Saturday 8 June 2013

PENYAKIT CROHN



Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding usus.
Enteritis regional, ileokolitis, atau penyakit crohn merupakan suatu penyakit peradangan granulomatosa kronik pada saluran cerna yang sering terjadi berulang.
Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.
Pada beberapa dekade yang lalu, penyakit Crohn lebih sering ditemukan di negara barat dan negara berkembang. Terjadi pada pria dan wanita, lebih sering pada bangsa Yahudi, dan cenderung terjadi pada keluarga yang juga memiliki riwayat kolitis ulserativa. Kebanyakan kasus muncul sebelum umur 30 tahun, paling sering dimulai antara usia 14-24 tahun.Penyakit ini mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang terdapat daerah normal diantara daerah yang terkena.
Pada sekitar 35 % dari penderita penyakit Crohn, hanya ileum yang terkena. Pada sekitar 20%, hanya usus besar yang terkena. Dan pada sekitar 45 %, ileum maupun usus besar terkena.
Sistim Pencernaan
2.2       ETIOLOGI
Etiologi penyakit crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu :
a)      Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh.
b)      Infeksi.
c)      Makanan.
Walaupun tidak ditemukan adanya autoantibodi, enteritis regional diduga merupakan reaksi hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif yang belum diketahui. Teori-teori ini dikemukakan karena adanya lesi-lesi granulomatosa yang mirip dengan lesi-lesi yang dtemukan pada jamur dan tuberkulosis paru. Terdapat beberapa persamaan yang menrik antara enteritis regional dan kolitis ulseratif. Keduanya adalah penyakit radang, walaupun lesinya berbeda. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi di luar saluran cerna yaitu uveitis, artritis dan lesi-lesi kulit yang identik.

2.3       PATOFISIOLOGI
            Enteritis regional umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda, tetapi dapat terjadi kapan saja selam hidup. Keadaan ini sering terihat pada populasi 50-80 tahun. Meskipun ini dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal, area paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
            Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subkutan yang meluas keseluruh lapisan dimding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalaman peritonium, lesi (ulkus) tidak pada kontak terus menerus, granuloma terjadi pada setengah kasus. Pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan ”Coblestone”. Dengan berlanjutnya penyakit, dinding usus menebal dan menjadi tibrotit, dan lumen usus menyempit.
           
2.4       PATOGENESIS
Ileum terminal terserang pada sekitar 80% kasus enteritis regional. Pada sekitar 35% kasus lesi-lesi terjadi pada kolon. Esofagus dan lambung lebih jarang terserang. Dalam beberapa hal terjadi lesi “melompat” yaitu bagian usus yang sakit dipisahkan oleh daerah-daerah usus normal sepanjang beberapa inci atau kaki. Lesi diduga mulai pada kelenjar limfe dekat usus halus yang akhirnya menyumbat aliran saluran limfe. Selubung submukosa usus jelas menebal akibat hiperplasia jaringan limfoid dan limfedema. Dengan berlanjutnya proses patogenik, segmen usus yang terserang menebal sedemikian rupa sehingga kaku seperti slang kebun, lumen usus menyempit, sehingga hanya sedikit dilewati barium, menimbulkan “string sign” yang terlihat pada radiogram. Seluruh dinding usus terserang. Mukosa seringkali meradang dan bertukak disertai eksudat yang putih abu-abu.
2.5       TANDA DAN GEJALA
Para penderita mengeluh mengenai sakit perut yang berulang-ulang, sering mendapat serangan diare, atau sebaliknyasusah buang air besar, kadang-kadang panas, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan.
Perdarahan per anum sering disebabkan radang pada kolon.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan atau rasa penuh pada perut bagian bawah, lebih sering di sisi kanan. Komplikasi yang sering terjadi dari peradangan ini adalah penyumbatan usus, saluran penghubung yang abnormal (fistula) dan kantong berisi nanah (abses).
Bila penyakit Crohn menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita juga bisa mengalami :
  • peradangan sendi (artritis).
  • peradangan bagian putih mata (episkleritis).
  • luka terbuka di mulut (stomatitis aftosa).
  • nodul kulit yang meradang pada tangan dan kaki (eritema nodosum).
  • luka biru-merah di kulit yang bernanah (pioderma gangrenosum).

Jika penyakit Crohn tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita masih bisa mengalami :
  • peradangan pada tulang belakang (spondilitis ankilosa).
  • peradangan pada sendi panggul (sakroiliitis).
  • peradangan di dalam mata (uveitis) .
  • peradangan pada saluran empedu (kolangitis sklerosis primer).

Pada anak-anak, gejala-gejala saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare sering bukan merupakan gejala utama dan bisa tidak muncul sama sekali.
Gejala utamanya mungkin berupa peradangan sendi, demam, anemia atau pertumbuhan yang lambat. Pola umum dari penyakit Crohn, Gejala-gejala penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum terjadi, yaitu :
1.      Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan
2.      Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat di dinding usus,   pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah
3.      Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan kurang gizi dan kelemahan  menahun
4.      Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses), yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan penurunan berat badan.

2.6       KOMPLIKASI
Pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan obstruksi, fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau fistel antara usus dan kulit. Di sekitar anus terdapat fistel-fistel, fisur-fisur dan abses-abses. Perdarahan yang banyak atau perforasi jarang terjadi. Begitupula jarang terjadi dilatasi akut. Karsinoma kolon dulu diduga tidak begitu sering akan tetapi sekarang kasus. Karsinoma lebih sering ditemukan pada kolitis Crohn. Kadang-kadang timbul hiperoxaluria dan batu oxalat. Proses radang dapat menjalar ke ureter yang menyebabkan pyelonefritis yang berulang, stenosis pada ureter dan hidronefrosis.
2.7       DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare berulang, terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan pada sendi, mata dan kulit.
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi penyakit Crohn, namun pemeriksaan darah bisa menunjukan adanya :
·         anemia.
·         peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih.
·         kadar albumin yang rendah
·         tanda-tanda peradangan lainnya.
Barium enema bisa menunjukkan gambaran yang khas untuk penyakit Crohn pada usus besar. Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) dan biopsi untuk memperkuat diagnosis. CT scan bisa memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses, namun tidak digunakan secara rutin sebagai pemeriksaan diagnostik awal.

2.8  PROGNOSIS
Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai usus halus. Tetapi penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak teratur sepanjang hidup penderita. Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat, bisa sebentar atau lama.
Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu episode baru atau yang menentukan keganasannya tidak diketahui.
Peradangan cenderung berulang pada daerah usus yang sama, namun bisa menyebar pada daerah lain setelah daerah yang pernah terkena diangkat melalui pembedahan.
Penyakit Crohn biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa penderita meninggal karena kanker saluran pencernaan yang timbul pada penyakit Crohn yang menahun.

0 komentar:

Post a Comment