Sunday 18 May 2014

KONSEP Balita Sakit



Anak Bawah Lima Tahun (Balita) menderita Demam mungkin menderita penyakit Malaria, Campak, Demam Berdarah atau penyakit berat lainnya. Demam juga timbul karena hanya menderita batuk pilek saja atau  infeksi virus lainnya. Demam merupakan gejala utama penyakit Malaria. Demam bisa timbul sepanjang waktu atau hilang timbul dengan jarak waktu yang teratur. anak dengan Malaria juga mungkin menderita anemia kronis  atau menderita penyakit menahun dan sesak nafas yang merupakan suatu tanda pneumonia. Demam dan ruam yang menyeluruh merupakan tanda-tanda utama penyakit Campak. Sedangkan demam akut 2 sampai 7 hari, lemah, gelisah , nyeri ulu hati diikuti gejala pendarahan dan kecendrungan syok merupakan ciri dari penyakit Demam Berdarah ().
Lingkungan yang buruk serta rendahnya tingkat kesadaran untuk berperilaku sehat menjadi kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembang biaknya berbagai virus penyakit menular, karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh, penyakit menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti oleh penyakit infeksi lainnya seperti thypoid, Ispa, Penyakit kulit, campak, leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD) ().
Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku pencegahan ini sangat tergantung pada kondisi pribadi masing-masing individu. termasuk persepsi individu bersangkutan dalam memandang diare. Dengan kata lain jika seseorang mempersepsikan diare adalah penyakit yang membahayakan maka yang bersangkutan dapat diproyeksikan akan semakin berusaha keras untuk melakukan pencegahan agar tidak terserang diare ().
Bayi yang harus segera mendapat pertolongan tenaga professional bila: Bayi menjadi lebih lemah dan kurang dapat mengisap ASI. Bayi tiba-tiba kurang mau minum, tidak seperti biasanya. Bayi kejang-kejang, tali pusat bayi berdarah, kemerahan, berbau, atau bernanah, Bayi demam, tubuh, tangan dan kaki tetap dingin walaupun sudah dibungkus. Bayi bernafas dengan cepat atau sulit bernafas. Bayi sulit dibangunkan, yang mungkin karena kesadarannya menurun. Bayi tampak kuning. Bayi mencret atau muntah. Bila ada salah satu tanda diatas dan bayi tidak mau minum lebih dari 4 – 6 jam. Bayi mulai merintih, tidak menagis, seperti biasa. ().
Pencegahan hipotermia merupakan asuhan neonatal dasar agar BBL tidak mengalami hipotermia. Disebut hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36,50C. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5 – 37,50C pada pengukuran suhu melalui ketiak BBL mudah sekali terkena hipotermia, hal ini disebabkan karena pusat pengaturan panas pada bayi belum berfungsi dengan sempurna, permukaan tubuh bayi relatif luas, tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas, dan bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dari pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan hipotermi adalah mengeringkan bayi segera mungkin, menutup bayi dengan selimut atau topi dan menenmpatkan bayi di atas perut ibu (kontak dari kulit ke kulit). Jika kondisi ibu tidak memungkinkan untuk menaruh bayi di atas dada (karena ibu lemah atau syok) maka hal-hal yang dapat dilakukan yaitu mengeringkan dan membungkus bayi dengan kain yang hangat, meletakkan bayi didekat ibu, dan memastikan ruang bayi yang terbaring cukup hangat ().

A.        Dampak Sakit
Sering sakit menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di Negara-negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan. Terjadinya infeksi berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia ()
Frekuensi sakit bagi seorang balita akan mengganggu pertumbuhannya balita secara umum, karena dalam keadaan sakit balita tidak memiliki selera makan dan menjadi rewel sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi secara adekuat, hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel dan pertumbuhan otak, balita yang sering sakit akan mengakibatkan pertumbuhan intelektualnya terganggu ().

1 komentar: