Friday 3 May 2013

Konsep Dismenorea



Pada saat mencapai usia remaja putri, beberapa hormone / zat-zat dalam tubuh terutama hormone estrogen dan progesterone menjadi aktif, dan tubuh mengalami perubahan, secara garis besar yaitu : Kulit dan rambut mulai berminyak. Keringat yang bertambah banyak. Tumbuhnya jerawat. Lengan dan kaki bertambah panjang. Pertumbuhan pada  tulang pipi sehingga remaja putri tidak terlihat seperti anak – anak lagi. Buah dada/ payudara membesar. Bokong semakin membesar. Pinggul semakin lebar. Vagina mulai memproduksi cairan. Tumbuhnya bulu pada daerah kemaluan dan pubis. Ovarium semakin membesar, terjadinya haid (menstruasi ) (Depkes, 2004)
Mentruasi adalah bagian dari siklus haid. pada fase pertama siuklus ini, dinding rahim ( endometrium ) mengalami perkembangan sel yang pesat yang memungkinkan terjadinya kehamilan. kemudian, dengan siklus tertentu sebuah sel telur ( ovum ) dilepaskan dari ovarium (indung telur ), jika  ketika dalam perjalanan nya, melalui tuba fallopi tidak dibuahi oleh sperma, maka jaringan ini karena tidak berguna lagi, akan dilepas dan terjadilah pendarahan, pelepasan ini disebut menstruasi. Yang terjadi setiap 28 hari.proses ini terus terjadi sampai terjadinya kehamilan atau saat berakirnya proses ovulasi pada masa menopause. (Depkes RI, 2004)
Seorang gadis bisa mengalmi proses mentruasi lebih awal pada usia  9 – 10 tahun tetapi normalnya terjadi pada saat usia 12 tahun. Selama priode ini remaja putri purlu memperhatikan masaalah kebersihan selama 4 – 7 hari perbulan, dengan sering menggati pembalut. Sekurang kurangnya 3 kali sehari. (Depkes RI, 2004)
Selama haid juga sebelum dan sesudahnya, pada beberapa gadis muncul perasaan tidak stabil dari segi emosionalnya, dan juga perasaan tidak nyaman atau sakit dibagian bawah pusat. Selama waktu ini, mereka bisa gampang capek. Tanda – tanda tersebut sangat biasa dijumpai diantara para perempuan dan hal ini adalah normal hal ini dinamakan Dismenorea. (Wiknjosastro, 2004)
Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering mewnyebabkan wanita-wanita muda pergi kedokter utuk konsultasi dan pengobatan. karena gangguan inu sifatnya subjektif, berat da intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekwensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan. (Wiknjosastro,2005)
Dismenorea dibagi atas (Wiknjosastro,2005)
a.    Dismenorea Primer (esensial, intrinstik, idiopatik) tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik.
b.    Dismenorea Sekunder disebabkan oleh kelainan genikologik.
                Etiologi.
Banyak tiori yang telah dikemukaan untuk menyebabkan dismenorea primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa factor memengang peranan sebagai penyebab dismenorrea primer antara lain :
a.    Faktor kejiwaan; pada gadis-gadis yang secara emosional tidak setabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea.
b.    Faktor konstitusi; Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor – factor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.
c.    Faktor Obstruksi kanalis servikalis; salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismonera primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea karena otot – otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarakan kelaianan terebut.
d.   Faktor Endokrin; pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabakan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilias uterus, sedangkan  hormon progesterone menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfunsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar esterogen yang berlebihan tanpa adanya progesterone.
e.    Faktor elergi; Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan uritikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
Penanganan
a.    Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat – nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup,  dan olahraga mungkin berguna. Kadang – kadang diperlukan psikoterapi.
b.    Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beredaran obat – obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, Fenasetin, dan kafein. Obat – obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

c.    Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar – benar dismenorea primer, atau untuk membuktikan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi konterasepsi.
d.   Terapi dengan obat nonsteroid antiprostagladin
Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenorea primer. Termasuk di sini indometasin, ibuprofen, dan naproksen; dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau  mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.
e.    Dilatasi kanalis servikalis
Dapat member keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neurektromi prasakral (pemotongan urat saraf sesori anatara uterus dan susunan saraf pusat) ditambahkan dengan neurektromi ovarial (pemotongan urat saraf sensorikyang ada di ligamentum infundibilum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha – usaha lain gagal.

0 komentar:

Post a Comment