Friday 12 July 2013

Gambaran pengetahuan ibu tentang Pubertas Prekoks



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan Nasional adalah membangun manusia seutuhnya, yang terpenuhi kebutuhan lahir batin. Untuk mencapai hal tersebut, di perlukan berbagai usaha antara lain perbaikan gizi masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman demi tercapainya kemajuan program Pembangunan Nasional (Depkes, 2010; 23)
Pubertas mungkin selama ini banyak dikaitkan dengan fase pertumbuhan anak perempuan. Perubahan fisik seperti pembesaran payudara, munculnya bau badan, dan tumbuhnya rambut di beberapa area tertentu, serta jerawat dianggap sebagai gejala awal seorang anak telah memasuki fase pubertas. Namun, pubertas sebenarnya tidak hanya terjadi pada anak perempuan tapi juga anak laki-laki. Umumnya pubertas terjadi pada anak usia delapan sampai 12 tahun untuk anak perempuan, dan usia sembilan sampai 14 tahun untuk anak lelaki. Pubertas merupakan awal dari kematangan seksual yaitu ketika terjadi perubahan fisik, hormonal, dan seksual yang telah mampu bereproduksi. Ini merupakan fase transisi di mana terjadi perubahan dari anak-anak menuju dewasa. (Suharjo, 2006: 67)
Normalnya, anak laki-laki mengalami pubertas pada usia 9 (sembilan) sampai dengan 14 (empat belas) tahun sedangkan pada anak perempuan adalah pada usia 8 (delapan) sampai dengan 13 (tiga belas) tahun. Akan dinamakan pubertas dini atau pubertas prekoks bila tanda kedewasaan telah muncul sebelum umur 9 tahun pada anak laki-laki dan sebelum umur 8 tahun pada anak perempuan (Sukandi, 2004: 47)
Pubertas Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan pengaruh bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak (kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai munculnya tanda-tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan telah berakhirnya masa pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini bisa merupakan bagian dari variasi perkembangan normal seseorang, namun bisa pula merupakan penyakit atau paparan hormon pertumbuhan yang tidak normal (Suharjo, 2006: 47)
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semakin awal perempuan memasuki masa pubertas, resiko mereka mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental juga semakin besar. Sedang sebagain besar perempuan yang mengalami masa puber yang ‘normal’ tidak mengalami efek negatif tersebut (Sukandi, 2004: 100)
Pubertas merupakan awal dari kematangan seksual yaitu ketika terjadi perubahan fisik, hormonal, dan seksual yang telah mampu untuk bereproduksi. Pubertas merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh semua manusia dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh layaknya orang dewasa dan telah memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testes) dan meresponnya dengan menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan, fungsi atau transformasi dari otak, tulang, otot, kulit, payudara, menstruasi dan organ-organ reproduksi lainnya, seperti organ genitalia (penis dan vagina) dan organ seksual sekunder lainnya (rambut pubis). Proses ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis manusia secara sosial yang disebut telah menjadi seseorang remajaPubertas ditandai dengan pembesaran buah zakar (testis) diikuti pembesaran penis, pembesaran payudara pada wanita, tumbuhnya rambut pada kemaluan, menstruasi, bau badan serta pertumbuhan tinggi badan yang meningkat. Disebut pubertas dini yaitu jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda pubertas sebelum memasuki usia pubertas anak-anak pada umumnya (Suharjo, 2006: 89)
Pubertas merupakan fase transisi di mana terjadi perubahan dari masa anak-anak menuju dewasa. Di fase ini, tubuh disiapkan untuk menjadi dewasa dengan terjadinya perubahan pada fisik, hormon dan mental. Tapi beberapa faktor dapat menyebabkan anak mengalami pubertas lebih awal. Secara umum, tanda awal pubertas yang normal mulai muncul pada anak perempuan pada usia 8-13 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 9-14 tahun (Sukandi, 2004: 97)
Dari berbagai sumber seluruhnya menyatakan bahwa insiden Pubertas Prekoks dominan terjadi pada anak-anak perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini dimungkinkan karena Pubertas Prekoks membawa sifat genetik yang autosomal dominan dan lebih sering akibat paparan hormon estrogen dini pada usia bayi. Untuk anak perempuan sering diakibatkan etiologi yang idiopatik dan sebaliknya pada anak laki-laki secara signifikan terbanyak diakibatkan adanya penyakit pada otak (Suharjo, 2006: 99)
Jumlah anak yang mengalami pubertas dini diukur dari perkembangan payudara dan bulu pubis, menurut laporan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 1970, rata-rata usia anak saat mendapatkan menstruasi pertama adalah 11,5. Tiga puluh tahun kemudian, turun menjadi 10. Perkembangan payudara bahkan sudah mulai satu atau dua tahun sebelum menstruasi pertama.
Pengetahuan ibu yang kurang tentang pubertas prekoks mengakibatkan angka kejadian pubertas prekoks semakin meningkat, karena tidak ada usaha baik dari ibu maupun dari keluarga untuk mencegah terjading pubertas prekoks, pengetahuan ibu yang kurang tentang tanda dan gejala pubertas prekoks mengakibatkan angka kejadian pubertas prekoks terus meningkat.

0 komentar:

Post a Comment