Friday 23 August 2013

Menkes Nafsiah Mboi membantah hasil survei terkait kematian ibu yang masih tinggi di Indonesia



Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mempertanyakan metode perhitungan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Menkes menyoroti angka kematian ibu (AKI) di Indonesia naik dari 228 per 100 ribu kelahiran hidup (SDKI 2007) menjadi 359 per 100 ribu kelahiran pada 2012.

"Ada kemungkinan metode perhitungannya kurang tepat. Karena lonjakan kenaikannya dibanding SDKI sebelumnya terlalu jauh,” ujar Nafsiah seusai meluncurkan program imunisasi lanjutan, di Kerawang, Jawa Barat, Kamis (22/8).

Lantaran itu, saat ini kementerian/lembaga terkait masih mengkaji data yang tercatat di dalam SDKI 2007. Perhitungan data SDKI sendiri dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh karena itu, untuk sementara waktu, tegas Nafsiah, hasil SDKI 2012 belum bisa diumumkan ke publik.

Sedangkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal cenderung berpendapat AKI memang mengalami kenaikan. Pasalnya masih banyak proses persalinan bukan dilakukan di tempat semestinya dan tanpa didampingi oleh tenaga medis.

Bahkan Fasli mengatakan bila dilihat dari Sensus Penduduk 2010, angka kematian ibu bahkan lebih tinggi dari SDKI 2012. Namun saat didesak, Fasli enggan menyebutkan jumlahnya.

"Yang jelas sudah pasti target menurunkan AKI sesuai MDGs, yaitu 102 per 100 ribu sudah mustahil tercapai,” tuturnya.

Sebelumnya Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LDFEUI) Sonny Harry B Harmadi mengatakan tingkat AKI tinggi lantaran pernikahan usia dini yang gagal dikendalikan pemerintah.

"Pada saat ini di Indonesia sekitar 45% pernikahan perempuan dilakukan pada usia sangat dini atau di bawah 18 tahun. Padahal melahirkan di saat usia belum sampai 20 tahun berisiko kematian lima kali lipat dibanding dengan kehamilan saat usia telah mencapai 20 tahun ke atas," sebut dia. (Cornelius Eko Susanto)
Hasil sementara Survei Demografis dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 telah dipaparkan oleh Kemenkes Republik Indonesia pada 7 Desember 2012 di Jakarta. Hasil survei ini menunjukkan bahwa kematian neonatal tidak menurun dan stagnan di angka 19 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sementara kematian postnatal hanya turun dari sebelumnya 15 di tahun 2007 ke angka 13 per 1000 kelahiran hidup saat ini. Indikator kematian bayi juga menunjukkan penurunan yang sangat kecil, yaitu sekarang di angka 32 per 1000 kelahiran hidup. Serta masih tingginya angka kematian balita yaitu 40, dari sebelumnya 44 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007.
Apa artinya hasil survei ini?
Masih ada 83 ribu bayi baru lahir yang meninggal setiap tahunnya di Indonesia dan total 174 ribu balita Indonesia yang tidak dapat diselamatkan nyawanya. Perlu diingat bahwa angka ini adalah rata-rata untuk level nasional. Kematian dapat jauh lebih tinggi di daerah-daerah dengan kapasitas kesehatan yang terbatas serta dengan populasi yang lebih rentan terhadap bencana kesehatan seperti ini. Apakah inisiatif yang telah dijalankan saat ini sudah cukup berbasis pada bukti dan mengedepankan intervensi yang dapat menyelamatkan nyawa anak-anak Indonesia? Apakah kebijakan kesehatan di Indonesia cukup responsif terhadap fakta bahwa pelayanan kesehatan belum mampu menurunkan angka kematian anak? Serta, apa yang dapat kita lakukan sebagai profesional di bidang kesehatan untuk mempercepat peningkatan kesehatan anak di Indonesia?

0 komentar:

Post a Comment