Tuesday 7 May 2013

Gambaran Pengetahuan suami tentang Emesis pada Masa Kehamilan di Wilayah Kerja



BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Pembangunan kesehatan dilakukan dengan prioritas pada upaya kualitas pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan Indonesia saat ini menerapkan paradigma sehat yaitu dengan cara mengutamakan usaha promotif dan preventif dalam proses kehamilan, karena resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko tinggi (Sarwono, 2002).
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB. Kehamilan-kehamilan dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu triwulan I (0-12 minggu), triwulan II (12-28 minggu), dan triwulan III (28-40 minggu). Dalam 3 triwulan tersebut terjadi perubahan-perubahan dalam tubuh ibu (Sarwono, 2002).
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga memicu ketenangan istri dan meningkatkan motivasi ibu selama kehamilan.
Keterlibatan para pria, sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya seperti terjadinya emesis.
Bahkan, keikutsertaan pria secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul “What Your Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan psikologis untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan Anda dalam masa-masa kehamilannya.
Dr Andon Hestiantoro SpOG(K) yang berpraktek di Rumah Sakit Umum dr. Cipto Magunkusumo (RSCM), menjelaskan dukungan dan peran suami yang baik dan benar sangat membantu istri yang sedang hamil untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin mengganggu kehamilan serta persalinan sejak dini. “Tak peduli kehamilan pertama, dampingan suami tetap diperlukan saat istri memeriksakan kehamilannya. Dampingan ini akan sangat membantu suami untuk mengetahui sekaligus mengikuti tahap demi tahap perkembangan bayi mereka, apakah ada masalah atau tidak. Selain itu suami pun jadi terbantu memahami gejolak emosi sang istri, saat emesis” jelasnya.
Mual (nausea) dan muntah (Emesis) adalah gejala yang sering terjadi pada   60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul saat pada malam hari. Rasa mual biasanya di mulai  pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan (www.bidanku.com) .

Penyebab mual dan muntah ini bermacam-macam antara lain karena adanya perubahan hormon dalam tubuh, psikologis, sampai gaya hidup pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stres dapat memperberat rasa mual dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual meskipun tidak dapat dihilangkan sama sekali, misalnya dengan mengkonsumsi makanan seimbang, cukup bergerak dan cukup istirahat. Oleh karena itu, calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya pada awal kehamilan sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan yang dapat menggangu kehamilan selanjutnya (Fidra Maya, 2001).
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan antenatal care terhadap ibu hamil dengan memeriksa kesehatan ibu dan janin secara berkala yang di ikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta melahirkan bayi yang sehat. Dengan cara ini, AKI dan AKB akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak (Sarwono, 2002).
Hiperemesis Gravidarum (HG) lebih sering terjadi pada perempuan Asia dan Afrika sebanyak 17% dibandingkan kurang dari 10% pada perempuan Eropa. Data di Indonesia kejadian Mual (nausea) dan muntah (Emesis) adalah gejala yang sering terjadi pada   60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul saat pada malam hari. Rasa mual biasanya di mulai  pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan (BKKBN, 2012).

0 komentar:

Post a Comment