Friday 14 June 2013

Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Insomnia Di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar belakang.
    Empat program yang menjadi fokus program 100 hari Depertemen Kesehatan, yaitu meningkatkan pembiayaan kesehatan, dengan memberi jaminan kesehatan masyarakat, meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mempercepat pencapaian targer Melenium Development Gol (MDGs) mengendalikan penyakit dan penangulangan masalah kesehatan akibat bencana dan meningkatkan ketersediaan, pemerataan kualitas tenaga kesehatan terutama didaerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (TTPK) secara berkesinambungan (Mediacom, 2009).
Insomnia dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang mana seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak dapat tidur dengan nyenyak. Rata rata setiap orang pernah mengalami insomnia sekali dalam hidupnya. Bahkan ada yang lebih ekstrim menyebutkan 30 – 50% populasi mengalami insomnia. (Wiki, 2010)
Insomnia dapat menyerang semua golongan usia. Meskipun demikian, angka kejadian insomnia akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini mungkin disebabkan oleh stress yang sering menghinggapi orang yang berusia lebih tua. Disamping itu, perempuan dikatakan lebih sering menderita insomnia bila dibandingkan laki laki. (Wiki, 2010)
Sebuah survei dari 1,1 juta penduduk di Amerika yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan orang-orang yang tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur selama 8,5 jam atau lebih setiap malam dapat meningkatkan angka kematian sebesar 15%. Insomnia kronis - tidur kurang dari 3,5 jam (wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian. Setelah mengontrol durasi tidur dan insomnia, penggunaan pil tidur juga berkaitan dengan peningkatan angka kematian. (Wiki, 2010)
Penduduk Indonesia tahun 2004 berjumlah 238,452 juta ada sebanyak 28,053 juta orang Indonesia yang terkena insomnia atau sekitar 11,7%. Data ini hanya berdasarkan indikasi secara umum tidak memperhitungkan faktor genetik, budaya, lingkungan, sosial, ras. Jumlah ini bisa terus bertambah seiring dengan perubahan gaya hidup (Nurmiati, 2010).

0 komentar:

Post a Comment