktifitas dan istirahat.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit dan pengobatan anak, tujuan yang diharapkan adalah kecemasan hilang atau berkurang dengan kriteria hasil orang tua tahu dan mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya. Intervensi yang diberikan adalah kaji tingkat kecemasan orang tua, jelaskan tentang proses penyakit dan prognosisnya, identisifikasi mekanisme koping orang tua.

D.    Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun, pada diagnosa pertama peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi, tindakan yang diberikan adalah memonitor vital sign setiap 15-30 menit, mencatat hasil vital sign yang didapat, memberikan minum pasien sesering mungkin, menganjurkan pasien agar dapat memberikan pasien minum sesering mungkin, memberikan kompres dingin pada axsilla dan frontal, memberikan obat anti piuretik paracetamol 3x1 B complek 3x1, memberikan obat-obatan sesuai intruksi.
Pada diagnosa kedua pemenuhan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat, tindakan yang diberikan adalah mengkaji porsi makanan yang dapat dihabiskan pasien, menggantikan cairan RL dengan kecepatan 20 tetes permenit, menyajikan makanan dalam keadaan hangat, menyajikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman pada saat pasien makan, mengajurkan pada keluarga untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, mengkolabotrasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian diet yang sesuai, memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tindakan yang diberikan adalah melibatkan anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien, membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan bermainnya sesuai dengan toleransinya, memonitor vital sign setiap 15-30 menit, mencatat hasil vital sign yang didapat, memenuhi kebutuhan istirahat pasien selama 11-12 jam perhari, menjaga ketentraman dan kenyamanan ruangan.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan anak, tindakan yang diberikan adalah mengkaji tingkat kecemasan orang tua, mengajurkan agar orang tua tidak terlalu cemas, menjelaskan tentang proses penyakit dan prognosisnya.
E.     Evaluasi
Adapun hasil evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan masalah yang timbul pada An. Ms dengan morbili adalah semua masalah dapat teratasi dengan baik yang yaitu peningkatan suhu tubuh masalah hanya dapat teratasi pada hari terakhir perawatan.
Diagnosa pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. Tujuan yang ingin dicapai yaitu kebutuhan nutrisi terpenuhi, masalah dapat teratasi pada hari terakhir perawatan, kriteria hasil porsi yang disediakan dapat dihabiskan dan keadaam umum membaik.
Diagnosa yang ketiga intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan yang ingin dicapai yaitu pola aktifitas pasien terpenuhi, pasien dapat bermain seperti biasanya masalah dapat teratasi pada hari terakhir perawatan.
Diagnosa yang keempat kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan anak, tujuan yang ingin dicapai adalah kecemasan hilang atau berkurang dengan kriteria hasil orang tua tahu dan mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya, masalah dapat teratasi pada hari terakhir perawatan.


BAB III
PENUTUP

Berdasarkan hasil penetalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan morbili yang di rawat di Ruang Rawat Penyakit Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten dari 27 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2010, maka penulis dapat menerik kesimpulan dan saran-saran yang bermanfaat untuk pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan morbili di masa-masa yang akan datang

A.    Kesimpulan
1.      Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang di tandai dengan 3 stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi dan stadium konvalensi. Biasanya penyakit ini timbul pada kanak-kanak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.
2.      Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada An. Ms maka di ketahui agen penyebab morbili adalah virus famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitife terhadap panas dan dingin, dapat di nonaktifkan pada suhu 30 0c sampai dengan -20 0c, sinar ultraviolet,eter, tripsin, dan betapropiolakton
3.      Permasalahan yang peulis temukan pada An. Ms dengan morbili adalah tidak jauh berbeda dengan konsep teori, yaitu berupa gangguan ras nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4.      Perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah yang timbul pada An. Ms sesuai masalah yang timbul pada pasien dalam masa perawatan. Kemudian penulis prioritaskan rencana tindakan sesuai dengan kebutuhn pasien, kondisi dan fasilitas serta sarana dan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.
5.      Pelaksanaan keperawatan di daskan pada prioritas masalah yang telah di tetapkan, pada prinsipnya semua rencana tindaka keperawatan dapat di berikan pada pasien An. Ms hal ini karena adanya dukungan dari pasien, keluarga dan tim kesehatan.
6.      Evaluasi dari hasil keperawatan yang telah penulis berikan pada An. Ms adalah suhu tubuh kembali normal, kebutuhan nutrisi pasien terpenuuhi dan kebutuhan aktifitas terpenuhi.

B.     Saran – saran
1.      Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan dengan morbili maka perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus terus meningkatkan profesionalisme baik dari segi sikap, pengetahuan dan keterampilan
2.      Kepada institusi pelayanan kesehatan yaitu  Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten setidaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keperawatan sehingga hari perawatan dapat di minimalkan.
3.      Untuk menunjang keberhasilan program pengobatan dan perawatan pasien An. Ms  dengan morbili sangat di harapkan adanya kerja sama yang baik dan saling mendukung antar tim kesehatan sehingga akan di capai hasil yang optimal.
4.      Untuk pasien An. Ms atau keluarga yang menderita morbili perlu memperhatikan nasehat atau anjuran-anjuran selam perawatan. Terutama pengetahuan perawatan dan pengobatan yang mempengaruhi proses penyembuhan morbili
5.      Perawat dapat berkolaborasi dengan tim medis dan ahli gizi, dapat meningkatkan kerja sama tim, dan perawat dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada pasien An. Ms dengan morbili.


0 komentar:

Post a Comment