Sunday 24 March 2013

gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang.
Visi Kementerian Kesehatan adalah “Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Sedangkan misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Salah satu strateginya adalah “Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif”. Untuk itu diperlukan data kesehatan dasar yang dapat dikumpulkan secara berkesinambungan (Depkes RI, 2010).
Upaya kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan bayi,balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Rawannya masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia, tidak lepas dari belum meratanya jangkauan pelayanan antenatal, khususnya pelayanan Kesehatan Ibu dan anak, Keluarga Berencana (KIA/KB) serta rendahnya cakupan pelayanan antenatal dan persalinan oleh tenaga kesehatan, sebagian ditolong oleh dukun bayi. Keterbatasan jangkauan pelayanan ini antara lain disebabkan oleh kondisi geografis, penyebaran penduduk dan keterbatasan fasilitas pelayanan dan tenaga KIA baik kualitatif maupun kuantitatif, serta faktor lain yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi, budaya dan tingkat pendidikan masyarakat. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sehat. melalui program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tercapainya kemampuan hidup sehat serta derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat diukur melalui penurunan angka kesakitan dan angka kematian, peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pencapaian sasaran imunisasi, penyediaan obat – obatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat, penyediaan tenaga kesehatan yang memcukupi, peningkatan status gizi terutama pada bayi, balita, ibu hamil dan menyusui serta peningkatan mutu lingkungan yang sehat (Depkes RI, 2005).
Kesehatan ibu memberi dampak yang bukan hanya terbatas pada kesehatan ibu saja tetapi berpengaruh secara langsung terhadap kesehatan  janin dan bayi . dalam upaya peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan serta menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu sejak pelita V Depertemen Kesehatan telah melakukan terobosan terobosan dengan penambahan tenaga kesehatan, seperti bidan di desa. kegiatan yang diupayakan untuk meningkatkan kegiatan terhadap penurunan angka kematian ibu dan anak yang saat ini merupakan masalah yang besar (Depkes RI, 2004).
Dalam rangka mendekatkan dan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka perlu ditempatkan tenaga bidan, terutama di desa desa yang belum terjangkau oleh sarana pelayanan kesehatan yang ada. Dasar pelaksanaan penempatan bidan didesa sesuai dengan kebijaksanaan Depertemen Kesehatan RI yang telah disebarluaskan ke seluruh propinsi dengan Pengangkatan bidan desa  sebagai pegawai tidak tetap (PTT) melalui Keppres no 23/1994 dan dipertegas dengan surat edaran Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat No.429/Binkesmas/Dj/III/94 tanggal 29 maret 1994 tentang tugas pokok bidan PTT. Untuk mewujudkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan maka diselenggarakan pendidikan bidan satu tahun dengan dasar pendidikan lulus SPK. lulusan pendidikan bidan tersebut akan ditempatkan di desa desa dengan kriteria tertentu dalam rangka melaksanakan upaya kesehatan Puskesmas dan membina Posyandu (Depkes RI, 2000).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), Untuk kesehatan ibu, secara nasional 82,3% kelahiran sudah dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Tenaga kesehatan terlatih di wilayah perdesaan perlu lebih ditingkatkan agar kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan tidak jauh berbeda dengan kelompok penduduk perkotaan, demikian juga perhatian perlu dipusatkan pada penduduk miskin. Demikian pula halnya pada provinsi seperti Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat perlu mendapatkan perhatian agar proporsi perempuan usia reproduktif dapat lebih banyak mendapatkan pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan. Pemanfaatan Polindes/ Poskesdes sebagai tempat pelayanan terdekat ke masyarakat juga perlu ditingkatkan, karena hanya 1,5% yang memanfaatkan untuk persalinan (Depkes RI, 2010).

0 komentar:

Post a Comment