Sunday 2 June 2013

Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Tentang Toilet Training Di Desa



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
  Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 26 telah menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak, tumbuh kembanag anak sesuai dengan kemampuan, bakat minatnya, serta mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak sehingga orang tua/ keluarga benar-benar memperhatikan dan memahami apa yang telah di tetapkan (BKKBN, 2006)
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, ketika diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensinya berkembang. Perkembangan akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Sebaliknya lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak (Dompas, 2010).
Perilaku anak adalah sikap dan tindakan anak balita yang bersifat alami. Perilaku dan tindakannya yang baik atau buruk itu cenderung dilakukan dibawah kesadaran anak. Oleh karena itu, orang tua senan tiasa harus memperhatikan sikap dan tindakan anak-anaknya. Apabila sikap dan tindakan anak banyak yang menyimpang, maka sebaiknya orang tua mendidik, mengajarkan, menunjukan dan mengarahkannya ke jalan yang baik. Sikap dan tindakan anak balita yang baik harus tetap diperhatikan akar menjadi perilaku yang diinginkan. Orang tua harus menyadari, bahwa anak balita belum mempunyai pengalaman dan belum mampu menilai sikap dan tindakannya sendiri. Peran orang tua senantiasa harus mengembangkan perilaku anak sesuai dengan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam 8 fungsi keluarga. Hanya perilaku anak-yang baik-baik sajalah yang perlu dikembangkan agar membentiuk karakter anak (BKKBN, 2006)
Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30 % dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, dan menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karna banyak hal, pengetahuan ibu yang kurang tentang cara melatih BAB dan BAK, pemakaian (PEMPRES) popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya ( Riblat, 2003).
Toilet training adalah latihan untuk berkemih dan defikasi adalah tugas perkembangan anak usia todler, pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toller, kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengntrol rasa ining defikasi mulai berkembang, wong mengemukaan bahwa biasanya sejalan dengan anak mampu berjalan kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defikasi walaupun demikian dari satu anak ke orang lain berbeda kemampuan dalam pencapaian tersebut bergantung pada beberapa faktor baik fisik maupun psikologis yang biasanya sampai usia 2 tahunpun kedua faktor baik fisik dan psikologis belum siap (Supartini, 2004).
Pengetahuan tentang toilet training sangat penting untuk dimiliki oleh seorang ibu. Hal ini akan berpengaruh pada penerapan toilet training pada anak. Ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berarti mempunyai pemahaman yang baik tentang manfaat dan dampak toilet training, sehingga ibu akan mempunyai sikap yang positif terhadap konsep toilet training. Sikap merupakan kecenderungan ibu untuk bertindak atau berperilaku (Suryabudhi, 2003).

0 komentar:

Post a Comment